Saturday, February 26, 2005

Aku Ingin

Aku ingin menjadi wartawan,
Agar aku bisa melihat berita dengan mata kepalaku sendiri,
Datang ke tempat konflik dan mengetahui apa yang sebenarnya terjad,
Menengok tempat bencana dan tau apa yang bisa kubantu,
Setidaknya dengan berita benar yang kutayangkan,
Agar berita tak membohongiku,
Agar walaupun banyak sensor dalam sebuah berita, aku bisa tau yang sebenarnya
Dan berkata pada duniaku,
Apa yang sebenarnya terjadi,

Aku ingin menjadi seorang presenter,
Memandu diskusi-diskusi berbobot,
Bersama intelek-intelektual dunia,
Atau cendikiawan-cendiakawan berilmu tinggi,
Agar bisa kucuri ilmu mereka,
Dan kusimpan dalam jutaan sel dalam otaku,
Akupun bisa mengorek dari penjahat terselubung yang ternama,
Agar -walaupun mereka tidak mengaku- aku bisa membuatnya malu,
Bahwa apa yang dilakukanya sangat jahat,
Atau lebih baik lagih,
Aku bisa membeberkan pada masyarakat,

Aku ingin menjadi dokter,
Atau mungkin perawat,
Agar bisa menolong yang sakit (standar anak-anak banget!)
Agar tak kebingungan seperti sekarang,
Ketika jiwa ingin pergi ke tempat musibah,
Tapi bingung, aku bisa apa?
Tapi jika aku seorang dokter,
Maka tanganku bisa mengobati yang terluka,
Dan pergi membantu di tempat musibah dimanapun,
Karena aku pasti berguna,
Atau mungkin….
Mmmh… karena uangku banyak, aku bisa membantu pasienku yang tak bisa membayar (biaya pengobatan kan mahal)

Aku ingin jadi sastrawan,
Akan kutulis puisi yang menawan,
Agar tergugah sebongkah hati yang beku,
Serta mencair menemukan tempat mengadu,
Kan kubuat cerita bermakna,
Agar bisa kupengaruhi sejuta jiwa yang fana,
Sehingga tersentuh hati mereka,
Dan peduli dengan penderitaan sesama,

Aku ingin menjadi ilmuwan,
Kan kukreasikan bermacam-macam penemuan,
Serta menggali sejuta keajaiban,
Serta mengatakannya pada khalayak ramai,
Agar mereka semakin bertaqwa,
Sehingga nama Allah tersebut dimana-mana,
Seperti seorang Harun Yahya,
Yang dengan sejuta ilmunya,
Dia membuat berjuta orang tersadar
Bahwa Allahlah Yang Maha Kuasa
Dan manusia tiada berarti tanpaNya

Aku ingin menjadi guru,
Kan kutoreh lembar putih di jiwa-jiwa murni itu,
Menjadi sebuah buku penuh warna,
Yang kan menyejukan berjuta hati karena ilmunya,
Dan mencerahkan berjuta jiwa karena kecerdasannya,
Kan kuberikan jiwa-jiwa mungil itu,
Sebuah kepercayaan,
Sehingga mereka bisa berkembang,
Seperti adanya mereka,
Tanpa ada hak sekitarnya yang terdzalimi,
Karena Allah telah menanamkan dalam setiap jiwa,
Sebuah hati yang murni dan uniq,
Yang akan berkembang sesuai dengan tempat yang menumbuhkannya,

Aku ingin menjadi Azkar,
Kan kujaga saudaraku,
Jangan sampai ada yang terluka,
Dan menangis karena dianiyaia,
Kan kubela tanah airku,
Agar tak ternoda oleh berjuta tikus busuk yang menyeringai,
Kan kumaju kemedan perang
Agar bisa menjemput syahid seperti syuhada-syuhada Allah

Aku ingin menjadi istri,
Agar bisa menggapai separuh dien,
Hingga bisa berusaha menggenapkan lagi setengahnya
Agar bisa membantu mujahid,
Tuk bermanfaat di medan juang,

Aku ingin menjadi ibu,
Agar bisa melahirkan jundi-jundi,
Yang siap menjadi “pahlawan”,
Dan berjuang di medan perang,

Aku ingin menjadi da’iyah
Karena
Perniagaanku hanya dengan Rabbku
Karena,
Tak ingin Allah tak melihatku karena “diam’nya aku
Karena,
Nahnu du’at, qobla kuli sai’in,
Tak ada tawar-menawar lagi,

Sekarang, dimanakah aku?
Telah sampai pada belahan Aku yang mana?
Ataukah hanya terdiam,
Dan mencari sejuta alasan,
Agar tetap bisa duduk dan merasa nyaman,
Serta berangan,
Menghasilkan berjuta-juta ”Aku Ingin” lainnya


dibalik ketidak sukaanku pada kata “Aku Ingin” coz it sound so selfish (OS banget ga seeh?), but I can’t find a better words than this

