Friday, January 21, 2011

ternyata ...

mencintai itu beriringan dengan rasa bahagia ketika orang yang dicintainya bahagia
tak meminta balasan berimbang untuk orang yang dicinta, selama dirinya bahagia

mencintapun membuat jiwa bersedih ketika yang dicinta dirundung duka ..
menggerakan jiwa untuk bergerak.. membantu meringankan menghilangkan kesedihan

mungkin itulah sebabnya orang-orang yang saling mencintai karenaNya mendapatkan wajah yang terang benderang di jannahNya nanti
karena kecintaan yang tak berbatas, yang tak meninggalkan luka, yang tak merusakan, yang sejalan dengan keAgungan Cinta kepunyaaNya..
cinta yang membawa kebaikan, yang memberikan pertolongan tanpa imbalan
cinta yang tak tersekat duniawai..
cinta yang berujung kepada keabadian ...

semoga diri ini bisa mencintai karenaNya...
aamiin

Wednesday, January 19, 2011

ingin pulang..

merebahkan diri di pangkuannya..
melepaskan lelah jiwa

melihat senyumnya mengembang
meyakinkannya bahwa putri bungsunya beserta belahan jiwa dan buah hatinya baik-baik saja

merasakan sentuhan cintanya
belaian lembutnya
serta pelukan hangatnya...

mengicip kelezatan masakannya
mengalirkan kehangatan yang sulit terdefinisi..

menghirup udara yang begitu lekat denganku
merasakan nuansa ramah yang tak lekang waktu
menikmati kehangatan jiwa yang senantiasa terbuka menerimaku..

aku ingin pulang...

ingin pulang..


merebahkan diri di pangkuannya..
melepaskan lelah jiwa

melihat senyumnya mengembang
meyakinkannya bahwa putri bungsunya beserta belahan jiwa dan buah hatinya baik-baik saja

merasakan sentuhan cintanya
belaian lembutnya
serta pelukan hangatnya...

mengicip kelezatan masakannya
mengalirkan kehangatan yang sulit terdefinisi..

menghirup udara yang begitu lekat denganku
merasakan nuansa ramah yang tak lekang waktu
menikmati kehangatan jiwa yang senantiasa terbuka menerimaku..

aku ingin pulang...

Friday, January 14, 2011

mencintaimu ...


mencintaimu..
tidak seperti air bah yang datang tiba tiba,
namun berawal dari pancaran mata air yang kecil,
yang terpancar ketika mitsaqan ghalizha terucap
kemudian pelan dan pasti membentuk sungai
mengalir dari hulu dan insyaAlloh menuju muaraNya

mencintaimu,
tidak bergejolak seperti ombak yang besar,
namun tenang dan memberikan kedamaian..
seperti danau di antara pegunungan

mencintaimu,
tidak seperti dongeng happily ever after
ada benturan, cobaan dan godaan
namun, kita coba mengatasinya..
berdua... bertiga dengan mengadu kepadaNya ..

mencintaimu,
seperti kisah cinta yang lainnya
tentu diwarnai kebahagiaan,
diceriakan dengan tawa,
dilengkapkan dengan kesyukuran yang senantiasa mengalir dari dalam jiwa..

mencintaimu,
tak ingin hanya sebatas cerita Romeo dan Juliet
yang terpisahkan oleh maut dan tak tahu apakah di negri akhir akan berjumpa

mencintaimu,
ingin mencinta dalam keabadian..
senantiasa bersama hingga JannahNya..
bukan hanya diriku dan dirimu..
namun bersama buah hati kita, bersama orang -orang yang kita cintai dan mencintai kita ...

mencintaimu...
ku tak bisa berjanji akan selamanya..
namun aku akan senantiasa menjaganya..
berusaha memeliharanya..
memupuknya, menyuburkannya...
dan berdoa pada Dzat yang menggenggam hati..
agar Dia menjaga cinta kita...
selamanya...
hingga ke jannahNya...

mencintaimu,
empat tahun terasa sebentar saja...

mencintaimu ...

14 Januari 2007 - 14 Januari 2011




Wednesday, January 05, 2011

Al Umm madrosatun

"Al Umm madrosatun". Ibu adalah guru besar. Pertanyaannya, fasilitas dan sarana apa saja yang sudah disiapkan para suami agar istrinya bisa menjadi guru besar dan pencetak generasi".
-Ustz Luthfie Hasan Ishak-
Wuaaah, kayaknya yang mantengin tulisanku (emang ada ya penggemar setia tulisanku, GR akuut ..) pasti sudah sering membaca tulisanku tentang cita-citaku menjadi Ibu...
Dalam kenyataannya, dalam prakteknya, banyak hal yang jauh dari konsep dan jauh dari idealisme selama ini..

