Saturday, April 30, 2005

beAmother

"Okikunatara okasan ni naritai..." kalau besar ingin menjadi ibu. Jawaban anak-anak Jepang seperti itu,rasanya tidak dimiliki oleh anak-anak perempuan diIndonesia.*)

Tidak… tidak betul itu
Saya anak perempuan Indonesia tulen, sejak kecil walopun cita-cita profesionalku selalu berubah, tapi keinginanku untuk menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku kelak, tidak pernah berubah. Tak bisa kuingat pasti berapa banyak cita-cita masa kecilku dulu. Dimulai dari cita-cita sebagai polwan, sekretaris, pegawai bank, detektif, dokter, mmh apa lagih yah? Sampai cita-cita pingin jadi foto model, artis, penyanyi dan jadi Miss Universe (kalo bagian ini, biasa syndrome idola waktu anak-anak :P) dan akhirnya mentok pingin jadi psikolog, tapi ga kesampaian. Dari sejuta cita-cita itu, ada satu yang tak pernah berubah dan selalu menjadi cita-cita utama, yaitu menjadi ibu yang baik untuk anak-anaku kelak.

Menjadi ibu, ibu yang baik bagi anak-anakku, jika memang 4JJI berkenan untuk mengamanahkan mereka padaku.

Mungkin tak bisa untuk menjadi yang terbaik, tapi setidaknya menjadi ibu yang tepat untuk mereka kelak.

Dulu, definisi menjadi ibu yang baik bagi saya adalah dengan selalu berada di rumah. Sehingga kapanpun mereka membutuhkan Ibunya, maka Ibunya akan selalu siap.
Kemudian setelah merasakan ni’matnya ‘bergerak’ dan beraktifitas, maka konsep akan menjadi Ibu seperti apa diriku kelak-pun berubah. Saya ingin menjadi Ibu yang mempunyai mobilitas yang tinggi, beraktifitas diluar rumah setiap saat, sehingga bukan hanya bermanfaat untuk keluarganya tapi juga untuk lingkungannya. Saya ingin mendidik anak saya di ‘lapangan’, menjadikannya mujahid bukan sekedar nasihat dan cerita belaka, tapi langsung turun kejalan, beraktifitas bersama Ibunya.Sekarang? Mmh, kondisional, tergantung apakah saya lebih bermanfaat untuk umat atau amanahnya lebih saya pusatkan dari dalam rumah. Karena dimanapun saya, berada lebih banyak di dalam atau di luar rumah, selama masih berada dalam barisan penyokong da’wah dan tidak masuk kedalam orang-orang yang berdiam diri, maka saya yakin bahwa Allah masih bersama saya.

Untuk bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anaku kelak –jika Allah berkenan menitipkan mereka padaku- maka saya harus banyak belajar

Belajar dari Mamah…
Satu dari sekian banyak didikan Mamah yang masih berbekas adalah,
Beliau mengajarkanku untuk hemat, simple dan mendahulukan yang penting terlebih dahulu. Sejak kecil beliau tidak pernah memberiku uang saku jika tidak ada alasan kenapa aku, untuk apa aku menggunakan uang tersebut. Waktu itu perasaanku bete, ga suka dan sering merasa sangat kesal. Bayangkan, diantara teman-temanku, uang jajanku paling kecil. Malu? Pasti. Bukan karena prestise atau gengsi. Tapi malu karena khawatir mereka menyangka orangtuaku pelit. Ketika saya mengadukannya, orantuaku hanya diam. Mati kutu? Iya dong, serasa ga ada dukungan. Tapi lama-lama terbiasa, sampai akhirnya aku mensukurinya. Karena tanpa kusadari, mereka telah mendidiku untuk bisa menghargai uang dan tetap 'lempeng' dengan anggapan orang. Apapun yang mereka katakan, mereka tak kan pernah tau kondisi kita seperti apa.

Uang jajan kecil ini juga membuatku berlatih untuk mengatur pengeluaran dan juga mengatur emosiku dalam hal pengeluaran. Biasa, akhwat kan umumnya pada suka belanja. Sehingga alhamdulillah, ketika mulai kost pas SMA, saya tidak terlalu kesulitan mengatur uang bekal yang diberikan selama sebulan. Tapi tetap, saya harus super irit. Saking kecilnya uang jajanku pas SMA, sementara keinginanku sebagai anak ABG sangat banyak, maka aku selalu mencari cara untuk bisa mempunyai tambahan penghasilan. Sampai akhirnya aku berjualan jajanan kecil di kelas. Tanya deh sama teman sekelasku pas SMU, pasti mereka masih ingat dengan penganan Gemblong yang kujual. Malah sempat pas waktu masuk kuliah, ada x teman sekelasku selalu bertanya, “La mana gemblongnya?”, setiap kali kami bertemu. Tapi alhamdulillah (juga), karena Mamahku selalu mendidiku untuk menggunakan uang untuk sesuatu yang bermanfaat, sehingga hasil uang jualanpun kuurungkan untuk membeli aksesoris anak ABG yang ga terlalu penting. Sehingga akhirnya dengan seijin Allah, uang tabunganku bisa kupakai untuk bayar les intensif pas kelas 3. Jadi ceritanya, saya dapat kortingan dari pamanku yang bekerja jadi pengajar di bimbel tersebut, sehingga sisanya yang tidak terlalu banyak itu bisa ditutupi dengan uang tabunganku.
Oia teringat tabungan, teringat juga Mamahku. Sejak masuk kelas 1 SD, Mamah membuatkan rekening tabungan untuk setiap anaknya. Setiap kami bertanggung jawab mengisinya, tentu saja dengan bantuan Mamah ke BANKnya, soalnya anak kecil mana bisa buka rekening tabungan sendiri. Jadi, Mamah sudah kongkalingkong sama petugas BANKnya, sehingga kita dapat keistimewaan untuk punya rekening tanpa punya KTP dulu. Tapi, kalo masalah tanggung jawab keberlangsungan sang tabungan adalah tanggung jawab kami masing-masing. Jadi kalo kami ga menabung, maka kosonglah isi tabungan itu. Begitupun tabungan wajib yang ada di SD dan sekolah sore. Isi tabunganku selalu paling kecil diantara semua murid, karena Mamah hanya mengamanahiku uang jajan Rp.500 untuk sekolah pagi dan siang, dengan alokasi penggunaan adalah hak prerogative aku. Artinya kalo saya mau nabung, saya harus mengambil dari uang Rp.500 itu dan mengatur ulang selera jajanku yang cukup besar.
Mamahku juga orang yang simple, ga aneh-aneh. Ga percaya dengan ritual mistis, sehingga bisa dibilang cukup modern untuk ukuran ibu-ibu di kampung kami. Beliau juga memberikan dasar-dasar pemahaman agama yang cukup bagus. Sehingga sebandel apapun saya, Alhamdulillah saya masih cukup terjaga sehingga masih bisa menggapai hidayah yang Allah berikan.
Beliau juga memberikan kepercayaan yang besar bagiku. Menuntut? Tentu, pasti ada suatu tuntutan bagi setiap anaknya. Tapi dengan penjelasan yang rasional dan bertanggung jawab, beliau bisa memahami setiap keputusanku dan memberiku kepercayaan. Mamah juga bukan seorang yang suka memujiku, sebagus apapun prestasi yang kuraih. Di satu sisi hal itu membuatku menjadi pribadi yang tidak pede, tapi disisi lain hal itu bisa membuatku survive, karena saya selalu merasa, I’m ordinary people.
Teringat saat pertama masuk SMA di Bandung. Alhamdulillah, karena I’m ordinary people (tea), maka saya tidak merasa terbebani dengan persaingan yang ada. Begitupun ketika saat bagi Raport dan saya mendapat rangking 12. Xpresiku? Ketawa cekikikan tea. Trus lempeng deh!
Intinya adalah, walo rangking 12, alhamdulillah tak frustasi, sehingga saya bisa bertahan.
Begitupun ketika masuk kampus bersimbol Gajah ini, walaupun persaingan banyak, alhamdulillah saya tidak terbebani dan tidak terlalu stress. Prestasi saya tidak pernah bagus, kisaran nilai juga biasa-biasa saja. Tapi alhamdulillah, orangtuaku tidak pernah membebaniku dengan suatu target. Mereka tau kemampuanku, mereka mengerti dan memberiku kepercayaan, bahwa setiap nilai yang kuperoleh, itulah nilai terbaik yang bisa kudapat. Tampak tidak memberikan motivasi, tapi some how some way, itu membuatku lebih bisa bertahan serta lebih bisa mensyukuri setiap rizki yang Allah berikan.
Satu kalimat untuk Mamahku…
Dia adalah Ibu yang tepat bagiku…
Dan akupun demikian, ingin menjadi ibu yang tepat bagi anak-anaku kelak, tentunya dengan bentuk yang berbeda. Karena masa kami berbeda dan anak kamipun berbeda

Belajar dari Eteh, my oldest sister

Beliau adalah seorang ibu yang mencintai manusia yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna (mba vita!!! Status YM nya dipake..:D, nda pa-pa ya?). Eteh adalah orang dengan toleransi yang sangat besar, dia tidak terlalu banyak menuntut terhadap apa yang didapat . Dia selalu mensyukuri apa yang Allah berikan padanya. Dia tidak menuntut berlebihan kepada suaminya, dia juga tidak menuntut berlebihan terhadap anaknya, Nanda dan Childa. Dia seorang Ibu yang menerima dengan lapang pribadi serta karakter dari suami dan anaknya.
Darinya aku belajar untuk menjadi seseorang yang bisa menerima suatu ketidaksempurnaan dan bersyukur atas apa yang Allah berikan.

