Tuesday, April 19, 2005

Seuntai Surat Cinta


Seuntai surat Cinta
Untuk saudariku yang kucintai karena Allah…
Ukhty fillah…
Ingatkah dirimu sekitar 5 taun yang lalu…
Saat itu kita masih jadi mahasiswa baru dan Allah menakdirkan kita untuk tetap bersama
Kita sekelas di SMA, alhamdulillah akhirnya kita juga sejurusan dan sekelas pas waktu kuliah…
Lucu deh kalo inget muka bete kita setiap kali menerangkan tentang asal-usul kita, dimana kita selalu sekelas selama 3 tahun di SMU dan akhirnya sejurusan pula, ditambah sekelas di TPB.
Sampai bosen neranginnya….

Saya juga ingat ketika jaman-jamannya kita suka nonton bareng sama anak-anak, biasalah masih syndrom pingin ‘gaul’, poko’nya saat itu kagak ada tampang hanif nya deh!
Tapi, subhanallah melihatmu begitu semangat belajar agama, sementara saya, hehehe..suka bolos-bolos datang mentoring. Karena kita selalu bareng dan kamunya rajin mentoring, jadi alhamdulilah saya yang bandel inpun bisa terajak dan mau untuk ikutan mentoring. Sampai akhirnya kamu mendapatkan penghargaan sebagai ade mentor terajin. Subhanallah, ingat ga ukh? Tapi lucu deh ingat x-presimu yang terbengong-bengong pas dikasi tau ma teteh. Sayang, pas waktu acaranya kamu ga datang, coba kalo datang pasti lebih bengong pas namamu dipanggil.

Masuklah taun kedua kuliah, kita ga terlalu sering bareng lagi, soalnya mata kuliah pilihan kita beda. Tapi Allah masih mengikatkan kita, kita berada dalam kelompok mentoring yang sama. Alhamdulillah sekarangmah kita sama semangatnya. Waktu itu saya merasa seru aja kalo mentoring, soalnyabisa curhat..hehehe. Inget ga antusias kita untuk cerita ma teteh? Padahal kamu teh termasuk orang yang aga diem, tapi kalo pas mentoring mah lumayan lah, Saking semangatnya kita untuk cerita sampe ga ada habisnya, sehingga waktu 2 jam itu kita habiskan untuk cerita terus sementara waktu untuk materinya mepet. Tapi subhanallah yah tetehnya sabar ngadepin kita.
Alhamdulillah, dari mentoring itu akhirnya pemahaman kita-pun bertambah dan hidayah-pun datang. Saya masih ingat ketika hari pertama kamu menutup auratmu dengan sempurna. Hari itu kamu datang terlambat, sementara saya, sebentar-bentar lihat ke pintu. Tumben, tak biasanya kamu datang terlambat. Tiba-tiba terlintas dalam fikirku, kayaknya kamu kesiangan karena mau pake kerudung deh (hehehe), ma’lum pake jilbab pertama pasti ribet. Subhanallah, ternyata dugaan itu betul, ketika pintu terbuka maka tampaklah dirimu dengan aurat yang telah tertutup sempurna. Entahlah tebakan jitu itu karena ikatan bathin yang begitu kuat yang Allah berikan pada kita atau yang lainnya. Yang jelas hari itu saya terharu dan bahagia.