Disadari atau tidak, konsep pendidikan yang kuterima dari ortu banyak mempengaruhi caraku mengasuh Wafa. Ada yang baik, dan itu kusyukuri namun ada juga yang kurang baik, hal itu yang sering sulit untuk dihindari.

Mendidik dengan ilmu, idealnya begitu. Namun dalam hal pelaksanaanya, kadang meleset jauh. Apalagi kalo gak dibarengin ilmu, hanya ngandelin kebiasaan, mitos, ataupun nasihat tapi tidak disaring, difilter dan diteliti lagi, maka kemungkinan errornya besar. Lalu bagaimana nanti kita sebagai Ibu mempertanggung jawabkannya?

Mendidik dengan hati dan nurani. Sebenarnya, menurut saya, mendidik dengan hati akan menjadi sesuatu yang indah dan bermakna jika jiwa kita diliputi keimanan. Tapi kalo tidak, maka mendidik ngikutin kata hati bisa jadi bencana

Sering ketika memuhasabah diri, banyak hal yang terjadi diantara kami, Ummi dan Wafa adalah hal yang seharusnya dihindari... Tidak selamanya hubungan kami berjalan dengan mulus dan indah. Seringnya si Ummi nyesel, kok ya sikap si Ummi gituuuu? De el el de el el ...

Maka, ketika kata itu disematkan, Al Umm madrosatun, nampaknya masiiih jauh. Masih harus banyak-banyak baca, banyak banyak ibadah, banyak banyak belajar ...

Menurut saya pribadi juga, posisi sebagai Guru besar, guru peradaban dan pencetak generasi ini bukan hanya disematkan kepada seorang Ibu yang memiliki anak kandung. Bukan juga hanya kepada Ibu yang berprofesi sebagai guru, dan pendidik. Tapi kepada Ibu seluruhnya.

Ibu memiliki amanah untuk mendidik putra putrinya. Kumpulan Ibu jugalah yang akan membentuk komunitas sebuah masyarakat. Bagaimana Ibu-ibu itu menggunakan waktu luangnya, berinteraksi diantara sesamanya, hal itu akan mempengaruhi sebuah generasi.

Saya ibu-ibu (dooh akhirnya ngaku juga kalo udah jadi ibu-ibu ), hobinya kalo udah ngumpul dengan sesama ibu-ibu adalah makan dan ngobrol (weeewww, makin nduuut d!). bayangkan, transformasi informasi, kefahaman dan juga ilmu yang bisa mengalir dari obrolan antara ibu-ibu. Namun jika terjadi sebaliknya jika ghibah, gosip, ejekan, dan persaingan kekuasaan eeeh persaingan prestise yang dibicarakan oleh para Ibu-ibu itu, maka mungkin yang timbul adalah bencana global.. weeeiiih bahasanya.

Kenapa bencana global?
Pertama, dosa. Kedua kehilangan waktu. Ketiga kehilangan kesempatan untuk berbuat kebaikan. Keempat, bisa jadi perang dunia kalo gosip itu meluas, kalo persaingan prestise itu melebar dll...

(deuuuh seriiiuss bangeet yak)

Tapi begitulah kenyataannya ...


Hemmmh... bayangkan jika komunitas ibu-ibu yang seneng ngobrol dan makan itu menghasilkan sesuatu, membincangkan sesuatu yang positif. Tentu kebaikan akan menyebar cepat.

Misal, ibu A punya kelebihan materi jadi bisa konek internet 24 jam. Dia punya akses informasi yang banyak, baik mengenai pendidikan, makanan, informasi terkini dll. Nah ketika ketemu ibu-ibu lain, dia membagikan informasi tersebut kepada teman ngobrolnya. Bisa dengan obrolan santai, ataupun dia print-kan dan bagi bagikan.
Wuaaaawww terbayang percepatan informasi dan pendidikan masyarakat yang minim biaya. Ibu-ibu jadi pinter d! Efeknya tentu ke pendidikan anak-anaknya dan juga manajemen keluarganya. Berfikir lebih kritis, bertindak pun jadi lebih bijaksana. gaya kan? Gayaaa

Ada lagi Ibu B yang hobi baca, punya koleksi buku nan banyak. Nah mungkin kelebihan inilah yang bisa dimanfaatkannya untuk sama - sama menjadi ibu yang cerdas. Baik dengan meminjamkan bukunya, maupun mengadakan obrolan santai, ringan, padat dan berisi... Hmmh jadi inget bala-bala nyam nyam nyam...