Rokok Kijang Hijau

Suatu malam dalam angkot (aduu ketauan !!! pulang malem), abis lembur untuk ngejar kerjaan segudang. Hampir tiap malam dalam minggu ini pulang lebih dari jam 7 . Alhamdulillah malam ini ada mamah dan apa di margahayu, jadi pulangnya bisa ke sana. Lumayan lebih save dan dekat dibanding harus ke rumah teteh. Malam itu, rela keluar dari kampus dan naik angkot sekitar jam 8.
Semuanya biasa saja, sampai akhirnya angkot nge-tem di depan gedung annex, balubur. Disana naik seorang laki-laki dengan tampang lumayan serem dengan celana jin sobek dimana-mana serta rambut kusutnya. Tiba-tiba ketika sampai disekitar jalan diponegoro, laki-laki itu berkata,
“ Maaf saya boleh merokok?”,
Tepatnya rela lupa lagi, tapi intinya seperti itu. Refleks dong rela bilang,
“Maaf, kalo bisa jangan!”,
Kata itu rela ucapkan berulang kali, karena dia tampaknya kurang bisa menyimak apa yang rela katakan. Kemudian rela berkata lagi,
“Maaf ya!” (bayangkan muka orang yang meminta maaf tentang hal sepele pada sahabat atau teman karib!)
Tiba-tiba raut mukanya berubah, deg jantungku berdegup keras. Dari sana tiba-tiba ada perasaan takut. Aduh kumaha kalo dianya marah dan berlaku yang mengerikan.
Ketika naik angkot, rela sedang membaca Al-Ma’tsurat (kebiasaan, soalnya kalo di rumah suka terkantuk kantuk …maluuu), sehingga mulutnya nampak komat-kamit (ii ngeri emang dukun). Tapi sejak kejadian itu, rela lafadzkan Al-Ma’tsurat dalam hati saja, khawatir kalo nampak komat-kamit ntar orang nyangkanya rela baca jimat-jimat dan penolak bala karena takut sama dia, ato dianya nyangka rela macem-macem.
Alhamdulillah, sampai rela turun di pertigaan supratman, semua baik-baik saja.

Kejadian ini membuat saya malu. Malu karena telah bersu’uzhon pada laki-laki itu. Padahal kalo diperhatikan, dia (mungkin) lebih baik dari seorang laki-laki perlente. Setidaknya dia meminta ijin untuk merokok, dia memperhitungkan bahwa ada hak orang lain yang terdzalimi jika dia merokok. Padahal banyak orang lain yang berpenampilan necis, jangankan untuk minta ijin, melihat kita batuk-batuk karena asap rokok, dianya lempeng saja. Apalagih kalo ingat fikiran rela yang nyangka dia bakalan menganiaya. Rasanya maluu banget, kayaknya ga mungkin dia berfikir buruk seperti itu, menganiaya-kan perbuatan yang membahayakan orang lain , wong mo merokok(melakukan perbuatan yang berkaitan dengan hak orang lain) ajah minta ijin .
Malu yang kedua karena, rela ga pernah meminta hak, tapi menuntut orang lain sadar dengan hak yang harus saya terima. Spesifiknya dalam hal rokok. Kalo diangkot ato mobil umum lainnya, ga pernah meminta orang yang merokok untuk mematikan rokoknya (meminta hak saya). Yang ada malah saya batuk-batuk atau tutup hidung dan berharap yang merokok akan terusik, ngeh dan kemudian mematikan rokoknya. Teringat salah satu bagian dari buku Pagi ini Aku Cantik Sekali, mirip ceritanya, yaitu di sekitar rokok. Cuma bedanya beliau mengakhiri ceritanya dengan komitmen bahwa dia akan menuntut haknya -untuk bisa bebas bernafas dengan bebas tanpa asap rokok- dengan cara bilang ke orang yang merokok langsung. Sementara kalo saya, mmh mikir dulu..berani ga ya buat ngomong
Tampaknya cerita ini tak memberikan sebuah kesimpulan akhir yang membahagiakan, karena toh saya “Sang Tokoh” tidak lantas berubah dan mau menuntut haknya.
Tapi hikmah tettep ada, bahwa “Don’t judge the book by the cover-nya” teh bener…
Harus berusaha lebih keras lagih untuk menghilangkan prasangka-prasangka jelek dari dalam otak…
Sucikan hati dan fikiran lah intina mah!


Malam menegangkan -> Information Exchange Meeting 2005

tanda seru (!)

Mmh..
Rela dapet pelajaran berharga sore ini, bahwa YM itu sangat-sangat sensitif.
Rela memang punya hobi untuk menulis tanda seru (!) untuk sesuatu yang penting, atau kata yang nadanya aga beda, ga lempeng gitu! Untuk mengekspresikan rela yang heboh, kayaknya pas deh kalo pake tanda seru.
Kemudian sore ini rela memakai tanda seru untuk suatu kalimat, tidak bermaksud untuk marah. Tapi ternyata, karena sebuah tanda seru, saudariku terluka karenanya. Maaaph ya ukhty…
Dia merasa kalo rela marah karena dia ga jawab pertanyaan rela, padahal sebenarnya dia udah jawab. Tapi memang di YM relanya ga ada jawabannya, itu juga salah satu yang membuat YM sensitive, karena kadang-kadang ada error yang bikin salah faham.
Tapi subhanallah…Allah tidak akan membuat satu jengkal kejadianpun sia-sia. Pasti berjuta hikmah terkandung disana. Jadi setelah kejadian itu, rela diberitahu oleh saudariku , bahwa di “dunia maya”, tanda seru itu artinya marah. Dan beliau juga menulis , “bahwa di dunia ini (maya), emosi ga keliatan. Semuanya dibahasakan dalam bahasa tulisan”. Jadi memang kitanya harus hati-hati. Rela juga jadi tau, kalo ternyata ada ‘buku primbonnya’ “how to communicate in this sort of world”.
Tapi memang betul, kita harus hati-hati kalo lagih chatting, dulu juga pernah rela terlibat dalam satu pembicaraan dengan seorang teman, dan rela nebak kalo beliau marah. Trus dia bilang dengan ikon ketawa, “rela ko nuduh gitu seeh? Rela kan ga bisa liat wajah sayah gimana”.
Ya memang..apapun itu, sebenarnya kita harus hati-hati. Baik di dunia maya maupun nyata.
Untuk teman-temanku….
Maaphkan rela ya kalo ada salah-salah kata, ataupun perbuatan yang ga mengenakan dan bikin bete. InsyaAllah ga ada maksud seperti itu…
Maaphkan……