Belajar dari Teh Ima,
Dari semenjak aku kecil, keluargaku suka mengajak ade-ade sepupu yang masih balita untuk main di rumahku atau berjalan-jalan. Mungkin pengganti ade’ kecil untuku. Teh Ima, kakaku yang nomor dua, beliau adalah orang yang paling dekat dengan anak kecil termasuk ade-ade sepupuku itu. Dia memberikan kepercayaan pada anak-anak, sikapnya yang penyabar dan juga pribadi yang menyenangkan, lucu dan kreatif. Walau harus diakui dia juga galak, tapi tetap saja anak-anak bisa sangat dekat dengannya. Begitupun ketika usaiku masih balita, samar-samar kuingat ketika saat-saat bermain bersama beliau. Kami bermain rumah-rumahan dari pasir, dadagangan (jual-jualan) di kebun belakang rumah, padahal saat itu usianya menginjak masa ABG, tapi dia masih setia menemaniku bermain permainan anak-anak. Begitupun kini, ketika beliau menjadi seorang ibu. Dia tetap menyenangkan dan tetap kreatif. Dia juga memberikan kepercayan kepada anaknya, Phila. Ketika dia melarang anaknya melakukan sesuatu, dia memberikan pengertian dengan cara yang baik, tidak serta-merta dilarang tanpa alasan. Padahal anaknya baru berumur 2 tahun. Dengan komunikasi seperti itu, Phila bisa merasa bahwa dirinya adalah sebuah pribadi yang cukup diperhitungkan. Bukan hanya seorang bayi yang hanya berhak menurut dan merasa takut jika dimarahi. Phila diberikan penanaman kepercayaan diri yang baik yang timbul dari kepercayaan sang Ibu kepada anaknya.

Belajar dari Bunda Khadijah
Belajar menjadi ibu bijaksana yang memberikan tausiah dan taujiah pengobat hati yang luka. Serta memberikan nasihat-nasihat yang berma’na. Penenang dikala gundah dan penghibur dikala susah.

Belajar dari Umahatul Mu’minin Aisyah Radhiyalahu Anha
Tidak ada seorang manusiapun yang terlahir dari rahimnya. Tapi dari lisannya, daya ingatnya dan juga kecerdasannya, beliau mendidik anak manusia dari zaman sahabat hingga sekarang. Beliau menjadi seorang umahat yang merawi’kan banyak hadist. Beliau juga menjadi salah seorang yang dijadikan tempat bertanya jika para sahabat mempunyai masalah saat Rasulullah telah wafat. Beliau menguasai Al-Qur’an, hal-hal yang fardhu, sunnah, syair, riwayat sejarah Arab, ilmu nasab sampai ilmu kedokteran. Beliau adalah guru bagi laki-laki dan wanita.
Darinya aku ingin belajar untuk menjadi seorang Ibu yang cerdas, pendidik para mujahid. Bukan hanya kepada anak yang dilahirkan dari rahimnya, tapi juga untuk seluruh ummat.

Belajar dari sahabiyah Al-Khansa
Beliau adalah seorang Ibu yang memberikan taujih penyemangat jihad untuk anak-anaknya. Beliau adalah ibu yang mengatakan. “Segala puji bagi Allah yang memuliakan diriku dengan syahidnya mereka dan aku berharap kepada Rabb-ku agar Dia mengumpulkan diriku dengan mereka dalam rahmatNya", saat keempat anaknya syahid di medan Jihad.
Darinya aku belajar untuk menjadi ibu yang siap dan mampu mengirimkan jundy-jundiahnya ke medan jihad.

Belajar dari Ummu Imarah
Dia adalah seorang Pahlawan Wanita. Dia bersama suami dan kedua anaknya, maju bertempur di perang Uhud. Beliau menjadi seorang sahabiyah yang dengan gesitnya melindungi Rasulullah dari segala arah.
Semoga bisa jadi sepertinya, menjadi Ibu yang siap dikirimkan ke medan jihad, jika memang tugasku disana. Bukan hanya mendidik dan menjadi penyokong di barisan logistik, tapi maju ke garis depan jika memang mengharuskan.

Belajar dari umahat-umahat di Palestina.
Mereka berlomba untuk melahirkan mujahid. Mereka mendidiknya, menjadikan jundi-jundinya menjadi orang-orang yang pemberani, mujahid pembela Islam. Begitu banyak penderitaan dan kedzaliman yang mereka rasakan, namun itu tak membuat mereka kabur dari Palestine. Mereka bertahan, berjuang dan' menyerahkan' anak-anaknya untuk berjuang membebasakan Al-Aqsa dari cengkraman Yahudi La’natullah. Aku belajar dan melihat sosok nyata mujahidah abad 21 dari mereka. Menjadi seorang Ibu yang menyerahkan segala apa yang dipunya untuk berjuang dijalan Allah. Dari mulai dirinya, hartanya, suami dan anak-anaknya. Tak ada satupun yang tersisa kecuali untuk digunakan berjihad di jalanNya.

Belajar dari Kartini
Seorang wanita priyai yang mempunyai visi jauh kedepan. Pribadi yang haus kebenaran, mencari kalimat-kalimat Tauhid dalam pencariannya yang berkepanjangan. Walaupun pemikirannya saat ini banyak diselewengkan. Bukan kalimat “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang dituliskannya, tapi ““Dari Gelap Menuju Cahaya” (Minazh zhulumati ilan nur).
Belajar Jauh Memandang Kedepan dan tidak pernah lelah dalam mewujudkannya, itulah yang ingin kutiru darinya. Seperti isi suratnya pada Stella tertanggal 13 Januari 1900. Dalam salah satu bagiannya ia menulis, "Kamu mau tahu moto hidupku? ’Aku mau’. Dan dua kata sederhana ini telah membawaku melewati gemunung kesulitan. ’Aku tidak mampu’ menyerah. ’Aku mau!’ mendaki gunung itu. Aku tipe orang yang penuh harapan, penuh semangat. Stella, jagailah selalu api itu! Jangan biarkan dia padam. Buatkan aku selalu bergelora, biarkan aku bersinar, kumohon. Jangan biarkan aku terlepas.
Bukan menjadi Kartini yang didefinisikan 'orang sekarang'. Bukan seorang wanita yang menuntut untuk selalu sama dengan laki-laki. Karena sesungguhnya Kartini sendiripun berkata, "… akan lebih banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini bila di samping saya ada seorang laki-laki yang cakap … lebih banyak kata saya, daripada yang dapat saya usahakan sebagai perempuan yang berdiri sendiri …”.

Belajar dari Mr.Kobayashi
Seorang bapak yang akan ku’curi’ metodenya untuk mendidik anak-anakku kelak. Dia seseorang yang mempengaruhi Toto Chan-murid TK yang dikeluarkan dari sekolahnya- menjadi seorang pribadi yang bersahaja. Mr Kobayashi menerima setiap pribadi yang uniq. Dia memberikan kepercayaan, dia memberikan keyakinan kepada setiap anak bahwa mereka istimewa. Dia juga memberikan pemahaman bahwa setiap pribadi harus saling menghormati. Bukan hanya dengan teori-teori tentang tata susila, tapi dalam sikap, perilaku dan keteladanan yang diberikan. Semua itulah yang ingin kupelajari darinya.

Belajar dari Setiap Umahat Yang kutemui...
Bahwa tak ada Ibu sempurna, bahwa setiap anak berbeda. Maka aku harus belajar dan belajar dari siapapun itu

Bukan sebuah proses belajar yang mudah untuk menggapainya. Aku juga tak akan pernah mencapai kesempurnaan itu.
Tapi aku akan terus belajar dan belajar, untuk bisa menjadi Ibu yang tepat untuk anak-anaku..
Sehingga bisa menghantar mereka menjadi mujahid penyokong dan pejuang da’wah.
Dan Allah berkenan mempertemukan kami ditempat yang terbaik di sisiNya.

*) Anni Iwasaki---> Chair Mother of Anni Iwasaki Foundation






Tuesday, April 26, 2005

gelisah

klik...
kulihat lagih stauts YM seorang teman...

trus balik lagi ke WellMech -ku...
kopi..pas...kopi..pas...

Fuih mataku sakit...
Cuma kopi pas doang padahal...

terus abis itu...

klik lagih...
liat status teman lagih...

kenapa sih la harus liat-liat ststus teman...
kopi pas-annya masih banyak tuh!

Ya sudah,
aku kopi pas ajah dulu ya...

btw pa kabar?
subhanallah alhamdulillah allahuakbar...



**semoga niatanku tetap terjaga!!! Ayoo semangat!

Tarbiyah Ruhiyah

Teh, kemarin emosiku ga stabil banget deh! Kayaknya banyak banget orang yang terdzalimi. Kenapa ya?
Mmh, kalo menurut teteh, itu karena kondisi ruhiyah kita lagi turun.
Ooh…

Ya, mungkin amalan yaumian saya lagi aneh, shalat malamnya juga ga khusyu dan banyak lagi.

Sorenya,
Di sebuah majlis ta’lim, seorang ustadz sedang membahas tentang shalat yang benar dan khusyu. Salah satu isinya adalah….


Benar dalam shalat
1) Tidak memperturutkan hawa nafsu (QS29:45)

45. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

tuh, bener kan?
Kalo shalat kita benar, maka emosi kita akan terjaga, kita tidak akan memperturutkan hawa nafsu kita

[episode lanjutan] Menikahlah!!!

Subhanallah, alhamdulillah…
Ada sedikit komen yang beragam dari postingan terakhir,
Membuat saya ingin kembali mengurai, menyusun kata. Khawatir postingan terakhir bermakna ganda :).
Apa yang saya tulis bukan hanya sekedar untuk mencegah perasaan sakit hati dari seseorang ataupun merupakan curahan hati karena saya merasa sakit hati,
Insya Allah selama Allah menjaga hati dan pemahaman saya,
Maka saya akan selalu yakin,
Bahwa Allah telah menetapkan untuk saya pendamping yang tepat pada saat yang tepat,
Tinggal bagaimana cara saya ‘menjemputnya’
Jadi tidak ada alasan untuk sakit hati, rizki orang kan beda-beda, kenapa harus sakit hati terhadap rizki orang. Toh Allah telah menetapkan rizki yang pas untuk kita.

Permasalahannya bukan disekitar rasa sakit hati ataukah tidak sakit hati.
Karena mungkin diantara berjuta orang yang belum menikah itu, ada yang lempeng saja bila ditanya tentang pernikahan. Setiap orang berbeda menyikapinya. Intinya adalah rasa empati kita atas apa yang dialami saudara-saudari kita.