Apalagi kalo ada Ibu-ibu yang pinter masak, jahit, nyulam de el el de el el. Trus mereka mau membagikannya kepada ibu-ibu yang lain. Wooowwww, bisa jadi usaha mandiri d! Mengentaskan kemiskinan, insyaAlloh.
Ya gak ya gak....?
Dengan begini perekonomian keluarga terbantu, namun anak-anak tetap nomor 1. Gak usah kerja di pabrik lagi yang jam kerjanya dari jam 8-5, dengan gaji yang murah meriah. Soalnya sependek pengetahuan saya, buruh itu banyak perempuan karena bisa dibayar murah tanpa banyak protes. (Dooh jadi sediiihhh)


InsyaAlloh dengan makin banyaknya Ibu yang cerdas, maka makin banyak generasi muda yang juga cerdas fikiran, sehat jasmani serta ruhiyah yang bersih. Aamiin


Hmmmh mimpi yang indah...

Ayo Banguuuun....jangan cuma mimpi...!!!!!
Buruan mempersiapkan diri menjadi Al Umm madrosatun

siap.. insyaAlloh laksanakan


Sunday, January 02, 2011

berdagang.. ehh..

jangaan berdagaaang...
ups salah, eta mah harusnya begadang jangan begadang lagunya aki Oma

saya dilahirkan dari keluarga keturunan pedagang tapi gak PD berdagang..
Almarhum Bapa Aji, dan Almarhumah Ema Aji (Haji), kedua Kakek dan nenek saya dari Mamah adalah pedagang yang alhamdulillah sukses pada masanya. Bahkan alhamdulillah mampu mewariskan beberapa toko untuk anak-anaknya. Meskipun saat ini hanya sedikit yang menjadi pedagang

begitupun Almarhum Bapak Ude dan Mak Ude, panggilan untuk Kakek dan nenek dari Apa adalah pedagang. Bapak ude adalah pedagang keliling, bahkan sampai ke ujung timur pulau Jawa. Apa saya suka diajak dagang sampai ke ujung timur pulau Jawa itu. Hingga ketika kami tour mengunjungi Bapak dan Ibuknya Mas Teguh di Tulung Agung, Apa menceritakan kembali napak tilas perdagangan yang dilakukannya bersama Almarhum Bapak ude tercinta...
Heeemmmh mengharukaaan...

Meskipun berasal dari keluarga pedagang, namun Mamah dan Apa bukanlah pedagang. mereka berdua adalah Guru. Keduanya sama-sama memiliki cerita tentang perjuangan untuk dapat terus melanjutkan sekolah.

Mamah, yang setiap selesai satu tahapan jenjang sekolah selalu diminta menikah oleh kedua orang tuanya. Namun setiap kali itu pulalah dia melobi Paman-pamannya agar mau membujuk Bapak Aji agar mengijinkannya terus sekolah. Hingga alhamdulillah Mamah bisa kuliah sampai tahap Sarjana Muda dan menjadi Guru.

Begitupun Apa, ketika berdagang berkeliling Jawa, Apa pernah menangis di hadapan bapak Ude karena ingin terus melanjutkan sekolah.
*maaf ya Pak,' rahasia'nya diungkapkan disini, agar menjadi teladan untukku sepanjang masa
Dan demi terus sekolah juga, Apa sempat berhenti untuk bekerja setelah lulus PGA (setiingkat SMA). Serta untuk tetap bisa melanjutkan sekolah di IAIN, Apa kuliah sambil bekerja. Alhamdulillah Apa juga selesai menamatkan sarjana muda seperti Mamah.
Alhamdulillah, tak lama setelah menamatkan sarjana muda, keduanya pun menikah

Kecintaan mereka pada sekolah, pada belajar, itulah yang senantiasa ditanamkan kepada kami anak-anaknya. Sehingga keadaan sesulit apapun, Mamah dan Apa tetap mengutamakan sekolah. Meski jajan ngirit, tempat kost sempit, makan pun seuprit, namun sekolah harus tetap diutamakan