for my beloved sis...
luv U coz 4JJI n than's 4 everything

Friday, February 25, 2005

bingung

seminggu ini, ketika banyak hal yang harus kukerjakan, ide untuk menulis segudang...
tapi aku mencoba menahannya untuk tidak dituliskan, karena "ga enak'...
pekerjaan menumpuk ko ya malah nulis sesuatu yang ga ada hubungannya sama kerjaan...
tapi kini seteah semua selesai dan ingin kutuliskan sejuta ide itu, tiba-tiba blap!!!
ILANG!
bingung jadinya

Friday, February 18, 2005

sibuk #:-S

lagih dikejar dedline..padahal ide segudang..:(
mmh semoga ga hilang...
tunggu sampai 2 minggu mendatang...
mungkin postingan kan menjelang...
mengisi blogku yang kian lengang...
inipun curi-curi karena ku tak datang siang..
jadi bisa baca imel sambil duduk tenang...
sudah yah sayah mau..... (apa yah yang belakangnya ang?)
mau....berenang!!! :P
ga deng mau......berdendang!!!
gak juga :o
mau udahan ajah deh...

diantara kerjaan yang segudang!!!
hureee!!! ang lagih

Friday, February 11, 2005

My Parent

"La, abis ketemu sama orang tuamu kemaren, pantesan rela kayak gini...."
"Kenapa, manja yah?"...ucapku sambil malu-malu....
"Keliatan banget sayangnya sama rela"...
..tak kuasa air bening dari bola mataku ingin mengalir deras...
subhanallah sampai orang lain pun bisa melihatkasih sayang itu terpancar dari sikap kedua orang tuaku...
memang hal yang wajar dan fitrah jika kedua orang tua kita sayang sama kita...
tapi, kita anaknya kadang tidak menyadarinya dan menganggap semua hal yang terjadi antara kita dan kedua orang tua kita adalah hal yang biasa, hanya rutinitas sehari-hari...
Padahal sejuta rasa sayang telah mereka berikan, dari semenjak doa yang mereka ucapkan ketika meminta agar Allah mengamanahi mereka salah satu hambanya agar menjadi anaknya sampai dengan akhirnya Allah mengambilnya atau usia menjemput mereka

ingin kubuat puisi untuk mereka berdua, tapi...ga bakat deh kayaknya...

Mamah adalah panggilan rela buat ibu...
Dan Apa adalah panggilan untuk Bapak...

Mah, Pa... banyak banget sikap rela yang bikin mamah atau Apa kesel banget sama rela..
Rela juga suka gitu, suka "kesel" atau beda pendapat sama mamah dan apa...
walaupun sebenarnya ga pantas , kalo rela kesel ma mamah dan apa...
Tapi ya itulah, rela manusia biasa yang belum bisa mengontrol emosinya..
Apalagi kata teteh-teteh dan aa-ku kalo rela suka paling keukeuh ..:D

Bahkan sampe bikin heran kaka-kakaku...
"Enak ya rela bisa diskusi, kalo jaman kita dulu wuaahhh mana berani"
dan aku hanya bengong.....
" O..ya?"
mungkin itulah karunia dari Allah...
Ada semacam fitrah untuk memperlakukan setiap anak sesuai dengan karakternya masing-masing.
Metoda pendidikan dan penyikapan dari orang tuakupun berkembang seiring dari kedewasaan masing-masing dan perilaku setiap anak
Bukan mereka bermaksud membedakan.
Pernah suatu waktu aku bertanya tentang hal itu sama Mamah...
Dan jawabnya, bukan bermaksud berbeda, tapi Mamah bertindak sesuai pemahaman Mamah saat itu tentang karakter masing-masing...
Subhanallah..Allah telah "menggiring" dengan skenarioNya, untuk menciptakan pribadi-pribadi yang "khas"..
Disadari atau tidak...
Bahkan diantara diskusi yang kita lakukan, kita suka bersitegang karena beda pendapat ...
Serta banyak juga riak-riak gelombang kehidupan yang rela alami selama dalam "pengasuhanmu"
Tapi alhamdulillah dari semua "diskusi" kita, tak ada tindakan yang mendzalimi...
Dan Subhanallah, apapun yang anakmu ini lakukan kasih sayangmu tetap mengalir deras laksana air sungai

Bahwa banyak yang berbeda antara kita...
Dan banyak kekecawaan didalamnya...
Serta banyak kekurangan yang dimiliki,

Karena kita manusia biasa...
Karena Allah telah menciptakan setiap pribadi adalah uniq... tak ada yang sempurna

Mah, Pa....rela ga bisa bilang muluk muluk bahwa Mamah dan Apa adalah Orang Tua Yang Terbaik Sedunia...
Ataupun yang paling pengertian dan penyayang...
Serta berjuta kata manis untuk memuji dan menyanjungmu...