Ambil contoh kasus, seorang akhwat yang sudah beranjak matang tapi Allah belum mempertemukan jodohnya. Dia pasti merasakan beban yang berat dipundaknya. Banyak tuntutan dari sekelilingnya. Dari keluarganya, tempat kerjanya juga lingkungannya. Belum lagi ditambah dengan sebutan (maaf) ‘Perawan Tua’ ataupun ucapan-ucapan lain dari sekelilingnya yang bernada sumbang atas status dirinya, yang mau tidak mau harus dia dengar. Dan dia berharap, kita sebagai saudaranya yang mempunyai pemahaman yang sama, dapat dia jadikan tempat untuk bergantung, tempat untuk beristirahat dari semua tuntutan itu. Tapi ternyata, ketika kembali bertemu dengan saudaranya di forum yang diharapkan bisa menyejukan hatinya, eh ternyata sama saja, malah tambah manasin. Tanpa sengaja menceritakan indahnya pernikahan yang dialami atau ucapan “Ayo atuh menikah, jangan tunda lagi!”. Serta banyak lagi kalimat yang menyerempet ke arah sana. Jika begini adanya, kemana lagi mereka harus mencari tempat yang tidak membebaninya dengan permasalahan pernikahan? Sehingga dia bisa kembali fokus pada permasalahan umat yang masih banyak.

Pernahkah akhy, ukhty tahu bahwa ada orang yang terlepas dari jalan da’wah karena persoalan jodoh. Yah memang setiap jalan yang diambil oleh anak adam harus dia pertanggung jawabkan sendiri tanpa bisa menyalahkan orang lain, toh keputusan akhir ada pada dirinya. Tapi apakah kita mau kalo ternyata tanpa kita sadari, kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang menjadi pemicu hingga seseorang terlepas dari jalan da’wah? Mungkin tampak tidak masuk akal, tapi itu benar terjadi. Ada seorang akhwat yang akhirnya memutuskan untuk pacaran karena tak tahan dengan tuntutan lingkungannya sehingga akhirnya sedikit demi sedikit melepaskan diri dari jalan da’wah. Sementara itu teman-teman yang sebelumnya diharapkan akan ‘membantunya’ untuk menguatkan hatinya, malah memperparah dengan selalu membicarakan tentang indahnya pernikahan tidak ditempat yang tepat.
Kasus lain, ketika kita bertemu dengan seorang akhwat yang telah mengalami beberapa kali proses, tapi tak pernah berhasil. Kemudian kita langsung memberikan sejuta nasihat tentang indahnya pernikahan atau tentang adanya fitnah jika menolak ikhwan yang baik-baik, sehingga hampir semua isi buku munakahat kita keluarkan. Tapi kita lupa untuk bertanya, ada apakah gerangan ukhty? Adakah yang salah dari calonnya? Ataupun kadang kita memaksakan, “Pikirkanlah ukhty, apa yang kurang baik dari beliau. Beliau shaleh, hapalannya sekian juz, amanahnya sekian banyak dan bla..bla..bla..bla”. Yang ada dimata kita adalah kesempurnaan sang ikhwan dan menjudge bahwa akhawat ini bodoh, ga tau diuntung, rewel dan lain sebagainya. Tanyakanlah, akan ada sebuah alasan, bahkan jika alasannyapun adalah ketidak tetapan hati, maka itu adalah sebuah alasan yang dibolehkan. Ingatlah ukhty, bahwa pernikahan ini dia yang akan menjalani, bukan kita. Kita hanya sebagai penasihat tidak lebih. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Apakah kita tega melihat dia akhirnya ‘menyerah’ untuk menikahi seseorang yang dia merasa tidak mantap, hanya karena desakan kita saudari-saudarinya?

Afwanminkum jika contohnya akhwat semua..ma’lum saya hanya menerima curhatan akhwat. Kalo kasus ikhwan? Maaph yah itumah bukan bagian saya.

Allahu’alam bi shawab

Maka berhati-hatilah. Jangan sampai kita menjadi kompor yang menyala pada saat yang tidak tepat. Bayangkan jika kita menyalakan kompor tanpa kita tau pasti untuk apa, maka bahan baker kompor itu akan terbuang sia-sia. Kasus terparah mungkin akan menimbulkan kebakaran karena ketidak tepatan kita dalam menyalakan. Tapi jika kita menyalakan kompor ketika dibutuhkan pada saat yang tepat maka masakan lezatpun akan tersaji. :)
Lagian ngapain jadi kompor, jadilah seorang sahabat seperti sebuah cermin yang akan berkata sejujurnya untuk memberikan sebuah perbaikan. Cermin tidak akan menampilkan apa-apa sebelum obyek itu berada dihadapannya. Cermin-pun tak kan men-judge penampilan kita buruk atau jelek, dia hanya akan menampilakn kita seperti apa adanya kita. Yang menilai kita jelek atau tidak adalah kesimpulan yang kita ambil sendiri dari data yang sudah cermin tampilkan.

Allahu’alam bi shawab..

Terakhir…
Jangan nyangka saya bete kalo ngomongin tentang pernikahan ya?
Apalagi tentang kabar menikahnya ukhty fillah..
Justru saya sangat bahagia jika rizki antuna semua telah tiba…
Apalagi jika saya termasuk assabiqunal awalun…
Maksudnya orang-orang pertama yang mendengar kabar tersebut..:)
Apalagi kalo dapet ‘bonus’ dengan mengetahui proses yang kalian jalani…
Karena setiap ‘proses’ yang terjadi selalu ada sejuta ibroh di dalamnya…
Serta dapat semakin menguatkan ikatan diantara helaian-helaian pemahaman saya yang mungkin sedikit-sedikit mulai terlepas…

Allahu’alam bi shawab…

** belajar dari kalian….syukran wa jazakumullah khairan katsira

Wednesday, April 20, 2005

Menikahlah!

Tema pernikahan memang selalu menarik dan diperbincangkan dimana-mana...
Begitupun di confe-confe yang saya ikuti....
Selalu saja ada obrolan yang menyinggung hal itu, katanya dengan maksud mengompori
Jujur, saya ga terlalu setuju jika dibicarakan di forum umum
Kenapa? Karena banyak hati yang -belum menikah- terlibat disana
Bukan, bukan saya ga suka ataupun bete, hanya saja...

Menikah bukanlah perkara yang mudah dan juga bukan hal yang patut dikompori...
Karena seseorang akan menikah pada saat yang paling tepat, saya yakin itu
Bagi ikhwan ataupun akhwat yang sudah dalam usia siap menikah dan terlihat sanggup untuk menikah, melakukkanya tidak semudah itu...
Kita tidak pernah tau apa alasan seseorang yang belum juga menikah sampai saat ini...

Ada cerita tentang seorang ikhwan yang jika dilihat dari luar sudah cukup pantas untuk menikah. Kemudian kita, tanpa tabayun dulu berkata, "Ngapain seeh ko belum nikah juga, ntar keburu terjerumus dalam fitnah lho!". Lama-lama, usut punya usut, ternyata beliau belum dapt ijin orang tua karena kaka perempuannya belum menikah. Atau ada ikhwan lain yang sudah siap untuk menikah, tapi apa daya proposalnya selalu belum tepat, sehingga istri idaman yang dinantipun tak kunjung dapat. Serta alasan-alasan lain bagi ikhwan yang tak bisa kita judge dengan sebelah mata (Judge Bao aja pake dua mata ko! :D). Mungkin tentang ma'isyah, kuliah, ijin orang tua dan lainnya. Karena parameter kesiapan bagi setiap orang itu berbeda. Pernah suatu hari seseorang bertanya kepada ustadz tentang parameter kesiapan materi untuk menikah. Ustadznya hanya menjawab, itu relatif. Apakah dengan 'tetap berpenghasilan' itu adalah syarat yang cukup untuk menikah? Itu tidak menjamin. Yang terpenting adalah, setiap keputusan yang kita ambil, kita siap akan resikonya. Jadi kalo ikhwan itu memang siap atas semua tanggung jawab yang harus dijalaninnya setelah menikah, walopun belum berpenghasilan tetap, maka menikahlah. Dan juga sebaliknya! Karena itulah hidup yang harus dia jalani. Orang luar? Mereka hanya memberi saran, tentunya setelah mengetahui permasalahannya.

Sementara untuk akhwat, mereka mungkin bukan tak mau untuk menikah, tapi bagaimana lagi, proposal itu belum jua datang. Atau sudah datang ribuan kali, tapi tak ada ketetapan hati. Kasus lain mungkin orang tuanya belum mengijinkan. Entahlah, yang jelas beribu sebab tersimpan disana.

Jadi, begitu banyak faktor external yang menyebabkan seseorang belum bisa menikah. Dan menurut saya tak pantas untuk menyinggungnya di tempat umum. Kecuali kalo kita memang benar-benar tau kondisinya. Kita tahu bahwa semuanya sudah siap bagi dia untuk menikah, hanya masalah keberanian ataupun keragu-raguan. Nah yang ini, baru deh komporin sampe panas! :D Tapi tetap saja bukan hak kita untuk 'memaksa' dia sampai di berkata mau. Sebaiknya 'suruhlah' dia membaca buku tentang keutamaan menikah (misalnya) atau bagaimana 'status' orang bujang ketika di yaumil akhir. Allahu'alam bi shawab, tugas kita hanya menyampaikan serta berdoa agar dia diberi pemahaman dan hidayah, sedangkan keputusannya, itu hak prerogatif orang tersebut.


So, saran saya :D, anjurkanlah menikah secara fardiyah(satu-satu) saja, jangan di forum-forum jama'i (umum), kayak confe dsb. Kecuali kalo forum umumnya kayak seminar munakahat, soalnya disana memang tempatnya dan sudah merupakan resiko yang datang untuk mendengarkan tentang ilmu permunakahatan dan komporannya..:D. Selain itu pastikan bahwa orang yang kita kompori adalah orang yang tepat, bukan orang yang sebenarnya sudah ingin menikah, tapi Allah belum memberikan jodoh dan waktu yang tepat. Kalo tetep dilakukan? Dijamin, itu bikin orang tersebut terluka dan perih.
Terakhir, saran saya....
Sebaiknya hindari pertanyaan...
"Kapan menikah?"
Karena itu seperti bertanya
"Kapan engkau mati?
Artinya kita tidak akan pernah tahu kapan jodoh yang telah Allah tentukan akan datang...
Kecuali...
Inimah kecuali ya.....
Kalo kita tahu orang tersebut pacaran, untuk memastikan kapan 'rencana' pernikahannya
Tapi untuk seseorang yang tidak menganut faham pacaran, sebaiknya hindari pertanyaan itu.
Karena InsyaAllah jika sudah saatnya, orang tersebut akan memberitahukan dengan senang hati.
Allahu'alam bi shawab...