Meskipun sampai saya sekolah SD, Mamah dan Apa masih memiliki satu toko mebeul dan juga punya usaha tenda untuk pernikahan. Tapi mereka tidak pernah mengajarkan untuk berbisnis, menganjurkan untuk berdagang, ataupun berusaha mewariskan salah satu usahanya. Hanya satu prinsip yang kami ingat, kami harus sekolah

Namun, meskipun tidak pernah di didik secara explisit untuk berdagang, namun keduanya senantiasa mendidik kami untuk mandiri, serta berfikir kreatif dan senantiasa berusaha dalam hidup. Jadi, kami empat kakak beradik walopun tidak pernah dididik untuk menjadi pedagang, namun semuanya pernah merasakan berdagang untuk menambah bekal dari kedua orang tua, ataupun untuk menambah belanja dapur. Yup Teteh dan Aa saya pernah berdagang sepatu, bed cover, baju, kosmetik dll.

Pfuiiih.. perjuangan....

Sayapun ternyata tanpa sadar berdagang juga (heuheu gak mau ngaku) pas kelas 3 SMA. Saya lupa bagaimana mulainya, yang saya ingat ada yayuk jamu yang jualan ke depan kamar kost saya di Gerlong, Bandung. Selain jualan jamu, si yayuk juga jualan gorengan, donat dan gemblong. Mungkin awalnya saya mencoba membawanya ke sekolah, dan dijualkan kembali ke teman-teman dengan untung Rp 50/buah. Alhamdulillah laku keras, kalopun gak laku, sisanya saya makan sendiri .

Namun, akhirnye berhenti juga. Kalo gak salah karena merasa capek dan riweuh harus melayani berjubelnya pembeli (hahahahaha.. hipebola banget daah ), sementara saya masih pengen gaul ... .

Lalu sayapun pernah berjualan kosmetik A**N selama kuliah. Berhenti karena males juga bulak balik ke stockist tapi barangnya gak ada hehehe....Sementara beban kuliah di itebe makin hari makin menumpuk.

Dari dua kali pengalaman berdagang (yang saya ingat) itu, dua duanya tetap menyisakan perasaan gak PD dalam berdagang, serta merasa tidak kuat dengan penolakan.. cieeeeeeeh .
Maksudnnyaaaa???
Ya yang namanya berdagang, pasti kan ada saatnya gak laku, ada saatnya ketika kita udah menawarkan tapi gak ada yang mau beli. Nah saya merasa sakiiiit hati, dan gak kuat kalo barangnya gak jadi dibeli hehehehe... Mentalnya gak siap kayaknya ...

Sehingga berdagang bukanlah suatu 'pekerjaan' yang akan pertama saya pilih. Saya juga merasa tidak terlalu PD untuk membujuk orang lain agar menyukai barang dagangan saya. Itulah mengapa saya tidak pernah PD untuk berdagang. Setiap kali ada yang mengajak berdagang, saya tidak pernah berani untuk maju...

Begitupun ketika sampai ke negri jiran ini, ketika banyak saudari-saudariku, ibu-ibu yang sangat berjasa dan bersahaja menganjurkanku untuk berdagang disamping sekolah, jawabanku tetap sama, "Gak bisa"

Hingga tibalah saatnya, ketika beasiswa terhenti. Maka 6 bulan sebelumnya, saya mulai memikirkan alternatif lain mencari maisyah dengan berdagang. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Namun, satu hal yang terpatri dalam hatiku. Alloh swt telah menetapkan rizki pada setiap hambanya. Dan merupakan sunatullah, bahwa rizki tersebut harus diusahakan, harus dijemput. Berhubung saya gak bisa masak, gak bisa bikin kue, gak bisa menjahit, maka berdagang adalah pilihan yang paling memungkinkan.

Saat ini, subhanallah, sudah hampir 1.5 tahun saya berdagang. Sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan, yang tidak pernah saya yakini bahwa saya memiliki hati yang cukup luas untuk sebuah penolakan ketika dagangan saya tidak diminati pelanggan. Namun ternyata Alloh memberikan saya rizki melaluinya.

Yup, saya memang pernah ingin bekerja dari rumah, memiliki usaha di rumah tapi bukan berdagang menjualkan barang orang lain.
Tapi Alloh swt ternyata punya rencana lain dalam mendidik saya...