Karena semua puja dan puji itu hanyalah milik Rabb Yang Maha Sempurna
Tapi,
Kalian berdua adalah orang tua yang tepat yang telah Allah pilihkan buat Rela...
Yang membentuk diri rela seperti sekarang...
Membentuk pribadi...
Some how some way...
Terdapat sejuta hikmah dari Allah yang terkandung disana...
Tak bisa ku katakan bahwa kalian berdua Sempurna...
Karena kalian adalah manusia biasa, sama seperti yang lainnya..
Tapi, setiap apa yang Mamah dan Apa punyai, miliki dan lakukan telah Allah "set" sehingga bisa mengisi bagian di kehidupan ini...
Sehingga jika hidupku ini adalah potongan-potongan puzzle, maka kalian berdua telah mengisi dan memberi puzzle yang tepat untuk kehidupanku...


وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً
[17:23] Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia
[17:24] Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Ya Rabbi, ampunillah dosaku dan dosa kedua orang tuaku
Pertemukanlah kami kembali di dalam Jannahmu yang suci...
Ikatankanlah ikatan cinta diantara Kami karenaMu...
Dan satukanlah hati-hati ini untuk senantiasa berjuang di jalanMu...
Ya Rabbi...
Apapun yang hamba berikan untuk mereka, tak kan bisa membalas apa yang telah mereka berikan untuk hamba...
Karena itu, hanya padaMu hamba memohon untuk membalas semua kebaikan dan jasa baik mereka berdua kepadaku...
Amiin Ya rabbal 'Alamin


Asyiah Azkariyah Fiisabilillah

Me (4:37:16 PM): ....ada alamat bloggku....http://asyiah-azkariyah-fiisabilillah.blogspot.com
My Friend (4:37:27 PM): waw
My Friend(4:37:31 PM): namanya berat banget
My Friend (4:37:37 PM): btw...artinya apa tuh?
Me(4:37:43 PM): ga mencerminkan ya...?
My Friend (4:37:50 PM): nama rela kah dalam bahasa arab ?
Me(4:38:41 PM): bukan..
My Friend (4:38:45 PM): lalu?
Me(4:39:02 PM): itu nama calon anak rela (kalo disetujui ama calon bapaknya itu juga...) :D
Me (4:39:09 PM): garing ya.. ?
My Friend (4:39:15 PM): ooooh
My Friend (4:39:27 PM): kalo cowo anaknya
My Friend (4:39:29 PM): ?
My Friend (4:39:34 PM): itu juga namanya?
My Friend (4:39:52 PM): artinya apa itu ?
Me (4:39:56 PM): ga dong..
Me (4:40:39 PM): mmh sebenernya rela baru nyadar kalo yang rela maksud cara penulisannya bukan gitu...
Me (4:40:44 PM): jadi harusnya...
Me (4:40:59 PM): asiah askariyah fii sabillah
My Friend (4:41:15 PM): artinya?
Me (4:41:50 PM): asiah kan nama istri fir'aun yang istiqamah dalam islam walaupun firaunnya kafir
Me (4:41:59 PM): jadi doanya biar seperti siti asiah...
Me (4:42:11 PM): askariyah itu tentara..(kalo ga salah)
Me (4:42:21 PM): fii sabilillah mmh di jalan allah...
My Friend (4:42:21 PM): ooo...bukan supaya dapet suami kaya...hehe ngga deng
Me (4:42:32 PM): jadi asiah tentara di jalan Allah
My Friend (4:42:33 PM): amin..amin...
Me (4:42:37 PM): :( X-(
My Friend (4:42:39 PM): kalo itu emang doanya
Me (4:42:47 PM): oia makasih..
My Friend (4:42:47 PM): mudah2an sesuai yang diharapkan
My Friend (4:42:49 PM): ibunya
Me (4:42:53 PM): amiin...
Me (4:42:55 PM): :D
Me (4:42:56 PM): :">
Me (4:43:18 PM): garing ya?
Me (4:43:20 PM): :">
My Friend (4:43:35 PM): naha garing..
My Friend (4:43:39 PM): ya ngga lah
Me(4:44:41 PM): karena blom tentu Allah akan mengamanahi rela putri...
Me (4:44:49 PM): putri maksudnya anak...

STOP!!!