Tuesday, April 19, 2005

Tetehku sayang (2)

Kabar gembira itu kudengar 1 bulan sebelumnya, Walaupun tidak jadi panitia, saya cukup senang, karena beliau berencana akan menitipkan undangannya lewat tanganku. Sedikit tapi merasa bermanfaat.

Tetehku…
Subhanallah teringat bertahun-tahun yang lalu, saat kami sering berada dalam majelis yang sama. Saat itu saya masih gadis kecil yang bandel banget. Tiap bertemu, pasti ada sejuta cerita yang tak sabar ingin kusampaikan padanya. Sebenarnya bukan saya sendiri yang ingin bercerita, tapi hampir semua temanku yang sama cerewetnya, suka berebutan cerita padanya. Reaksinya? Dia dengan sabar mendengarkan, tidak marah ataupun men-stop cerita yang ingin kami sampaikan. Hingga bisa dipastikan bahwa setiap bertemu waktu yang dihabiskan pasti lebih dari dua jam. Seringpula salah satu diantara kami terkantuk-kantuk, tapi tetehku tetap sabar dan dengan cara yang baik beliau membangunkan. Ya baik dengan premen atau ditanya kenapa ngantuk ya. Hihihi lucu

Allah memperkenalkan islam yang syumul melalui dirinya. Beliau bukanlah teteh yang lemah lembut seperti yang digambarkan dalam cerita-cerita. Dia sangat keras dan tegas namun sabar membimbing kami. Mungkin keras dan tegasnyalah sehingga kami akhirnya bisa berubah sedikit demi sedikit. Walaupun pertama-tama masih bandel, tapi akhirnya kami faham, mengerti dan InsyaAllah berusaha mengamalkannya. Teringat saat pertama kali teteh menceritakan serunya punya ade’, saya tak sabar untuk mengikuti jejaknya. Ataupun saat beliau menganjurkan shalat malam dan bilang kalau kita bisa ‘curhat’ dengan puas pas shalat malam, maka saya-pun semangat ’45 untuk mengikutinya, walaupun masih sering terkantuk-kantuk lalu bobo lagi abis shubuh. Tapi ghirah itu, semangat itu dan hidayah itu terasa indah dirasakan. Saat mulai mengerti tentang pentingnya bekerjasama, pentingnya ukhuwah dan pentingnya amal yang istimrariyah. Subhanallah semua bahasa-bahasa baru dan pemahaman-pemahaman baru yang sering kutanyakan padanya. Sehingga diri ini mulai belajar untuk memegang sebuah amanah. Belajar dan terus belajar walaupun hasilnya tidak berbentuk seperti lompatan Quantum, tapi pasti bergerak walaupun lambat. Rinduu… saat itu…

Akhirnya tiba masa beliau harus pulang kampung. Sedih? Sangat. Tapi itulah hidup ada saat bertemu dan berpisah.Tapi perpisahan itu tak lama, akhirnya beliau kembali ke Bandung untuk melanjutkan study S2. Walaupun tidak lagi berada dalam majlis yang sama, tapi kedekatan itu masih terasa. Allah masih berkenan mengikatkan hati kami.

Sekarang saat-saat penuh berkah itu kan menghampiri tetehku…
Barakallahu laka wa baraka alaik wa jama’a bainakuma fii khair…
Teh wilujengnya...
Sesaat lagih separuh dien akan teteh tunaikan, semoga bisa memenuhi yang separuhnya lagi bersama dengan seseorang yang telah Allah tetapkan...

wLuv....
dari'ade' yang selalu bersikap bandel dan childish dihadapanmu..:)

Adik-adik lucu (2)

Judulnya kurang tepat kurasa. Tepatnya bukan lucu, tapi subhanallah tak bisa kudeskripsikan. Ketangguhanna, militansinya, semangatnya, kedewasaannya terpadu kontras dengan kemanjaannya yang sering muncul ketika bertemu teteh-tetehnya. Walaupun kadang-kadang tetehnya juga ga kalah manja ..hihihi..malu jadinya.
Tapi ya itu, mereka salah satu sumber inspirasi. Dulu, ketika hati ini galau, berada di persimpangan, kampus sudah tak layak -udah pensiun bo!- beramal di masyarakatpun belum dikenal, bingung tanpa pegangan karena tak ada amanah yang dipegang. Maka ketika hati ini mulai luruh dan kehilangan semangat, sering sengaja pergi makan siang ke salman, hanya untuk melihat dan bertemu dengan adik-adik lucuku. Untuk memberi tamparan dan rasa malu pada diri sendiri.
“Hei jiwa yang kerdil, lihatlah adik-adikmu yang meluangkan sedikit waktu yang tersisa untuk beramal dibalik semua tugas dan ujian yang menumpuk. Kau yang banyak waktumu tersisa, kau malah menangis mengasihani diri. Tak ada amal untuk dikerjakan? Masalah umat masih banyak, carilah diantara serakan-serakan dan tumpukan yang belum rapih itu. Pasti banyak yang bisa kau kerjakan. Bukan hanya diam mengasihani diri!”
Melihat kesibukan mereka, sambil menunggu rapat yang telat dengan membuka mushaf, baik untuk tilawah maupun muraja’ah. Atau buku-buku bacaan yang selalu tersedia di tas, padahal buku kuliah saja sudah sangat banyak. Atau ketika baru bertemu dan bersalaman, mereka bergegas pergi, “Afwan ya teh buru-buru, ada ‘perlu’ neeh”. Aku hanya bisa tersenyum dan berkata dalam hati, mmh semangat ya dek!
Huah…timbul rasa kekaguman yang dalam, timbul rasa kangen itu, timbul rasa cemburu…ingin mengulang cerita lalu. Tapi kini, bukan saatnya lagih untuk mengulang cerita lalu. Saatnya untuk melangkah, ladang amalku sudah berbeda. Tapi yah, kampus memang camp pelatihan yang terbaik. Dan kini, fase itu sudah terlewati, dan ilmu yang kudapatkan di camp pelatihan harus kuamalkan disini, di dunia nyata.
Adik-adiku tersayang, terima kasih atas semua inspirasi dari semua semangatmu yang membara. Terimakasih atas semua ukhuwah yang terjalin.. Manfaatkanlah kampus ini dengan baik dan siapkan dirimu untuk berkarya di dunia nyata, jangan menjadi orang-orang yang berguguran di tengah jalan. Jangan pernah lelah untuk melangkah dan berjalan. Semoga 4JJI senantiasa mengikatkan hati kita dalam cintaNya. Serta perahu manapun yng nanti akan kau naiki, semoga 4JJI mempertemukan kita kembali di pelabuhan yang sama.

Penggalan cerita

Alhamdulillah, finally , I’m back to the real word.
Hampir dua minggu kerja rodi dan hampir dua bulan hidupku berantakan.
Harus mengejar dateline untuk laporan serta perbaikan software, sebelum akhirnya dipresentasikan dan diserahkan ke perusahaan-perusahaan sponsor. Mana beberapa minggu sebelum hari H ada perubahan drastis lagi. Bikin software baru! Tubuhnya sama, isinyapun alhamdulillah sudah dikerjakan dan insyaAllah jalan walopun belum divalidasi. Tapi kan tetep, ada sejuta 'aksesoris' yang harus diubah. Tampak kecil, tapi sering kelewat. Jadi walopun udah dicicil, tetep ajah pas akhir-akhir baru ketauan salahnya. Apalagi kalo udah ga konvergen ato yang keluar bilangan imajiner. Fuih! Bingung tuh!
Alhamdulillah, akhirnya bisa ketemu tebakan awal yang lebih baik, sehingga sang angka yang “aneh” pun sejauh ini ga muncul. Tapi entah yah kalo si user-nya masukin data yang 'aneh'…hi-hi-hi…Tauk ah ga tanggung jawab. Toh sudah dikirim softwarenya! :P
Nah, karena itu semua, akhirnya selama dua minggu ini hampir tiap hari pulang malem. Terakhir sebelum hari-H bahkan baru pulang jam 10.15, pulangnya sambil agak malu tea soalnya yang lain masih nangkring buat bakar CD, karena rumahnya deket. Untung itu juga bisa pulang, hari sebelumnya, teman-temanku ga pulang. Aseli ga pulang buat nge-print laporan dan user guide. Salut deh ma mereka.
Oia balik lagi, pergi pagi pulang malam, bikin semua jadwal kacau. Tak ada satu bukupun yang dibaca, tak ada satu kalimat pun yang tertulis dengan baik, tilawah tercecer, shalat sunah tertinggal, hapalan? Apalagih. Bahkan beritapun lewat. Tapi untunglah kasus ambalat atau harga bengsin yangnaik serta kisah sang DPR yang minta naik gaji? Itumah masih dalam jangkauan. Teu kuuleun teuing lah.
Dari semua kejadian itu, kembali menakar diri. Pantaskah meng-azamkan untuk menjadi pejuang keadilan dan kebenaran, penegak kalimat Allah? Bahkan ber-azam sebagai pendiri madrasah da’wah yang melahirkan berjuta mujahid? Sementara kerjaan segitu saja sudah bikin amalan yaumian keteteran dan aktifitas berantakan .
Ya Rabbi…itulah yang membuatku ingin menangis lagi…
Pantaslah jika banyak pejuang da’wah berguguran ketika dihadapkan kedunia nyata. Padahal sayah mah mobilitasnya ga terlalu tinggi. Biasa aja, hanya saat-saat terakhir saja, tapi udah tepar kayak gini. Apalagih yang kerja beneran dan berhadapan dengan berjuta orang yang heterogen. Tapi aning, Pantas gitu? Pantaskah itu menjadi alasan bagi seseorang yang gugur di jalan da’wah. Allahu’alam, tak ada satupun alasan yang pantas, karena dari awal sudah dikatakanan bahwa jalan ini penuh tanjakan, beronak duri dan dikelilingi jalan lain yang lebih mudah dan menggoda. Dari awal Allah telah menyatakan bahwa Dialah yang membeli harta dan jiwa kita untuk berniaga di jalan ini, jadi balasan semuanya hanya bisa kita ‘tagih’ dariNya bukan dari siapa-siapa. Apakah kita akan ingkar dan melanggar perjanjian itu. Ketika ikatan itu terjadi, maka tak ada alasan yang pantas untuk menguraikannya. Mungkin semua alasan itu hanya suatu pembenaran ketika kita mulai lelah mendaki dan menyusuri jalan itu, kemudian berkata, “Ah teu nanaon sakedap mah meureun ngalih kanu jalan anu biasa-biasa oge, da cape atuh, istirahat lah sakedap”1). Ya, ketika istirahat itu memang sebentar, tapi ketika kita terlena?