Tidak pernah terbayangkan, berdagang ini menjadi mata pencaharian utama bagi kami sekeluarga. Tak pernah membayangkan bahwa produk yang ditawarkan diminati oleh pasaran.
Subhanallah ... Alhamdulillah ..

Alloh lah Yang memudahkannya, Allohlah yang menghantarkan rizki bagian kami dari berdagang ini. Meskipun merasa tidak berbakat, tidak mampu, namun saya yakin ketika kita berusaha, Alloh tidak akan pernah menyia-nyiakan usaha kita ...

Tak pernah terfikirkan sebelumnya bahwa saya akhirnya menikmati profesi sebagai pedagang ini, dan insyaAlloh berencana untuk tetap menjemput rizki dengan cara berdagang, selain dengan cara yang lain yang saya bisa.

Kenapa?

Karena begitu banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari berdagang...

Ketika berdagang, saya belajar untuk menjadi orang yang berpasrah padaNya setelah berusaha. Tak seperti orang gajian, menjadi pedagang kadang jualannya laku kadang sepi. Apalagi ketika kebutuhan mendadak tiba-tiba datang, maka pengharapan kepada Alloh begituuu besar, agar hari itu mendapatkan rizki yang baik. Hingga di setiap harinya senantiasa meminta agar dimudahkan rizki, dilapangkan hati dan dikuatkan jiwa untuk senantiasa bersyukur atas rizki yang diterima hari itu.

Berdagang juga membuat saya menikmati setiap sen uang yang saya peroleh. Apalagi jika barang jualannya secara kredit, maka setiap kali ada yang bayar, rasanya luaaaaaaarr biasa. Seperti menemukan oase di gurun pasir ... .
*hihihi hiperbole lagi..

Berdagang membuat saya belajar untuk mempercayai orang, belajar untuk berbagi...

Kefahaman tentang rizki tak seperti hitungan Matematika pun saya dapatkan dari berdagang. Terkadang kita berfikir untung yang besar adalah dengan nominal yang banyak. Namun, ketika kita membangun sistem kerjasama dengan bagi hasil, alhamdulillah keuntungan pun tetap diperoleh. Dan InsyaAlloh lebih barokah ...

Berdagang juga membuat otak saya senantias berfikir, jika model ini sudah tidak laku lagi, apa yang harus saya lakukan. Hemmh.. agar pemesanan bertambah, trik apa selanjutnya. Berfikir dan berfikir... kadang lelah, namun itu membuat otak saya bekerja. Semoga juga menjadi pencegah agar tidak mudah tumpul

Tangis, tawa, bahagia, duka, kecewa... pernah dirasakan...
Mata bengkak karena menangis semalaman? Itu juga pernah hehehe.. dasar cengeng yaa..

Tapi subhanallah, begitu banyak riak yang di dapat, begitu banyak juga hikmah yang bisa di ambil...
Merasa di dewasakan olehNya dengan berdagang ini ...

So.. jika ada masa, kesempatan, serta keadaan memungkinkan..
Saya ingin tetap berdagang...
Agar tetap dapat mendapat tarbiyah yang luar biasa itu ...

semoga senantiasa dikuatkan, dilapangkan.. dan dimudahkan ..
aamiin

^__^

Saturday, January 01, 2011

meloncat loncat

yup.. kata itu meloncat - loncat...
setiap lintasan hati, kilatan fikiran serta gumam yang tak terdengar, seringnya ingin diungkapkan. Dituliskan.
namun, sama seperti lidah, lintasan itupun harus dijaga, agar apa yang tertuang menjadi sesuatu yang bermakna.
bukankah setiap hal yang kita lakukan di dunia akan dimintai pertanggung jawabannya?

tapi memang, menulis itu menyenangkan..
menuangkan lintasan kedalam kata itu seringnya memuaskan dahaga...
meskipun tak ada yang membaca, tak mendapat penghargaan, tak berbuah komentar...
tapi menulis itu... membahagiakan...
karenanya, tulisan ini juga harus membawa kebahagiaan hingga ke jannahNya, bukan hanya kebahagian dalam hati saja ...

tik tak tik tuk...semoga bunyi keyboard ini bisa menjadi saksi untuk sebuah timbangan amal baik...

jadi.. marilah membaca, agar tulisannya menjadi lebih bermakna..
dan senantiasa ingat padaNya di setiap huruf yang kita tulis.. agar tulisannya tidak sia-sia...

mari menuliiiiiissssssssss