(obrolan kecil di window YM...intermezo sedikit tentang alamat blogku..:D )

Tarbiyah menjadi Umahat

Masya Allah pagi ini aku lelah sekali...
Sebenarnya fisik ga terlalu capek, tapi rasanya lelah banget
Begini ceritanya...
Kemaren siang rela dapet amanah "besar" dari Eteh, kakaku yang paling gede. Yaitu untuk jagain dua orang anaknya, yang pertama umur tujuh tahun dan yang kedua umurnya dua tahun setengah. Gak lama seeh, cuma dari siang sampe besoknya, itupun sebenarnya gak full aku sendirian. Karena ba'da magrib mamah dan apa dateng.
Kuceritakan ya "kelelahanku"
Eteh sengaja pergi pas anak keduanya, Childa tidur, katanya seeh biar ga rewel dan ga terjadi "konflik". Sebenarnya seeh emang kedua anak itu lagih sakit, tapi ya karena memang ada kepentingan yang mendesak, jadi beliau tetap pergi dan mempercayakan kedua anaknya padaku :D. Sebelum pergi dia berpesan, " La kalo childa bangun, peluk ajah ntar tidur lagih ko' !" Oia, sip fikirku dalam hati. Gampang lah itumah, lagian rela kan udah deket banget sama mereka berdua. Akhirnya dengan nyantai aku pergi ke kamar mandi, soalnya udah waktu duhur, saatnya untuk shalat. Nah pas di kamar mandi, terdengar suara...apa ya? Oia childa nangis, wua Guawat neeh, akhirnya aku langsung masuk ke kamar dan meredakan tangis keponakanku dengan memeluknya dan menina bobokannya. Alhamdulillah dia ga merhatiin yang meluk siapa, jadinya dia bisa tidur kembali dengan nyenyak (mungkin), sampai akhirnya aku beranjak dari tempat tidur dan ternyata dia nangis lagih, kupeluk lagih dong. Kejadian itu berulang sampai tiga kali, sampai akhirnya aku tidak mau beranjak sebelum yakin kalo dia benar-benar pules dan akupun pules :P. Iyah, akhirnya rela ketiduran sampai akhirnya bangun, jam sudah menunjukan jam 1.30. Astagfirullah'al adzim..akhirnya aku segera shalat, tilawah dkk. Gak kerasa jam hampir menunjukan jam 3, rencanaku untuk menyetrika bajuku yang sudah segunung (serius, inimah bukan hiperbola tapi emang tinggi kayak gunung...:D) kubatalkan. Pikirku nanti sajah ketika mamah dan apa dateng, jadi bisa lebih tenang nyetrikanya. Kuisi waktu dengan membaca buku "Pagi ini Aku Cantik Sekali", subhanallah buku yang bagus. Tapi tak lama ada bunyi lagi, wuaaa ponakanku nangis lagih. Akhirnya kuberanjak ke kamar dan memeluknya. Singkat cerita, akhirnya dia memutuskan untuk bangun, fuihh...lega dia bangun dengan tenang tanpa nangis, walaupun tau mamahnya ga ada.
Alhamdulillah satu terlewati, kuajak dia makan sop, mau dia. Tak lama kakanya datang, setelah sebelumnya dia main bareng temennya. "Anti, -panggilan keponakanku padaku- udah adzan ashar belom?", subhanallah dia pulang untuk shalat ashar. Karena mamahnya memang berpesan, kalo udah waktunya shalat pulang dulu! Tenang. Tapi gak lama, kesabaranku diuji dengan gaya makan Childa yang lamaaa banget. Gak dikunyah-kunyah. Jadilah waktu satu jam kuhabiskan untuk menyuapinya. Nah kalo kakanya, jagoan dia, antinya ajah kalah. Dia goreng telor sendiri untuk teman makannya. Wuaaa...jadi terharu. Bukan (hanya) karena masakanku ga enak, tapi memang dia hoby goreng-goren, padahal anak cowok gitu lho!
Setelah makan, akhirnya mereka berdua menonton tivi dan aku meneruskan membaca buku. Tapi, ga bisa karena gak lama kemudian mereka bertengkar tentang chanel tivi yang akan ditonton. Aduuu...aku harus sabar dan adil, gimana neeh. Akhirnya kucoba dengan strategi, GANTIAN. Jadi, setengah jam ewang. Setiap selese satu acara, maka hak untuk menentukan acara selanjutnya adalah hak yang lainnya. Tenangkah setelah ini? Ternyata tidak sodara-sodara. Mereka tetap bertengkar, akhirnya kuhabiskan waktu sampai mamah dan apaku datang untuk membaca buku dan melerai mereka. Capeeeee...
Ba'da magrib, perutku keroncongan sehingga tilawahkupun hanya sebentar. Gak kuat bo'! Dengan sedikit "basa-basi", kutawari lagih childa untuk makan. Dan ternyata dia mau. Aduu..aku harus menahan laparku dan menyuapinya untuk waktu yang tidak kalah lama dengan tadi siang. Laper? Iya dong! Tapi lega, karena dia mau makan dan alhamdulillah makannya banyak. Gak tega melihat wajahku yang kuyu dan tampang laper, mamahku menawarkan untuk menggantikan posisiku nyuapin Childa. Tapi, Childa ga mau, jadi aku harus bersabar lagih untuk tetap bersemangat menyuapinya denga perut "berbunyi". AllahuAkbar Ayo semangat...
Akhirnya waktu untuk tidur. Aku udah curiga neeh, jangan-jangan Childa blom ngantuk -walaupun sudah minum obat batuk- soalnya tadi siang bobonya lama, hampr 4 jam. Sementara mataku lelah sekali. Oia, rencana menyetrikapun, GAGAL! Karena, ya itu lelaah bangeeeet. Dan kecurigaanku itu sedikit benar, karena Childa emang ga mau langsung tidur, padahal mataku udah satu watt, ga kuattt ! Childanya tetep mau tidur bareng aku. Mamah udah kasian banget deh ngeliat x-presi mukaku yang udah layu. Sampai akhirnya aku tertidur,sambil ga nyadar, waktu itu Childa sudah tidur atau belum. Tapi, tidurkupun tak pulas, karena sebentar-bentar Childa bangun dan aku harus menenangkan dan memeluknya. Subhanallah...
Pagi menjelang, aku bangun ketika adzan berbunyi. Hah?? Protes dong sama mamah yang udah bangun duluan. Mamah bilang ga tega bangunin aku, soalnya kayaknya lelah banget lagian pagi itu aku harus menyetrika bajuku yang segunung itu.
Singkat cerita, pagi itu aku sibuk sekali mempersiapkan Nanda yang akan berangkat sekolah dan juga mengurusi Childa, yang MasyaAllah, panasnya meninggi lagih dan makin rewel, bahkan sampe muntah di bajuku. Aku kelimpungan, padahal tugas rutinku mencuci piring udah ditangani mamah dan rencana menyetrika kubatalkan (lagi).
Alhamdulillah, walaupun "sedikit" berantakan, semuanya bisa selesai, aku pergi kerja, nanda sekolah, mamah, apa dan Childa ke Margahayu, "mandorin" rumah yang lagih di renovasi.
Nah sampailah aku disini dengan badan lelaaah...
Subhanallah para umahat itu ya?
Cuma segitu ajah, aku kepayahan. Bukan fisik seeh, tapi lebih ke batin. Mencoba menjaga emosi, bersabar dan berbuat adil terhadap kedua keponakanku. Kemudian memikirkan makannya, bajunya dan semuanya. Segitu teh belum dengan pekerjaan-pekerjaan domestik yang wajib (karena ditinggalkan oleh sayahnya dan juga sudah dibantuin mamah). Apalagih kalo jadi umahat beneran. Ngasuh anak, ngurus suami, beresin rumah, kerja (kalo yang kerja) ditambah amanah da'wah dan program peningkatan "tsaqafiyah" pribadi serta penjagaan ruhiyah dan jasadiyah. Subhanallah, Allahu Akbar. Memang ladang jihad yang sangat besar. Bukan pekerjaan sepele, sama sekali bukan.
Makanya untuk menikah butuh kesiapan ruhiyah, ma'liyah, jasadiyah...sama apalagih yah? lupa euy!!! Oia fikriyah!
Padahal kita teh udah di siapkan selama usia "tarbiyah' kita. Apalagih yang blom ya? Yang hanya mengandalkan "Cinta" sajah tanpa ilmu yang jelas. Padahal punya cita-cita untuk "melahirkan mujahid" lulusan "madrasah da'wah". Wuaa gak cukup hanya dengan "Cinta", kecuali "Cinta Allah"
Fisik Qt? bukannya Qt sering aksi, rihlah dan lainnya? Ditambah pengalaman Qt yang notabene "aktifis"? Tapi ko beda ya capenya? Subhanallah...jadi makin kagum ma ummahat.
Subhanallah, Yang Menciptakan wanita (ibu) dengan "keperkasaan" dan kelembutannya sekaligus. Sehingga bisa menjadi tiang yang kokoh, penyangga untuk sebuah keluarga, namun bisa juga sangat lembut bagaikan kapas untuk menenangkan keluarganya.