Teringat sebuah cerita, tentang seorang wanita yang memperhatikan wanita lain yang menutup hijabnya dengan baik di sebuah halte. Setiap hari dia perhatikan wanita berhijab rapi itu. Sampai suatu hari, dia melihat ada yang beda dari wanita itu. Hijabnya, ya ada yang kurang dari hijabnya. Ada yang beda, hanya sedikit, tapi tampak sebagai sebuah ‘kelonggaran’ atau ‘penyesuaian’ hijabnya terhadap lingkungan yang hedonis. Dan si wanita pertama pun melihat dirinya (dulu) di wanita tersebut. Dulu dia seperti wanita itu, menutup auratnya dengan hijab yang baik, namun sedikit-sedikit dan secara perlahan-lahan, semuai terurai, terbuka dan terlepas. Naudzubillahi min dzalik….
Terlepasnya diri dari jalan da’wah itu tidak sekali jadi, tapi sedikit – sedikit dan perlahan-lahan. Bukan bukan sesuatu yang tak mungkin ketika saya bilang untuk beristirahat dengan berganti jalan, kita tidak kembali ke trek yang benar. Istirahat untuk dapat melangkah lebih tinggi? InsyaAllah itumah tak apa. Tapi istirahat dengan mencoba jalan lain yang lebih mudah. Naudzubillahi min dzalik. Ya Rabb jagalah diriku, jangan sampai terlintas dalam benaku.


Teringat lagi sebuah cerita, tentang akhwat tangguh. Bukan bermaksud mempersempit ma’na kata akhwat, hanya untuk mempermudah menerangkan tentang seorang wanita yang mempunyai pemahaman yang baik dan telah ber-azam di jalan da’wah.
Suatu siang saya ‘kesel’ karena ada seorang teman menikah dan saya tidak tau sama sekali. Ah sudahlah nanti saya tanya ke yang lain, ko bisa seeh ga ngasi tau. Iya seeh heran juga ko ga pernah ketemu atau denger kabarnya lagi ya? Ya mungkin karena sudah lulus, wajar pikirku. Akhirnya seusai makan, tak sengaja bertemu dengan adik kelas dari temanku yang menikah itu. Dan langsung dong tanpa basa-basi ku tanya padanya. Akhirnya dia menjawab, pertama biasa saja, tapi kemudian air matanya sedikit-sedikit mulai menggenangi bola matanya. Secara implisit dia bercerita bahwa temanku tadi telah mulai terlepas dari jalan da’wah. Padahal selama di kampus, dia termasuk kategori Akhwat Tangguh. Ya seorang akhwat yang militansinya tidak diragukan lagih. Perjuangannya di departemen, dimana hanya sedikit orang yang mempunyai pemahaman yang baik tentang agama. Prestasinya yang di atas rata-rata. Subhanallah semuanya yang baik tampak darinya. Terutama tentang ketangguhannya dalam perjuangan di jalan da’wah. Saya bukan teman terdekatnya, tapi cukup mengenalnya dengan sebuah prestasi yang baik. Dan kini…


Allahu’alam apa yang terjadi, saya pun tak bisa men-judge dan berburuk sangka padanya ataupun mengatakan tentang kondisi dia di hadapan Allah. Karena itu hanya Allah yang tau dan itu adalah hubungan pribadi antara dia dan Allah. Karena belum tentu keadaan saya-pun saat ini lebih baik darinya dihadapan Allah. Tapi yang saya fahami, Allah hanya memberikan satu jalan yang terbaik untuk menggapai cintaNya dan menggapai posisi tinggi dihadapanNya, yaitu berjalan di jalanNya dengan berda’wah. Allahu’alam bi shawab. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuknya.


Dari kejadian ini, membuatku kembali bercermin. Saya bukanlah akhwat tangguh, atau seorang ‘pejabat’ di kampus, atau seseorang dengan militansi yang tinggi, saya hanya seorang wanita yang sedang berjalan pelan di tanjakan ini. Pikirku, seorang akhwat tangguh sajah bisa ‘terlepas’.
Bagaimana dengan saya?
Itulah mengapa saya ingin menangis lagih… tersedu lagih…
Ya Muqalibul Qulub..jagalah hati ini dan keyakinan ini, agar tak pernah terbersit satu alasanpun untuk mencoba mencari jalan lain.
Walaupun diri ini telah merasa lelah ataupun bosan.
Rabbi, Hanya Engkaulah yang bisa menjagaku…

Oia btw…ternyata setelah kerja rodi itu, tetep ada yang salah di softwarenya. Semoga ga ada dari bapa-bapa itu yang suka nge-Blog ya! Kalo ketauan, wuah berabe tuh, apalagi yang salah properties software.
Tuh kan! Jadi sia-sia dong ninggalin semua amalan itu. Astagfirullah al adzim
.

1) Ah gak apa-apa kali pindah ke jalan yang biasa-biasa saja untuk sebentar , soalnya kan capek, istirahat lah sebentar

....sesaat setelah final meeting....

Seuntai Surat Cinta


Seuntai surat Cinta
Untuk saudariku yang kucintai karena Allah…
Ukhty fillah…
Ingatkah dirimu sekitar 5 taun yang lalu…
Saat itu kita masih jadi mahasiswa baru dan Allah menakdirkan kita untuk tetap bersama
Kita sekelas di SMA, alhamdulillah akhirnya kita juga sejurusan dan sekelas pas waktu kuliah…
Lucu deh kalo inget muka bete kita setiap kali menerangkan tentang asal-usul kita, dimana kita selalu sekelas selama 3 tahun di SMU dan akhirnya sejurusan pula, ditambah sekelas di TPB.
Sampai bosen neranginnya….

Saya juga ingat ketika jaman-jamannya kita suka nonton bareng sama anak-anak, biasalah masih syndrom pingin ‘gaul’, poko’nya saat itu kagak ada tampang hanif nya deh!
Tapi, subhanallah melihatmu begitu semangat belajar agama, sementara saya, hehehe..suka bolos-bolos datang mentoring. Karena kita selalu bareng dan kamunya rajin mentoring, jadi alhamdulilah saya yang bandel inpun bisa terajak dan mau untuk ikutan mentoring. Sampai akhirnya kamu mendapatkan penghargaan sebagai ade mentor terajin. Subhanallah, ingat ga ukh? Tapi lucu deh ingat x-presimu yang terbengong-bengong pas dikasi tau ma teteh. Sayang, pas waktu acaranya kamu ga datang, coba kalo datang pasti lebih bengong pas namamu dipanggil.

Masuklah taun kedua kuliah, kita ga terlalu sering bareng lagi, soalnya mata kuliah pilihan kita beda. Tapi Allah masih mengikatkan kita, kita berada dalam kelompok mentoring yang sama. Alhamdulillah sekarangmah kita sama semangatnya. Waktu itu saya merasa seru aja kalo mentoring, soalnyabisa curhat..hehehe. Inget ga antusias kita untuk cerita ma teteh? Padahal kamu teh termasuk orang yang aga diem, tapi kalo pas mentoring mah lumayan lah, Saking semangatnya kita untuk cerita sampe ga ada habisnya, sehingga waktu 2 jam itu kita habiskan untuk cerita terus sementara waktu untuk materinya mepet. Tapi subhanallah yah tetehnya sabar ngadepin kita.
Alhamdulillah, dari mentoring itu akhirnya pemahaman kita-pun bertambah dan hidayah-pun datang. Saya masih ingat ketika hari pertama kamu menutup auratmu dengan sempurna. Hari itu kamu datang terlambat, sementara saya, sebentar-bentar lihat ke pintu. Tumben, tak biasanya kamu datang terlambat. Tiba-tiba terlintas dalam fikirku, kayaknya kamu kesiangan karena mau pake kerudung deh (hehehe), ma’lum pake jilbab pertama pasti ribet. Subhanallah, ternyata dugaan itu betul, ketika pintu terbuka maka tampaklah dirimu dengan aurat yang telah tertutup sempurna. Entahlah tebakan jitu itu karena ikatan bathin yang begitu kuat yang Allah berikan pada kita atau yang lainnya. Yang jelas hari itu saya terharu dan bahagia.

