Tuesday, April 19, 2005

Tetehku sayang (2)

Kabar gembira itu kudengar 1 bulan sebelumnya, Walaupun tidak jadi panitia, saya cukup senang, karena beliau berencana akan menitipkan undangannya lewat tanganku. Sedikit tapi merasa bermanfaat.

Tetehku…
Subhanallah teringat bertahun-tahun yang lalu, saat kami sering berada dalam majelis yang sama. Saat itu saya masih gadis kecil yang bandel banget. Tiap bertemu, pasti ada sejuta cerita yang tak sabar ingin kusampaikan padanya. Sebenarnya bukan saya sendiri yang ingin bercerita, tapi hampir semua temanku yang sama cerewetnya, suka berebutan cerita padanya. Reaksinya? Dia dengan sabar mendengarkan, tidak marah ataupun men-stop cerita yang ingin kami sampaikan. Hingga bisa dipastikan bahwa setiap bertemu waktu yang dihabiskan pasti lebih dari dua jam. Seringpula salah satu diantara kami terkantuk-kantuk, tapi tetehku tetap sabar dan dengan cara yang baik beliau membangunkan. Ya baik dengan premen atau ditanya kenapa ngantuk ya. Hihihi lucu

Allah memperkenalkan islam yang syumul melalui dirinya. Beliau bukanlah teteh yang lemah lembut seperti yang digambarkan dalam cerita-cerita. Dia sangat keras dan tegas namun sabar membimbing kami. Mungkin keras dan tegasnyalah sehingga kami akhirnya bisa berubah sedikit demi sedikit. Walaupun pertama-tama masih bandel, tapi akhirnya kami faham, mengerti dan InsyaAllah berusaha mengamalkannya. Teringat saat pertama kali teteh menceritakan serunya punya ade’, saya tak sabar untuk mengikuti jejaknya. Ataupun saat beliau menganjurkan shalat malam dan bilang kalau kita bisa ‘curhat’ dengan puas pas shalat malam, maka saya-pun semangat ’45 untuk mengikutinya, walaupun masih sering terkantuk-kantuk lalu bobo lagi abis shubuh. Tapi ghirah itu, semangat itu dan hidayah itu terasa indah dirasakan. Saat mulai mengerti tentang pentingnya bekerjasama, pentingnya ukhuwah dan pentingnya amal yang istimrariyah. Subhanallah semua bahasa-bahasa baru dan pemahaman-pemahaman baru yang sering kutanyakan padanya. Sehingga diri ini mulai belajar untuk memegang sebuah amanah. Belajar dan terus belajar walaupun hasilnya tidak berbentuk seperti lompatan Quantum, tapi pasti bergerak walaupun lambat. Rinduu… saat itu…

Akhirnya tiba masa beliau harus pulang kampung. Sedih? Sangat. Tapi itulah hidup ada saat bertemu dan berpisah.Tapi perpisahan itu tak lama, akhirnya beliau kembali ke Bandung untuk melanjutkan study S2. Walaupun tidak lagi berada dalam majlis yang sama, tapi kedekatan itu masih terasa. Allah masih berkenan mengikatkan hati kami.

Sekarang saat-saat penuh berkah itu kan menghampiri tetehku…
Barakallahu laka wa baraka alaik wa jama’a bainakuma fii khair…
Teh wilujengnya...
Sesaat lagih separuh dien akan teteh tunaikan, semoga bisa memenuhi yang separuhnya lagi bersama dengan seseorang yang telah Allah tetapkan...

wLuv....
dari'ade' yang selalu bersikap bandel dan childish dihadapanmu..:)

1 comment:

Anonymous said...

terima kasih la ...
ini tulisan ditujukan untuk upi kan ?? ..hi..hi...