Tersindir oleh ucapan Alm Ustadz Madani, yang diambil dari buku Pagi ini Aku Cantik Sekali,

Wahai para akhwat beramal dan beramallah. Akan tiba suatu masa datang seorang pangeran menjemputmu. Jika engkau masih lajang beramallah 200% dari kemampuanmu. Agar nanti saatnya engkau telah menikah dan sebagian dirimu harus memenuhi aktifitas domestik masih tersisa 100% dari kapasitasmu untuk beramal di ladang publik.

Astagfirullah...
Sudah berapa persen amalku dari kemampuanku saat ini, ketika lajang...
Mampukah aku mengemban amanah menjadi umahat yang tetap bisa berkiprah dan berda'wah untuk umat?
Sedangkan "menggantikan" posisi Eteh dalam satu hari sajah aku kepayahan...
Rabbi..kuatkan aku untuk selalu berjalan di jalanmu, apapun posisi yang kusandang nanti....

Bandung...1 Muharam 1426 Hiriyah...tarbiyah yang sangat berharga, ketika kupendam keinginan untuk menghadiri daurah adik-adiku..:D

Pagi ini Aku Cantik Sekali

Mmh ..ada yang 'ngeh' dengan kata-kata itu?
Ya itu adalah salah satu judul buku yang saya suka,
Kenapa?