Ukhty, ingat juga ga saat kita baru mendengar istilah-istilah yang ‘aneh’ terus kita pada bengong tea, lalu kita nana ke teteh artina apa ato kalo ngga kita nanana ke teman kita yang lebih jago, ingat kan ukh siapa dia? Lalu saat kita diminta untuk jadi mentor AAEI. Waktu itu kita berdua-kan ga pada pede ya ukh? “Ia gitu? Kita kan masih pada aneh dan ‘lucu’”, kata kita teh . Akhirnya dengan mengucapkan basmallah dan juga atas dorongan, taujih serta tausiah dari teteh-teteh tersayang, akhirnya kita menerima amanah itu (walopun tetep ga pede :D). Trus kita teh pada ga sabar nungu pengumuman siapa yang bakalan jadi ‘ade’ pertama kita, berkali-kali kita berdua lihat pengumuman, ee ternyata baru adanya pas pembukaan mentoring. Alhamdulillah, lega rasanya, karena akhirnya nama-nama itu keluar dan juga karena kita ga kebagian ‘ade’ yang jago. Pikir kita kalo ‘ade’ nya jago ntar kita mati kutu, hihihi.
Kebersamaan kita juga semakin terjalin kuat lewat daurah-daurah yang kita ikuti, dari mulai DMM ,Trendi-nya KM3, MMC dan daurah lainnya yang ga bisa disebutin satu-satu.(soalnya saya lupa..:D) Sampai akhirnya kita sama-sama jadi MAA KM3. Banyak banget ya kegiatan yang kita jalani bareng? Itu teh diluar acara ‘gaul’ lainnya yang sempat kita jalani berdua ketika jaman-jamannya gaul dan lucu (cieee, ga banget deh..:p !).
Semua yang kita jalani bersama itu semakin menguatkan ikatan batin yang kita punyai. Rasa sayangkupun semakin dalam. Allah telah mengumpulkan kita di tempat yang baik, menyatukan kita dengan cara yang baik dan membina kita menuju jalan yang terbaik. Yap, Allah telah memilihkan dan membukakan hati serta fikiran kita untuk sama-sama berjuang di jalan da’wah. Sama-sama menjadi jundy dalam barisan da’wah. Sehingga ukhuwah yang terjalinpun terasa jauh lebih dalam daripada ikatan persahabatan biasa.(Allahu’alam bi shawab)

Ketika semua amanah kampus telah selesai, akhirnya kita pun terpisah. Saat ini saya begitu merindukanmu. Rindu yang teramat dalam itulah yang mendorongku untuk menulis surat ini. Surat ini adalah sebuah expresi atas rasa cinta yang dalam, agar sempat terucap dan memberikan sedikit jejak. Sehingga Allah memasukan kita kedalam orang-orang yang saling mencinta karenaNya dan memasukan kita kedalam golongan orang-orang yang saling menyeru kepada kebenaran dan kesabaran (Al-Ashr :3)

Ukhty yang kucintai, sangat-sangat kucintai karena Allah.
Sebenarnya isi surat ini tidak bermaksud untuk menasihatimu, toh saya-pun tak lebih baik darimu. Surat ini hanya sekedar pengingat bagi kita, agar kita membuka kembali lembaran-lembaran tausyiah dan taujih yang pernah kita dapatkan. Serta untuk kembali merevaluasi tujuan hidup kita, serta pemahaman yang pernah kita pelajari bersama, agar tidak hanya menjadi sekerat ingatan saja, tapi memang senantiasa kita pelajari dan amalkan. Semoga Allah mencatatNya sebagi amalan yang baik dan bukan sebagai sebuah ke-riya-an ataupun akumulasi dari rasa sombong dan ujub. (Allahu’alam bi shawab)

Ukhty yang kusayangi karena Allah…
Ingatkah ketika kita mulai menyadari dan memahami bahwa Allah telah mewajibkan manusia- temasuk kita- untuk masing-masing dari kita menjadi seorang da’i, seorang yang menyeru kepada Allah dengan cara yang baik

”Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang diberi petunjuk”
(An-Nahl :25)

Karena ini pulalah jalan yang telah ditempuh oleh tauladan kita, Rasulullah s.a.w

“Maka segeralah kembali kepada (mena’ati Allah). Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu” ()Az-Zaariyat:50

Dan Dia telah menetapkan bahwa jalan ini, hanya satu-satunya jalan tak ada jalan lain.

“Dan sungguh inilah jalanKu yang lurus. Maka ikutlah! Janganlah kamu ikuti jaan-jalan ( yang lain) yang akan mencerai- beraikanmu dari JalanNya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertaqwa.”
(Al-An’am 153)

Sehingga akhirnya sampailah kita pada pemahaman bahwa jalan da’wah adalah pilihan hidup satu-satunya, lain tidak. Kita mencoba untuk semakin menguatkan tekad dan menjaga keikhlasan kita, meniru jejak para nabi serta tabi’in dan tabi’atnya. Walaupun tak bisa sesempurna mereka, tapi kita juga tak ingin untuk tidak menjadi seperti mereka. Walaupun keimanan kita tak seberapa jika dibandingkan dengan generasi terdahulu, tapi dengan tekad dan pebuh keyakinan, kita berazam untuk ‘menjual’ diri, jiwa, raga serta apa ang kita punya hanya untuk Allah,

“SesungguhNya Allah membeli dari orang-orang mu’min, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka”
(At-Taubah :111)

Karena kita ingin dan kita yakin bahwa dari ‘jual-beli’ ini, Allah akan membalas kita dengan surgaNya. Dan itu cukup.
Kita menyadari, bahwa jalan ini tidak lurus, jalan ini tidak mudah dan jalan ini tak seindah dalam bayangan. Untuk menempa kita menjadi da’iyah yang tangguh, maka Allah akan memberikan ujian untuk kita, sebagai pengukur, apakah kita bertahan ataukah tidak.

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta”
(Al-Ankabut :2-3)

“Ataukah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum datang bagimu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu.”
(Al-Baqarah :214)

Ayat-ayat Allah ini telah menguatkan kita untuk tetap berjalan dijalan Allah. Ayat ini telah menjadi penghibur dikala cobaan menimpa kita dan juga penguat dikala kita goyah. ‘Sejuta’ amanah kampus terbebankan, alhamdulillah Allah masih menjaga kita sehingga kita masih ‘mau’ menjalaninya. Kampus ini telah menjadi tempat pelatihan bagi kita untuk ‘mau’ memegang suatu pekerjaan yang kita yakini bahwa hanya Allah yang membalasnya.

Kini, masa kampus telah berakhir, masing-masing kita menempuh jalan sendiri, mencari jati diri dan jalan hidup masing-masing. Ingin rasanya untuk tetap bersama, berada di tempat yang sama dan amanah yang sama. Bersama-sama seperti dulu lagi. Tapi dalam hidup memang ada saatnya untuk bertemu dan berpisah. Kita menyadari bahwa dimanapun kita, disitu pasti terdapat berjuta ma’na yang dapat kita ambil hikmahnya. Setiap sesi hidup yang kita jalani adalah tarbiyah bagi diri kita, apakah kita akan sanggup ataukah gugur (Naudzu billahi min dzalik). Dipenghujung surat ini, saya ingin kembali mengingatkan pada diri bahwa

“Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (tidak ikut berperang) tanpa mempunai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat derajat orang-orang ang berjihad dengan harta dan jiwanya dengan orang ang hanya duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan) . kepada masing-masing Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar. (yaitu) beberapa derajat daripadaNya,serta ampunan dan rahmat. Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. ”(An-Nisa :95-96)

Sebagai pengingat, bahwasanya Allah memerintahkan kita untuk bergerak dan terus bergerak, menyebarkan kebaikan serta men-syiarkan risalah ini, agar tetap tegak dien Islam. Karena tak- kan pernah sama antara orang yang diam dan bergerak. Bahwa shaleh pribadi itu tidak cukup. Dan bahwasanya risalah ini bukan hanya untuk kita sendiri tapi untuk seluruh umat manusia.
Satu lagi yang harus senantiasa kita ingat ukhty, bahwa bukan da’wah yang membutuhkan kita, tapi kitalah yang membutuhkannya.Karena allah telah menjamin kemenangan untuk para mujahid da’wah serta kemenangan dalam da’wah itu sendiri, pilihan bagi kita adalah, apakah kita ikut didalamnya ataukah tidak?
Jadi dimanapun kau berada ukhty fillah, tetaplah bergerak dan bergerak agar Allah tak mematikan hati kita, agar Allah tetap melihat kita dan kita tidak termasuk kedalam orang-orang yang tak dilihat olehNya seperti kisah segolongan kaum bani Israil. Juga agar kita termasuk kedalam barisan yang di’menang’ kan oleh Allah, yaitu didalam barisan mujahid da’wah. Karena kita telah ber’azam
Nahnu Du’at Qobla Kuli Sai’in
(Kami Da’i sebelum apapun Kami)

Terakhir…
Ukhty, masihkah perahu itu tersimpan?
Masihkah pesanku yang tertulis diselembar kertas yang menemani sang perahu ada?
Kini, di surat ini, kutuliskan kembali pesan itu, agar kau selalu mengingatnya.

Ukhty yang kusayangi karena Allah, perahu manapun yang kaunaiki, yakinkan bahwa kita akan kembali bertemu di pelabuhan yang sama, yaitu pelabuhanNya

Allahu’alam bi shawab…

With All My Love Because Of Allah

Friday, April 15, 2005

Satu Hati Bebaskan Palestina...Allahu Akbar!

Barisan Syuhada Palestine*)

4/2/2005 5:25:33 PM

Muhammad Musa
Menggapai Syahadah dengan Kejujuran Citanya
3/29/2005 4:06:30 PM

Eyad al Khateb
Motor Penggerak Utama Intifadhah di Pinggiran Nablus
3/16/2005 10:22:32 AM

Ala’ Hani
Bocah yang Mengusung Cita-cita Tanah Airnya
3/10/2005 11:50:09 AM

Abdullah al Deek
Penjara dan Pernikahan Tak Pernah Menyurutkan Impian Jihad dan Syahadah
2/25/2005 5:01:46 PM

Ihsan Syawahena
Muhandis Keenam al Qassam: "Hanya Mati Syahid Jualah yang Menyudahi Keterasinganku”
2/22/2005 3:42:19 PM

Khalil Bawadi
Pejuang yang Senantiasa Cemburu Terhadap Agama dan Tanah Airnya
2/18/2005 1:49:13 PM

Omar Sulaiman
Pelaku Aksi Syahid yang Menewaskan Komandan Intelijen Shabak di Gaza
2/16/2005 2:24:43 PM

Basyar Amoody
Penyangga Utama Logistik Brigade al Qassam di Tepi Barat
2/8/2005 3:36:25 PM

Sami Abu Khudhair
Pemuda Kalem dan Sederhana yang Selalu Merindukan Syahadah
1/27/2005 4:58:09 PM

Rami Abu Ekr
“Merpati Masjid” yang Menjadikan Rumahnya Sebagai Markas Pembuatan Bom
1/25/2005 4:11:41 PM

Umar Heemoni
Kematian Itu Hanya Satu, Maka Harus Menjadi Kematian yang Mulia
1/21/2005 3:06:20 PM

Ibrahim al Fayed
Usia Tua Tidak Menghalanginya Merindu dan Menggapai Mati Syahid
1/6/2005 2:17:56 PM