Ukhty, ingat juga ga saat kita baru mendengar istilah-istilah yang ‘aneh’ terus kita pada bengong tea, lalu kita nana ke teteh artina apa ato kalo ngga kita nanana ke teman kita yang lebih jago, ingat kan ukh siapa dia? Lalu saat kita diminta untuk jadi mentor AAEI. Waktu itu kita berdua-kan ga pada pede ya ukh? “Ia gitu? Kita kan masih pada aneh dan ‘lucu’”, kata kita teh . Akhirnya dengan mengucapkan basmallah dan juga atas dorongan, taujih serta tausiah dari teteh-teteh tersayang, akhirnya kita menerima amanah itu (walopun tetep ga pede :D). Trus kita teh pada ga sabar nungu pengumuman siapa yang bakalan jadi ‘ade’ pertama kita, berkali-kali kita berdua lihat pengumuman, ee ternyata baru adanya pas pembukaan mentoring. Alhamdulillah, lega rasanya, karena akhirnya nama-nama itu keluar dan juga karena kita ga kebagian ‘ade’ yang jago. Pikir kita kalo ‘ade’ nya jago ntar kita mati kutu, hihihi.
Kebersamaan kita juga semakin terjalin kuat lewat daurah-daurah yang kita ikuti, dari mulai DMM ,Trendi-nya KM3, MMC dan daurah lainnya yang ga bisa disebutin satu-satu.(soalnya saya lupa..:D) Sampai akhirnya kita sama-sama jadi MAA KM3. Banyak banget ya kegiatan yang kita jalani bareng? Itu teh diluar acara ‘gaul’ lainnya yang sempat kita jalani berdua ketika jaman-jamannya gaul dan lucu (cieee, ga banget deh..:p !).
Semua yang kita jalani bersama itu semakin menguatkan ikatan batin yang kita punyai. Rasa sayangkupun semakin dalam. Allah telah mengumpulkan kita di tempat yang baik, menyatukan kita dengan cara yang baik dan membina kita menuju jalan yang terbaik. Yap, Allah telah memilihkan dan membukakan hati serta fikiran kita untuk sama-sama berjuang di jalan da’wah. Sama-sama menjadi jundy dalam barisan da’wah. Sehingga ukhuwah yang terjalinpun terasa jauh lebih dalam daripada ikatan persahabatan biasa.(Allahu’alam bi shawab)

Ketika semua amanah kampus telah selesai, akhirnya kita pun terpisah. Saat ini saya begitu merindukanmu. Rindu yang teramat dalam itulah yang mendorongku untuk menulis surat ini. Surat ini adalah sebuah expresi atas rasa cinta yang dalam, agar sempat terucap dan memberikan sedikit jejak. Sehingga Allah memasukan kita kedalam orang-orang yang saling mencinta karenaNya dan memasukan kita kedalam golongan orang-orang yang saling menyeru kepada kebenaran dan kesabaran (Al-Ashr :3)

Ukhty yang kucintai, sangat-sangat kucintai karena Allah.
Sebenarnya isi surat ini tidak bermaksud untuk menasihatimu, toh saya-pun tak lebih baik darimu. Surat ini hanya sekedar pengingat bagi kita, agar kita membuka kembali lembaran-lembaran tausyiah dan taujih yang pernah kita dapatkan. Serta untuk kembali merevaluasi tujuan hidup kita, serta pemahaman yang pernah kita pelajari bersama, agar tidak hanya menjadi sekerat ingatan saja, tapi memang senantiasa kita pelajari dan amalkan. Semoga Allah mencatatNya sebagi amalan yang baik dan bukan sebagai sebuah ke-riya-an ataupun akumulasi dari rasa sombong dan ujub. (Allahu’alam bi shawab)

Ukhty yang kusayangi karena Allah…
Ingatkah ketika kita mulai menyadari dan memahami bahwa Allah telah mewajibkan manusia- temasuk kita- untuk masing-masing dari kita menjadi seorang da’i, seorang yang menyeru kepada Allah dengan cara yang baik

”Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang diberi petunjuk”
(An-Nahl :25)

Karena ini pulalah jalan yang telah ditempuh oleh tauladan kita, Rasulullah s.a.w

“Maka segeralah kembali kepada (mena’ati Allah). Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu” ()Az-Zaariyat:50

Dan Dia telah menetapkan bahwa jalan ini, hanya satu-satunya jalan tak ada jalan lain.

“Dan sungguh inilah jalanKu yang lurus. Maka ikutlah! Janganlah kamu ikuti jaan-jalan ( yang lain) yang akan mencerai- beraikanmu dari JalanNya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertaqwa.”
(Al-An’am 153)

Sehingga akhirnya sampailah kita pada pemahaman bahwa jalan da’wah adalah pilihan hidup satu-satunya, lain tidak. Kita mencoba untuk semakin menguatkan tekad dan menjaga keikhlasan kita, meniru jejak para nabi serta tabi’in dan tabi’atnya. Walaupun tak bisa sesempurna mereka, tapi kita juga tak ingin untuk tidak menjadi seperti mereka. Walaupun keimanan kita tak seberapa jika dibandingkan dengan generasi terdahulu, tapi dengan tekad dan pebuh keyakinan, kita berazam untuk ‘menjual’ diri, jiwa, raga serta apa ang kita punya hanya untuk Allah,

“SesungguhNya Allah membeli dari orang-orang mu’min, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka”
(At-Taubah :111)

Karena kita ingin dan kita yakin bahwa dari ‘jual-beli’ ini, Allah akan membalas kita dengan surgaNya. Dan itu cukup.
Kita menyadari, bahwa jalan ini tidak lurus, jalan ini tidak mudah dan jalan ini tak seindah dalam bayangan. Untuk menempa kita menjadi da’iyah yang tangguh, maka Allah akan memberikan ujian untuk kita, sebagai pengukur, apakah kita bertahan ataukah tidak.

