Friday, February 11, 2005

Tarbiyah menjadi Umahat

Masya Allah pagi ini aku lelah sekali...
Sebenarnya fisik ga terlalu capek, tapi rasanya lelah banget
Begini ceritanya...
Kemaren siang rela dapet amanah "besar" dari Eteh, kakaku yang paling gede. Yaitu untuk jagain dua orang anaknya, yang pertama umur tujuh tahun dan yang kedua umurnya dua tahun setengah. Gak lama seeh, cuma dari siang sampe besoknya, itupun sebenarnya gak full aku sendirian. Karena ba'da magrib mamah dan apa dateng.
Kuceritakan ya "kelelahanku"
Eteh sengaja pergi pas anak keduanya, Childa tidur, katanya seeh biar ga rewel dan ga terjadi "konflik". Sebenarnya seeh emang kedua anak itu lagih sakit, tapi ya karena memang ada kepentingan yang mendesak, jadi beliau tetap pergi dan mempercayakan kedua anaknya padaku :D. Sebelum pergi dia berpesan, " La kalo childa bangun, peluk ajah ntar tidur lagih ko' !" Oia, sip fikirku dalam hati. Gampang lah itumah, lagian rela kan udah deket banget sama mereka berdua. Akhirnya dengan nyantai aku pergi ke kamar mandi, soalnya udah waktu duhur, saatnya untuk shalat. Nah pas di kamar mandi, terdengar suara...apa ya? Oia childa nangis, wua Guawat neeh, akhirnya aku langsung masuk ke kamar dan meredakan tangis keponakanku dengan memeluknya dan menina bobokannya. Alhamdulillah dia ga merhatiin yang meluk siapa, jadinya dia bisa tidur kembali dengan nyenyak (mungkin), sampai akhirnya aku beranjak dari tempat tidur dan ternyata dia nangis lagih, kupeluk lagih dong. Kejadian itu berulang sampai tiga kali, sampai akhirnya aku tidak mau beranjak sebelum yakin kalo dia benar-benar pules dan akupun pules :P. Iyah, akhirnya rela ketiduran sampai akhirnya bangun, jam sudah menunjukan jam 1.30. Astagfirullah'al adzim..akhirnya aku segera shalat, tilawah dkk. Gak kerasa jam hampir menunjukan jam 3, rencanaku untuk menyetrika bajuku yang sudah segunung (serius, inimah bukan hiperbola tapi emang tinggi kayak gunung...:D) kubatalkan. Pikirku nanti sajah ketika mamah dan apa dateng, jadi bisa lebih tenang nyetrikanya. Kuisi waktu dengan membaca buku "Pagi ini Aku Cantik Sekali", subhanallah buku yang bagus. Tapi tak lama ada bunyi lagi, wuaaa ponakanku nangis lagih. Akhirnya kuberanjak ke kamar dan memeluknya. Singkat cerita, akhirnya dia memutuskan untuk bangun, fuihh...lega dia bangun dengan tenang tanpa nangis, walaupun tau mamahnya ga ada.
Alhamdulillah satu terlewati, kuajak dia makan sop, mau dia. Tak lama kakanya datang, setelah sebelumnya dia main bareng temennya. "Anti, -panggilan keponakanku padaku- udah adzan ashar belom?", subhanallah dia pulang untuk shalat ashar. Karena mamahnya memang berpesan, kalo udah waktunya shalat pulang dulu! Tenang. Tapi gak lama, kesabaranku diuji dengan gaya makan Childa yang lamaaa banget. Gak dikunyah-kunyah. Jadilah waktu satu jam kuhabiskan untuk menyuapinya. Nah kalo kakanya, jagoan dia, antinya ajah kalah. Dia goreng telor sendiri untuk teman makannya. Wuaaa...jadi terharu. Bukan (hanya) karena masakanku ga enak, tapi memang dia hoby goreng-goren, padahal anak cowok gitu lho!
Setelah makan, akhirnya mereka berdua menonton tivi dan aku meneruskan membaca buku. Tapi, ga bisa karena gak lama kemudian mereka bertengkar tentang chanel tivi yang akan ditonton. Aduuu...aku harus sabar dan adil, gimana neeh. Akhirnya kucoba dengan strategi, GANTIAN. Jadi, setengah jam ewang. Setiap selese satu acara, maka hak untuk menentukan acara selanjutnya adalah hak yang lainnya. Tenangkah setelah ini? Ternyata tidak sodara-sodara. Mereka tetap bertengkar, akhirnya kuhabiskan waktu sampai mamah dan apaku datang untuk membaca buku dan melerai mereka. Capeeeee...
Ba'da magrib, perutku keroncongan sehingga tilawahkupun hanya sebentar. Gak kuat bo'! Dengan sedikit "basa-basi", kutawari lagih childa untuk makan. Dan ternyata dia mau. Aduu..aku harus menahan laparku dan menyuapinya untuk waktu yang tidak kalah lama dengan tadi siang. Laper? Iya dong! Tapi lega, karena dia mau makan dan alhamdulillah makannya banyak. Gak tega melihat wajahku yang kuyu dan tampang laper, mamahku menawarkan untuk menggantikan posisiku nyuapin Childa. Tapi, Childa ga mau, jadi aku harus bersabar lagih untuk tetap bersemangat menyuapinya denga perut "berbunyi". AllahuAkbar Ayo semangat...