Murad Qawasimi
Tiada yang Membuatnya lebih Mulia kecuali Kejujuran Loyalitasnya kepada Hamas dan Berjuang di Bawah Panji al Qassam
1/6/2005 11:25:11 AM

Yahya Ayyasy In Memoriam
Mengenang Sembilan Tahun Kesyahidan Sang Muhandis Hamas
1/4/2005 3:16:55 PM

Mahdi Musytaha
Madrasah dalam Ilmu dan Ma’rifah, Teladan dalam Kepemimpinan dan Persaudaraan
11/30/2004 3:23:04 PM

Adnan Al Ghul
Orang Nomor 2 al Qassam, Insinyur Paling Berbahaya yang Jadi Buron Zionis 18 Tahun
10/28/2004 2:57:55 PM

Khaled Imrithi
Penggerak Departemen Kepemudaan dan Kelompok Penggempur Hamas
10/12/2004 4:48:23 PM

Saad Elyan Zamil
Penjara Zionis Telah Menjadi Langganan Sejak Usia 9 Tahun
9/23/2004 4:29:55 PM

Abu Salameya
Pemimpin Besar al Qassam, Enginer Rudal dan Bom yang Tak Lulus Kuliah Ekonomi
9/16/2004 5:09:26 PM

Aziz as Syami
"Bapak Pejuang", Kematangannya Melampaui Angka Usianya
9/9/2004 5:47:38 PM

Naseem al Ja'bari
Pendidikan Rendah Tak Menghalanginya Menjadi Pahlawan Kebanggaan
9/7/2004 4:19:02 PM

Ahmad Qawasimi
Sosok Humanis yang Selalu Membuat Orang Lain Tersenyum Bahagia
9/1/2004 3:07:58 PM

Ismail Abul Atha
Menyiapkan Diri Untuk Aksi Syahid Tapi Gugur dalam Baku Senjata dengan Penjajah
8/20/2004 10:34:42 AM

Akram Eqelan
Komandan Lapangan yang Lincah Nan Cekatan
8/10/2004 11:07:43 AM

Amru Abu Setah
Di Fatah Berkarir Militer Kemudian Mendirikan dan Memimpin Brigade Militer Abu Risy
8/5/2004 3:48:26 PM

Nahed Abu Audah
Anak Yatim yang Dididik Cinta Jihad dan Pengorbanan
8/4/2004 12:22:59 PM

Malik Nashiruddin
Di Dadanya Dia Pendam Rahasia, Dia Jaga Janji dan Dakwahnya Hingga Syahid
8/3/2004 8:44:33 PM

Waled Abidu
Enam Bulan Setelah Syahid, Zionis Israel Lumatkan Rumah Keluarganya
7/28/2004 3:44:45 PM

Rafat Abu Ashi
Cinta Jihad & Perlawanan Tumbuh Sedari Belia
7/23/2004 11:02:21 AM

Alauddin Fakhuri
Mush'ab bin Umair Abad Duapuluh Satu dari Hebron
7/21/2004 3:37:32 PM

Muhammad Halas
Tinggalkan Buku-buku Sekolah Tuk Menyandang Senjata
7/16/2004 4:22:16 PM

Mahmud Yusuf Nassar
Citanya Jasad Hancur Berhamburan di Jalan Allah
7/14/2004 12:11:37 PM

Yaser Sultan
Suara Emosi Menyambut Penyeru Jihad
7/13/2004 5:24:19 PM

Asy Syahid Ahmad Gurrah
Aktivis Masjid itu Ternyata Pengawal Tokoh Penting
7/9/2004 6:24:12 PM

Naseer Nazzal
Singa al Qassam dan Insinyur Sabuk Peledak
7/7/2004 12:05:43 PM

Nayef Abu Syarkh
Pemimpin Martil al Aqsha yang Berdiri Tegap Menghadang Kerusakan
7/6/2004 6:42:52 PM

Abdullah Qawasimi
Pemagar Kota Suci al Quds dari Kota Hebron
7/1/2004 7:56:53 PM

Asy Syahid Ja'far El Misri
Pengawal Terpercaya para Pemimpin al Qassam
6/24/2004 7:15:45 PM

Asy Syahid Saed Quthub
"Tiada Artinya Hidup Kita Sebelum Berjihad"
6/9/2004 5:02:02 PM

Asy Syahid Khaled Altal
Pejuang al Qassam yang Tidak Pernah Dikenal
6/9/2004 11:26:11 AM

Mazen Mahmud Yasin
Programer dan Insinyur Bom Kendali dari Kota Qalqilia
6/8/2004 6:51:52 PM

Wail Nashar
Dari Kelurga Pejuang Menjadi Arsitek Para Pelaku Syahid
6/4/2004 2:25:27 PM

Anas Abu Ulbah,
Dari Keluarga Miskin Menjadi Pengaman Mobil-mobil Aksi Syahid
5/25/2004 9:12:30 PM

Muhammad Batata
Pencemburu Kebenaran dari Kampung Ummu Durj
4/27/2004 7:34:36 PM

DR. Abdul Aziz Ar-Ranteesi,
Juru Bicara Hamas di Gaza
3/29/2004 4:40:38 PM
Mengenang Tujuh Tahun Kesyahidan Muhandis Yahya Ayyasy
Lembaran kehidupan yang mencerminkan keteguhan iman, jihad dan perjuangan.
3/23/2004 12:23:50 PM

Syeikh al Mujahid Ahmad Yasin
Pendiri dan Tokoh Spiritual Hamas
3/19/2004 11:25:42 AM

Asy Syahid Muhammad Abu Dea
Pahlawan Tak Kenal Menyerah
3/12/2004 8:32:52 PM

Asy Syahid Mu'taz Nafidz Husein Al-Syarafi (11 tahun)
Sebelum Syahid, Ia Memperagakan Jenazah Seorang Syahid.
2/17/2004 4:21:30 PM

Asy Syahid Hani Abu Sukhaelah (11/2/2004):
Wajahnya dipenuhi dengan cahaya saat jasadnya terbungkus di lemari mayat di RS. Al-Shifa di kota Gaza.
2/3/2004 7:12:20 PM

Asy Syahid Ali Ja'arah:
Lakukan Aksi Syahid Saat Berpuasa
10/31/2003 1:51:56 PM

Asy Syahid Samer Faudah
Pendulang Emas Bagi Brigade Al-Qassam
10/17/2003 12:05:31 AM

Mufid Usamah Elbal
10/9/2003 4:21:41 PM

Asy Syahid Jihad Abu Swaerih
Perindu para komandan jihad
10/1/2003 5:23:53 PM

Asy Syahid Muhammad Hijazi
Pejuang Aktif Dicinta Semua Orang
10/1/2003 5:10:07 PM

Ibu Mahmud el Abid, Pelaku Aksi Bom Syahid
Blak-blakan dengan Pusat Informasi Palestina
10/1/2003 5:03:46 PM

”Abu Hadits” Basel Najee
Singa Muda al Qassam Yang Merindukan Syahadah Bagai Rahib di Malam Hari, Singa di Siang Hari
10/1/2003 4:50:46 PM

Asy Syahid Imad Aqil
Pejuang Legendaris
10/1/2003 4:44:03 PM

Asy Syahid Syeikh Shalah Syahadah
Mentarbiyah Pemuda dengan Kekuatan dan Cinta (1)
10/1/2003 3:10:11 PM

Akram Al Athrasy
Mujahid Tuna Netra Hafidz Al Quran

akankah kita berada di dalam barisan itu...
barisan yang tak takut mati...
dan berjuang dengan segala yang dipunya...

saat ini mungkin tak banyak yang bisa kita lakukan...
mungkin tak bisa pergi menjemput ke medan juang...
setidaknya do'a tetap kita panjatkan...
dan segala upaya yang kita bisa kita lakukan...

4JJ1 Akbar!
Satu hati bebaskan Palestina

Wednesday, April 13, 2005

MyBrother

Hari ini ada panggilan wawancara kerja untuk Aa-ku (panggilan untuk kakaku-red). Beliau sudah bekerja, tapi pekerjaannya saat ini sangat tidak menjunjung hak asasi manusia (itu istilahku!).Setiap pagi kami biasa pergi bareng, saya nebeng motornya dia. Lumayan, hemat ongkos. Pagi tadi ada yang beda. Setelah sun tangan (hehehe..gaya anak kecil ya..:D ), dia berkata, doakan ya biar keterima. Iyah, ujarku. Trus katanya lagi, biar bisa bayar hutang. Saya hanya tertawa mendengarnya.
Dulu, ketika kami sama-sama masih balita, teteh-tetehku berkata bahwa Aa-ku sangat sayang sekali padaku. Dia sosok yang sangat baik. Tapi seingatku, dari mulai memory dalam otaku tersimpan, kami selalu bertengkar. Sampai kami menjadi dua pribadi yang sangat jauh. Setiap betemu, kami tak pernah akur. Seingatku juga dia sangat jail dan sering membuatku kesal. Sampai usia beranjak dewasa dan saya merasa sangat membutuhkan sosok kaka itu kembali menjelma. Saya punya kaka laki-laki, tapi mengapa kehadirannya tak begitu terasa? Suatu malam saya bercerita pada tetehku bahwa saya merasa sangat sedih, saya sangat ingin dekat dengan Aa-ku. Saat itu tak terbayang bahwa diantara kami akan ‘akur’ kembali, sama seperti sewaktu balita dulu.
Suatu hari, apa dan mamah memutuskan untuk membeli rumah di Bandung. Otomatis, kami berdua yang harus menempatinya, saya dan Aa.
Tahun berganti masa berlalu. Mulanya sangat kaku dan kami jarang mengobrol kecuali hal-hal yang sangat penting. Tapi, subhanallah saat itu saya tetap merasakan cintanya sebagai seorang kakak, walau dengan cara yang berbeda. Sejak dulu, pola pikir kami aga berbeda, sehingga cara dia berfikir kadang tidak masuk akal bagiku dan sebaliknya. Tapi setelah lama komunikasi dan mungkin jiwa kami juga yang semakin dewasa, maka kami-pun saling mengerti dan pertengkaranpun semakin jarang terjadi.
Dulu, saya merasa tak mungkin bisa dekat dengannya sebagai adik, tapi kini tidak lagi (kayak bunyi iklan ya..:D). Kami menjadi dekat, sering berdiskusi walopun kadang-kadang dia iseng dan suka garing. Tapi tetap saja, saya masih sering merasa kesel, merasa ga dianggap penting dan merasa di nomor duakan :( . Subhanallah dia menjagaku dengan caranya sendiri. Kesediannya untuk menjemputku kalau pulang malam atau jaman-jaman dulu ketika dia dapat proyek dadakan trus beli durian buat dimakan bareng. Teringat pula, ketika suatu hari dia sangat marah padaku, sampai piringku terlontar, tapi justru itu yang membuatku terharu. Ternyata dia marah karena dia sangat khawatir pada keselamatan saya dan saya-nya tetep ngotot bahwa saya akan baik-baik saja. Terharu kan? Saat itu saya nangis dong, abis kesel. Tapi lama-lama, oia saya-nya yang keukeuh. Dasar ade yang bandel! Kalo difikir-fikir, mungkin itu juga yang membuat kami jauh selama ini. Soalnya saya ade yang bandel dan keukeuh. Ditambah cara masing-masing kami dalam mengungkapkan sesuatu yang berbeda. Sehingga kami sering salah faham. Mmh mungkin (hehe..:”> sambil malu tea) saya yang (dulu) kadang-kadang suka keras kepala dan ga mau kalah. Ma’lum dong, saya kan bungsu (pembelaan gini ya..:D).
Subhanalllah, itulah keajaiban cinta yang Allah berikan pada kami. Dialah yang membolak-balikan hati kami. Sehingga dulu saya merasa bahwa kami sangat jauh, tapi sekarang 4JJI telah mendekatkannya. Terakhir, semoga 4JJI mengumpulkan kami kembali di jannahNya. Aamin…