Karena langsung menyindir tepat ke kedalaman hati dan jiwa,
Cerita tentang sebuah pengalaman dan hikmah hidup sehari-hari,
Bukan sebuah buku berisi kumpulan teori-teori,
Memang penting juga buku teori itu, karena disanalah landasan kita beramal,
Tapi entahlah, aku lebih menyukai buku semacam Pagi Ini Aku Cantik Sekali, Bukan negeri Dongeng, Diary Kehidupan, dan masih banyak lagi yang lainnya,
Karena didalamnya aku bisa belajar banyak, bisa bercermin dan kembali menyadarkan hatiku tentang masih banyaknya kotoran-kotoran dalam segumpal daging ini,
Tentang betapa lambatnya aku ini, sementara di dunia luar para mujahid dan mujahidah da'wah telah berlari bahkan melesat,
Menyadarkan hati dan jiwa yang mulai pesakitan,
Kembali menyusun dan menyusun bongkahan hati dan jiwa yang mulai terserak tak beraturan,
Dan dengan membaca cerita-ceritamu wahai sahabat,
Keringnya sungai ketulusan hatipun mulai berkurang,
Terbasahi oleh embun-embun hikmah yang kau tuliskan,
That's why I like to read and visiting your blog, friends

Thursday, February 03, 2005

legaa..rasanya

status message : legaa rasanya, ...Dia Maha mendengar apapun keluhan Qt

tiba..tiba...window IM ku terbuka...


(8:23:14 AM): :ada apa?
(8:23:20 AM): kok tiba2 lega
(8:23:44 AM): jawab : mau tau aja lu!!!
e_klas28 (8:25:06 AM): gpp..
e_klas28 (8:25:11 AM): mau tau knapa?

kutuliskan hadist ini di window YM ku
Rasulullah bersabda,"Siapa yang tidak meminta kepada Allah, Allah akan marah padanya. Maka hendaknya, seorang diantara kalian mengadukan segala urusannya kepada Rabbnya, meskipun hanya tali sendal yang putus"(HR.Tirmidzi)


sudah sering kumendengar tausyiah ...."Mengadulah pada Allah"

Tapi dasar bandel, ga pernah bisa..mungkin merasa lucu
Sampai akhirnya kutemukan sendiri hadist itu
Baru aku mau...
Bandel ya?

ya kadang-kadang Qt merasa kesepian dan tak ada teman untuk curhat,
tak ada teman yang membelai lembut dan menenangkan bahwa semuanya akan baik-baik saja,
dan merasa dunia ini cukup sempit untuk kita hirup bersama dengan penduduk dunia yang lain,
padahal, ada Dzat Yang Maha Mendengar segala keluh kesah kita

mungkin kita sering merasa bodoh kita berbicara tak ada seonggok fisik yang mendengarkan,
atau merasa kagok karena, lha yah inimah ngomong sendiri...gimana mo lega

Allahlah Dzat Yang Membolak-balikkan hati kita
Dzat yang menjadikan hati kita gundah, resah gelisah dan bahkan bahagia
jadi efek lega setelah kita curhat itu ya semata-mata seizin Allah
Karena tak ada sesuatupun yang terjadi di muka bumi ini kecuali sepengetahuanNya
Jadi bukan hal yang mustahil setelah kita "curhat" padaNya maka Allah akan memberikan kelegaan yang jauh lebih lega dari yang pernah kita bayangkan
Walaupun tak ada suara yang menjawab tanya kita
Tak ada tangan lembut yang membelai kita
Tak ada mata teduh yang dengan sabar memperhatikan ucap kita
Tapi dengan seijinNya kita akan mendapatkan yang lebih dari itu
Hati kita pun akan yakin, semua gundah gulana yang tertumpah, semua duka yang tertuang dan semua aib kita yang memalukan, tersimpan rapih tanpa harus khawatir akan mencoreng muka kita

Jadi mengapa kita harus mencari sejuta teman curhat
Jika ada Allah Yang akan senantiasa mendengar "cerita" kita
Mengabulkan doa kita
Dan mendekat dengan jauh lebih dekat ketika kita coba merangkak menujuNya..
Allahu'alam bi shawab...

Mungkin hati ini yang terlalu kotor dan hina sehingga merangkakpun tak bisa untuk menemuinya
Atau mungkin terlalu angkuh sehingga tak percaya jika Dia Maha Mendengar

Rabbana bukakan hati kami hingga kami mampu untuk bercerita padamMu
Agar tenang kembali hati ini
Agar jauh kembali galau ini
Karena engkaulah yang Maha Membolak-balikan hati

(kepada seorang teman, makasih sudah bertanya...jadi ter-idei untuk menuliskan dan berbagi..percakapan kecil tapi berarti sangat banyak bagi jiwa ini...semoga diskusi kita tak terhenti sampai situ)