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta”
(Al-Ankabut :2-3)

“Ataukah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum datang bagimu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu.”
(Al-Baqarah :214)

Ayat-ayat Allah ini telah menguatkan kita untuk tetap berjalan dijalan Allah. Ayat ini telah menjadi penghibur dikala cobaan menimpa kita dan juga penguat dikala kita goyah. ‘Sejuta’ amanah kampus terbebankan, alhamdulillah Allah masih menjaga kita sehingga kita masih ‘mau’ menjalaninya. Kampus ini telah menjadi tempat pelatihan bagi kita untuk ‘mau’ memegang suatu pekerjaan yang kita yakini bahwa hanya Allah yang membalasnya.

Kini, masa kampus telah berakhir, masing-masing kita menempuh jalan sendiri, mencari jati diri dan jalan hidup masing-masing. Ingin rasanya untuk tetap bersama, berada di tempat yang sama dan amanah yang sama. Bersama-sama seperti dulu lagi. Tapi dalam hidup memang ada saatnya untuk bertemu dan berpisah. Kita menyadari bahwa dimanapun kita, disitu pasti terdapat berjuta ma’na yang dapat kita ambil hikmahnya. Setiap sesi hidup yang kita jalani adalah tarbiyah bagi diri kita, apakah kita akan sanggup ataukah gugur (Naudzu billahi min dzalik). Dipenghujung surat ini, saya ingin kembali mengingatkan pada diri bahwa

“Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (tidak ikut berperang) tanpa mempunai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat derajat orang-orang ang berjihad dengan harta dan jiwanya dengan orang ang hanya duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan) . kepada masing-masing Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar. (yaitu) beberapa derajat daripadaNya,serta ampunan dan rahmat. Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. ”(An-Nisa :95-96)

Sebagai pengingat, bahwasanya Allah memerintahkan kita untuk bergerak dan terus bergerak, menyebarkan kebaikan serta men-syiarkan risalah ini, agar tetap tegak dien Islam. Karena tak- kan pernah sama antara orang yang diam dan bergerak. Bahwa shaleh pribadi itu tidak cukup. Dan bahwasanya risalah ini bukan hanya untuk kita sendiri tapi untuk seluruh umat manusia.
Satu lagi yang harus senantiasa kita ingat ukhty, bahwa bukan da’wah yang membutuhkan kita, tapi kitalah yang membutuhkannya.Karena allah telah menjamin kemenangan untuk para mujahid da’wah serta kemenangan dalam da’wah itu sendiri, pilihan bagi kita adalah, apakah kita ikut didalamnya ataukah tidak?
Jadi dimanapun kau berada ukhty fillah, tetaplah bergerak dan bergerak agar Allah tak mematikan hati kita, agar Allah tetap melihat kita dan kita tidak termasuk kedalam orang-orang yang tak dilihat olehNya seperti kisah segolongan kaum bani Israil. Juga agar kita termasuk kedalam barisan yang di’menang’ kan oleh Allah, yaitu didalam barisan mujahid da’wah. Karena kita telah ber’azam
Nahnu Du’at Qobla Kuli Sai’in
(Kami Da’i sebelum apapun Kami)

Terakhir…
Ukhty, masihkah perahu itu tersimpan?
Masihkah pesanku yang tertulis diselembar kertas yang menemani sang perahu ada?
Kini, di surat ini, kutuliskan kembali pesan itu, agar kau selalu mengingatnya.

Ukhty yang kusayangi karena Allah, perahu manapun yang kaunaiki, yakinkan bahwa kita akan kembali bertemu di pelabuhan yang sama, yaitu pelabuhanNya

Allahu’alam bi shawab…

With All My Love Because Of Allah

2 comments:

Yentri Marchelino said...

Semoga sahabat Rela membaca surat yang penuh dengan cinta karena-Nya ini ya.. Do'aku menyertaimu, ukhti..

Anonymous said...

Enjoyed a lot! Soccer sound wavs Ferrari 2000 f50 Sale clearance tires Mountain wedding invitations rosacea levitra chat line Mitsubishi cellular phone battery Broadband internet penetration