** lagih nunggu dijemput Aa nee..:D

Tuesday, April 05, 2005

setaun

gak kerasa, sudah setaun saya disini...
belajar c++ yang syusyaahhhh nyambungnya
belajar tentang perminyakan yang gak kebayang (beda banget gitu lho!)
gak terasa duduk kembali di ruang rapat ini, sama seperti taun lalu,
bedanya dulu ga ngerti apa-apa
sekarang mmh tambahhhhh...;)
ga deng!
alhamdulillah sudah banyak yang didapat

pertanyaanya...
masihkah tetap bertahan?
InsyaAllah, tapi sedang menyusun lagi serpihan-serpihan itu
merancang hari merancang masa
melalui hari-hari yang bertepi
agar hidup lebih bermakna
sampai kapan?
sampai seseorang atau sesuatu membawaku pergi dari sini...
dan 4JJ1 menakdirkan bahwa itulah yang terbaik yang harus kujalani

deg

deg, hatiku kembali berdetak
ataukah karena selama ini waktu terhentak
sehingga baru saat ini aku kembali tersadar
bahwa jantungku kembali berdetak
telah mati atau mati suri?
entahlah
semoga 4JJI menjaga segumpal daging itu agar tetap berada dalam dekapNya

Sudahkah hidupku berarti? (ngambil dari milis)

======================
Kehidupan yang Berarti
Berapa umur anda saat ini?
25 tahun, 35 tahun, 45 tahun atau bahkan 60 tahun...
Berapa lama anda telah melalui kehidupan anda?
Berapa lama lagi sisa waktu anda untuk menjalani kehidupan?
Tidak ada seorang pun yang tahu kapan kita mengakhiri hidup ini.
Matahari terbit dan kokok ayam menandakan pagi telah tiba.
Waktu untuk kita bersiap melakukan aktivitas, sebagai karyawan, sebagaipelajar, sebagai seorang profesional, dll.
Kita memulai hari yang baru.
Macetnya jalan membuat kita semakin tegangmenjalani hidup.
Terlambat sampai di kantor, itu hal biasa.
Pekerjaan menumpuk, tugas dari boss yang membuat kepala pusing, sikap anakbuah yang tidak memuaskan, dan banyak problematika pekerjaan harus kitahadapi di kantor.
Tak terasa, siang menjemput..."Waktunya istirahat..makan-makan.."
Perut lapar, membuat manusia sulitberpikir.
Otak serasa buntu.
Pekerjaan menjadi semakin berat untuk diselesaikan.
Matahari sudah berada tepat diatas kepala.
Panas betul hari ini...
Akhirnya jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja...
Perut kenyang, bisa jadi kita bukannya semangat bekerja malah ngantuk.
Aduh tapi pekerjaan kok masih banyak yang belum selesai.
Mulai lagi kita kerja, kerja dan terus bekerja sampai akhirnya terlihat disebelah barat...
Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah.
Gelap mulai menjemput.
Lelah sekali hari ini.
Sekarang jalanan macet.
Kapan saya sampai di rumah.
Badan pegal sekali, dan badan rasanya lengket.
Nikmatnya air hangat saat mandi nanti.
Segar segar...
Ada yang memacu kendaraan dengan cepat supaya sampai di rumah segera dan ada yang berlarian mengejar bis kota bergegas ingin sampai di rumah.
Dinamis sekali kehidupan ini.
Waktunya makan malam tiba.
Sang istri atau mungkin Ibu kita telah menyiapkan makanan kesukaan kita.
"Ohh..ada sop ayam" .
"Wah soto daging buatan ibu memang enak sekali".
Suami memuji masakan istrinya, atau anak memuji masakan Ibunya.
Itu juga kan yang sering kita lakukan.
Selesai makan, bersantai sambil nonton TV.
Tak terasa heningnya malam telah tiba.
Lelah menjalankan aktivitas hari ini, membuat kita tidur dengan lelap.
Terlelap sampai akhirnya pagi kembali menjemput dan mulailah hari yang barulagi.
Kehidupan... ya seperti itu lah kehidupan di mata sebagian besar orang.
Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan.
Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak ada bedanya dengan hewan yang puas dengan bisa bernapas, makan, minum,melakukan kegiatan rutin, tidur.
Siang ataumalam adalah sama.
Hanya rutinitas...sampai akhirnya maut menjemput.
Memang itu adalah kehidupan tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas.
Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam menjalankan kehidupan.
Kehidupan bukanlah sekedar rutinitas.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orangyang kita sayangi.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain.Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tuakita, saudara, serta mengasihi sesama kita.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentangarti kehidupan.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur kepada YangMaha Kuasa .. Kehidupan adalah ... dll.
Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani.
Berapa tahun anda telah melalui kehidupan anda ?
Berapa tahun anda telah menjalani kehidupan rutinitas anda?
Akankah sisa waktu anda sebelum ajal menjemput hanya anda korbankan untuksebuah rutinitas belaka ?
Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1tahun lagi, mungkin sebulan lagi,mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi.
Hanya Tuhanlah yang tahu...
Pandanglah di sekeliling kita... ada segelintir orang yang membutuhkan kita.
Mereka menanti kehadiran kita.
Mereka menanti dukungan kita.
Orang tua, saudara, pasangan, anak, sahabat dan sesama......
Selamat menjalani hidup yang lebih berkualitas....

**Mmh…tertegun, apa yang sudah saya lakukan selama hampir 24 taun ini…
Seperempat abad, bukanlah waktu yang sebentar…
Sudahkah hidup yang saya jalani berkualitas?
Memberikan manfaat yang banyak untuk kehidupan?

Sudahkah hidupku berarti?

Me and My Blog

Apa ya?
Selalu ingin ikutan lomba entry IMB setiap bulannya, tapi ga bisa.
Saya tu kalo disuruh nulis dengan tema tertentu, pasti ga bisa.
Saya ga bisa nulis kalo musti ditentuin temanya.
Saya bisanya nulis kalo memang pingin nulis dan ada sesuatu yang harus saya tuliskan.
Tapi kalo memang ditentuin temanya tapi hati saya tak bertema sama seperti yang ditentukan, wuaa…nda bisa.
Jelek ya?
Ga bisa jadi penulis professional yang dikejar-kejar dateline dan harus menulis dengan tema sesuai pesanan.
Mungkin ini artinya ilmu saya yang masih terbatas.
Jadi layaknya seorang yang kurang wawasan, baru bisa nyambung kalo ngobrol tentang sesuatu yang ada di otaknya.
Tapi kalo wawasannya luas, maka orang itu bisa ngobrol apapun sesuai dengan tema yang ngajak ngobrol.
Begitupun dengan menulis, kalo wawasan dan ilmu saya luas, tema apapun yang diajukan, maka ada titik-titik ide yang bisa saya kembangkan untuk saya tulis. Tapi kalo wawasan dan ilmunya kurang, ya kayak gini, menulis sesuka hati dan hanya dipenuhi oleh ribuan curhat yang terpendam. Mmh jadi malu...
Jadi mikir…kalo ditanya tentang Me and My Blog, yaa..Me and My self…
Syusyah didefinisikan…
Karena itulah saya... serta tulisan dari ma'na jiwa yang terungkap...

Ups…, ternyata tulisan saya kali ini sesuai ma tema lomba entry blog bulan maret?
Mmh, tapi teulat neeh. Ini kan udah bulan april. Lagian ga mutu banget isinya…
Sudahlah...
Saat ini saya sedang belajar untuk menulis dan tulisan saya masih untuk saya sendiri, sebagai tempat bercermin.
Tapi, jika ada orang yang mo ikutan bercermin ya mangga silakan…
Semoga bermanfaat…
Dan bisa mendekatkan hati kita padaNya...


** belajar dan belajar menjadi seorang pembelajar...
sulit, tapi itulah hidup, akan berma'na ketika kita mau belajar dan terus belajar

ade-ade lucu (I)

Beberapa hari ini YM ku suka muncul tiba-tiba…
Isinya ‘hanya’ sepotong hadits…
Subhanallah…
Syukran ukhty…
Kau memberikan dimensi yang berbeda pada sebuah YM…
Kau menjadikan setiap langkah sebagai da’wah…
Malu rasanya saya…
Semoga 4JJI membalas dengan yang jauuh lebih baik


** sumber inspirasi ketika belajar dari jiwa murni tak terperi,
menggores hati yang sekian lama diam dalam sepi,
menggugah diri agar belajar darimu...
untuk ade'-ade' tercinta...
dari teteh yang masih dan akan selalu belajar