Akhirnya waktu untuk tidur. Aku udah curiga neeh, jangan-jangan Childa blom ngantuk -walaupun sudah minum obat batuk- soalnya tadi siang bobonya lama, hampr 4 jam. Sementara mataku lelah sekali. Oia, rencana menyetrikapun, GAGAL! Karena, ya itu lelaah bangeeeet. Dan kecurigaanku itu sedikit benar, karena Childa emang ga mau langsung tidur, padahal mataku udah satu watt, ga kuattt ! Childanya tetep mau tidur bareng aku. Mamah udah kasian banget deh ngeliat x-presi mukaku yang udah layu. Sampai akhirnya aku tertidur,sambil ga nyadar, waktu itu Childa sudah tidur atau belum. Tapi, tidurkupun tak pulas, karena sebentar-bentar Childa bangun dan aku harus menenangkan dan memeluknya. Subhanallah...
Pagi menjelang, aku bangun ketika adzan berbunyi. Hah?? Protes dong sama mamah yang udah bangun duluan. Mamah bilang ga tega bangunin aku, soalnya kayaknya lelah banget lagian pagi itu aku harus menyetrika bajuku yang segunung itu.
Singkat cerita, pagi itu aku sibuk sekali mempersiapkan Nanda yang akan berangkat sekolah dan juga mengurusi Childa, yang MasyaAllah, panasnya meninggi lagih dan makin rewel, bahkan sampe muntah di bajuku. Aku kelimpungan, padahal tugas rutinku mencuci piring udah ditangani mamah dan rencana menyetrika kubatalkan (lagi).
Alhamdulillah, walaupun "sedikit" berantakan, semuanya bisa selesai, aku pergi kerja, nanda sekolah, mamah, apa dan Childa ke Margahayu, "mandorin" rumah yang lagih di renovasi.
Nah sampailah aku disini dengan badan lelaaah...
Subhanallah para umahat itu ya?
Cuma segitu ajah, aku kepayahan. Bukan fisik seeh, tapi lebih ke batin. Mencoba menjaga emosi, bersabar dan berbuat adil terhadap kedua keponakanku. Kemudian memikirkan makannya, bajunya dan semuanya. Segitu teh belum dengan pekerjaan-pekerjaan domestik yang wajib (karena ditinggalkan oleh sayahnya dan juga sudah dibantuin mamah). Apalagih kalo jadi umahat beneran. Ngasuh anak, ngurus suami, beresin rumah, kerja (kalo yang kerja) ditambah amanah da'wah dan program peningkatan "tsaqafiyah" pribadi serta penjagaan ruhiyah dan jasadiyah. Subhanallah, Allahu Akbar. Memang ladang jihad yang sangat besar. Bukan pekerjaan sepele, sama sekali bukan.
Makanya untuk menikah butuh kesiapan ruhiyah, ma'liyah, jasadiyah...sama apalagih yah? lupa euy!!! Oia fikriyah!
Padahal kita teh udah di siapkan selama usia "tarbiyah' kita. Apalagih yang blom ya? Yang hanya mengandalkan "Cinta" sajah tanpa ilmu yang jelas. Padahal punya cita-cita untuk "melahirkan mujahid" lulusan "madrasah da'wah". Wuaa gak cukup hanya dengan "Cinta", kecuali "Cinta Allah"
Fisik Qt? bukannya Qt sering aksi, rihlah dan lainnya? Ditambah pengalaman Qt yang notabene "aktifis"? Tapi ko beda ya capenya? Subhanallah...jadi makin kagum ma ummahat.
Subhanallah, Yang Menciptakan wanita (ibu) dengan "keperkasaan" dan kelembutannya sekaligus. Sehingga bisa menjadi tiang yang kokoh, penyangga untuk sebuah keluarga, namun bisa juga sangat lembut bagaikan kapas untuk menenangkan keluarganya.

Tersindir oleh ucapan Alm Ustadz Madani, yang diambil dari buku Pagi ini Aku Cantik Sekali,

Wahai para akhwat beramal dan beramallah. Akan tiba suatu masa datang seorang pangeran menjemputmu. Jika engkau masih lajang beramallah 200% dari kemampuanmu. Agar nanti saatnya engkau telah menikah dan sebagian dirimu harus memenuhi aktifitas domestik masih tersisa 100% dari kapasitasmu untuk beramal di ladang publik.

Astagfirullah...
Sudah berapa persen amalku dari kemampuanku saat ini, ketika lajang...
Mampukah aku mengemban amanah menjadi umahat yang tetap bisa berkiprah dan berda'wah untuk umat?
Sedangkan "menggantikan" posisi Eteh dalam satu hari sajah aku kepayahan...
Rabbi..kuatkan aku untuk selalu berjalan di jalanmu, apapun posisi yang kusandang nanti....

Bandung...1 Muharam 1426 Hiriyah...tarbiyah yang sangat berharga, ketika kupendam keinginan untuk menghadiri daurah adik-adiku..:D