Pendaki Gunung

Seorang pendaki gunung sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Dipunggungnya, ada ransel dan beragam carabiner (pengait). Tak lupatali-temali tersusun melingkar di sela-sela bahunya. Pendakian kali inicukup berat. Jadi, persiapannya harus lebih lengkap.Kini, di hadapan pendaki itu menjulang sebuah gunung yang tinggi.Puncaknya tak terlihat. Tertutup salju yang putih. Awan yang berarak disekitarnya, membuat tak seorang pun tahu apa yang ter¬sembunyi di sana.Mulailah pendaki itu melangkah, menapaki jalann-jalan bersalju yangterbentang di hadapannya. Tongkat berkait yang disandangnya menancapsetiap kali ia mengayunkan langkah.Setelah beberapa berjam-jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding yangterjal. Tak mungkin baginva untuk terus melangkah.Dipersiapkannya tali-temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalucuram. la harus mendaki dengan tali-temali itu. Setelahbeberapa kait ditancapkan, tiba-tiba terdengar gemuruh datang dari atas.Astaga, ada badaii salju datang tanpa diundang!Longsoran salju meluncur deras. Menimpa tubuh sang pendaki.Bongkah-bongkah salju yang mengeras, terus berjatuhan disertai deru anginyang membuat tubuhnya terhempas ke arah dinding.Badai itu terus berlangsung selama beberapa menit. Namun, untunglahtali-temali dan pengait telah menyelamatkan tubuhnya dari dinding yangcuram itu. Semua perlengkapannya hilang. Hanya tersisa sebilah pisau dipinggangnya. Sang pendaki itu tergantung terbalik di dinding yang terjalitu.Pandangannya kabur. Semua tampak memutih. la tak tahu di mana berada. Sangpendaki cemas. la berkomat-kamit, memohon doa kepada Tuhan agardiselamatkan dari bencana. Mulutnya terus bergumam, berharap adapertolongan Tuhan datang padanya.Suasana hening setelah badai. Di tengah kepanikan itu, terdengar suaradari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu. "Potong tali itu!Potong tali itu!" Terdengar senyap melintasi telinganya. Sang pendakibingung, apakah ini perintah dari Tuhan? Apakah suara iniadalah pertolongan dari Tuhan? Tapi bagaimana mungkin, memotong tali yangtelah menyelamatkannya, sementara dinding ini begitu terjal?Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku bisa tahu?Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia ragu untuk mengambilkeputusan. Lama. la tak mengambil keputusan apa-apa....Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemukan ada tubuhtergantung terbalik di sebuah dinding terjal. Tubuh itu beku. Tampak nyaia meninggal karena kedinginan. Sementara, batas tubuh itu dengan tanahhanya berjarak 1 meter saja!Teman, kita mungkin kita akan berkata, betapa bodohnya pendaki itu karenatak mau menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesalkan tindakanpendaki itu yang tak mau memotong saja tali pengaitnya.Pendaki itu tentu akan selamat dengan membiarkan dirinya jatuh ketanah yang hanya beriarak 1 meter. la tentu tak harus mati kedinginan.Begitulah, kadang kita berpikir, mengapa Allah tampak tak melindungihamba-Nya? Kita mungkin sering merasa, mengapa ada banyak sekalibeban, masalah, hambatan yang kita hadapi dalam mendaki jalankehidupan ini. Kita sering mendapati ada banyak sekali badai salju yangterus menghantam tubuuh kita. Mengapa tak disediakan saja jalan lurustanpa perlu menanjak agar kita terbebas dari semua halangan itu? Namun,Teman, cobaan yang diberikan Allah buat kita adalah latihan. Hanya ujian.Kita adalah layaknya besi-besi yang ditempa. Kita adalah sepertipisau-pisau yang terus diasah. Sesungguhnya, di semua ujian dan latihanitu, tersimpan petunjuk. Ada tersembunyi tanda-tanda, asal KITA PERCAYA.Ya, asal kita percaya.Seberapa besar rasa percaya kita kepada Allah hingga mampu membuat kitamemutuskan "memotong tali pengait" saat tergantung terbalik?Seberapa besar rasa percaya kita kepada Allah hingga kita maumenyerahkan semua yang ada pada diri kita kepada-Nya?Teman, percayalah, akan ada petunjuk-petunjuk Allah dalam setiaplangkah kita menapaki jalan kehidupan ini. Carilah, gali, dan temukan rasapercaya itu dalam hatimu. Sebab, saat kita telah percaya, maka petunjukitu akan datang dengan tanpa disangka.--

Kekuatan CintaIrfan Toni Herlambang

(makasih rid atas e-mail ini, ma rela disimpan di blog yah biar lebih banyak orang yang bisa membaca dan ngambil hikmahnya walopun belum beli bukunya :D)

Teruntuk Sahabat

bilangan tahun telah menunjukan angka 2005
satu-persatu sahabat "pergi"...
satu persatu mereka "melangkah" menuju jalannya sendiri..
sahabatku, dimanapun engkau berada doaku akan bersamamu...
sahabatku, apapun jalan yang akan kau lalui, kuharapkan ikatan ini tak akan putus...
dan tali yang menyatukan kita akan terus menyertaimu..
menenangkanmu saat kau gundah...
menyertaimu saat kau sepi dan menghiburmu saat kau sedih...
walaupun pertemuan kita hanya "sebatas" doa
namun dengan cintaNya, kuyakin doa kita akan menembus tingginya langit dan menguak lebatnya rimba
saat ini, jujur hatiku merasa was-was
karena mungkin saat-saat ini adalah saat yang menentukan untukmu
aku khawatir,sangat khawatir
bukan karena tak percaya padamu, tapi...
entahlah aku tak bisa menjelaskannya
mungkin rasa sayang itu yang terlalu besar, sehingga yah....
tapi kupercaya....Allah akan senantiasa menjagamu...
"kutitipkan" dirimu pada Penciptamu...
dan semoga perahu manapun yang kau pilih untuk melanjutkan hidupmu, Allah akan mempertemukan kita kembali di pelabuhan yang sama..
amiin