Wednesday, January 05, 2011

Al Umm madrosatun

"Al Umm madrosatun". Ibu adalah guru besar. Pertanyaannya, fasilitas dan sarana apa saja yang sudah disiapkan para suami agar istrinya bisa menjadi guru besar dan pencetak generasi".
-Ustz Luthfie Hasan Ishak-
Wuaaah, kayaknya yang mantengin tulisanku (emang ada ya penggemar setia tulisanku, GR akuut ..) pasti sudah sering membaca tulisanku tentang cita-citaku menjadi Ibu...
Dalam kenyataannya, dalam prakteknya, banyak hal yang jauh dari konsep dan jauh dari idealisme selama ini..

Disadari atau tidak, konsep pendidikan yang kuterima dari ortu banyak mempengaruhi caraku mengasuh Wafa. Ada yang baik, dan itu kusyukuri namun ada juga yang kurang baik, hal itu yang sering sulit untuk dihindari.

Mendidik dengan ilmu, idealnya begitu. Namun dalam hal pelaksanaanya, kadang meleset jauh. Apalagi kalo gak dibarengin ilmu, hanya ngandelin kebiasaan, mitos, ataupun nasihat tapi tidak disaring, difilter dan diteliti lagi, maka kemungkinan errornya besar. Lalu bagaimana nanti kita sebagai Ibu mempertanggung jawabkannya?

Mendidik dengan hati dan nurani. Sebenarnya, menurut saya, mendidik dengan hati akan menjadi sesuatu yang indah dan bermakna jika jiwa kita diliputi keimanan. Tapi kalo tidak, maka mendidik ngikutin kata hati bisa jadi bencana

Sering ketika memuhasabah diri, banyak hal yang terjadi diantara kami, Ummi dan Wafa adalah hal yang seharusnya dihindari... Tidak selamanya hubungan kami berjalan dengan mulus dan indah. Seringnya si Ummi nyesel, kok ya sikap si Ummi gituuuu? De el el de el el ...

Maka, ketika kata itu disematkan, Al Umm madrosatun, nampaknya masiiih jauh. Masih harus banyak-banyak baca, banyak banyak ibadah, banyak banyak belajar ...

Menurut saya pribadi juga, posisi sebagai Guru besar, guru peradaban dan pencetak generasi ini bukan hanya disematkan kepada seorang Ibu yang memiliki anak kandung. Bukan juga hanya kepada Ibu yang berprofesi sebagai guru, dan pendidik. Tapi kepada Ibu seluruhnya.

Ibu memiliki amanah untuk mendidik putra putrinya. Kumpulan Ibu jugalah yang akan membentuk komunitas sebuah masyarakat. Bagaimana Ibu-ibu itu menggunakan waktu luangnya, berinteraksi diantara sesamanya, hal itu akan mempengaruhi sebuah generasi.

Saya ibu-ibu (dooh akhirnya ngaku juga kalo udah jadi ibu-ibu ), hobinya kalo udah ngumpul dengan sesama ibu-ibu adalah makan dan ngobrol (weeewww, makin nduuut d!). bayangkan, transformasi informasi, kefahaman dan juga ilmu yang bisa mengalir dari obrolan antara ibu-ibu. Namun jika terjadi sebaliknya jika ghibah, gosip, ejekan, dan persaingan kekuasaan eeeh persaingan prestise yang dibicarakan oleh para Ibu-ibu itu, maka mungkin yang timbul adalah bencana global.. weeeiiih bahasanya.

Kenapa bencana global?
Pertama, dosa. Kedua kehilangan waktu. Ketiga kehilangan kesempatan untuk berbuat kebaikan. Keempat, bisa jadi perang dunia kalo gosip itu meluas, kalo persaingan prestise itu melebar dll...

(deuuuh seriiiuss bangeet yak)

Tapi begitulah kenyataannya ...


Hemmmh... bayangkan jika komunitas ibu-ibu yang seneng ngobrol dan makan itu menghasilkan sesuatu, membincangkan sesuatu yang positif. Tentu kebaikan akan menyebar cepat.

Misal, ibu A punya kelebihan materi jadi bisa konek internet 24 jam. Dia punya akses informasi yang banyak, baik mengenai pendidikan, makanan, informasi terkini dll. Nah ketika ketemu ibu-ibu lain, dia membagikan informasi tersebut kepada teman ngobrolnya. Bisa dengan obrolan santai, ataupun dia print-kan dan bagi bagikan.
Wuaaaawww terbayang percepatan informasi dan pendidikan masyarakat yang minim biaya. Ibu-ibu jadi pinter d! Efeknya tentu ke pendidikan anak-anaknya dan juga manajemen keluarganya. Berfikir lebih kritis, bertindak pun jadi lebih bijaksana. gaya kan? Gayaaa

Ada lagi Ibu B yang hobi baca, punya koleksi buku nan banyak. Nah mungkin kelebihan inilah yang bisa dimanfaatkannya untuk sama - sama menjadi ibu yang cerdas. Baik dengan meminjamkan bukunya, maupun mengadakan obrolan santai, ringan, padat dan berisi... Hmmh jadi inget bala-bala nyam nyam nyam...

Apalagi kalo ada Ibu-ibu yang pinter masak, jahit, nyulam de el el de el el. Trus mereka mau membagikannya kepada ibu-ibu yang lain. Wooowwww, bisa jadi usaha mandiri d! Mengentaskan kemiskinan, insyaAlloh.
Ya gak ya gak....?
Dengan begini perekonomian keluarga terbantu, namun anak-anak tetap nomor 1. Gak usah kerja di pabrik lagi yang jam kerjanya dari jam 8-5, dengan gaji yang murah meriah. Soalnya sependek pengetahuan saya, buruh itu banyak perempuan karena bisa dibayar murah tanpa banyak protes. (Dooh jadi sediiihhh)


InsyaAlloh dengan makin banyaknya Ibu yang cerdas, maka makin banyak generasi muda yang juga cerdas fikiran, sehat jasmani serta ruhiyah yang bersih. Aamiin


Hmmmh mimpi yang indah...

Ayo Banguuuun....jangan cuma mimpi...!!!!!
Buruan mempersiapkan diri menjadi Al Umm madrosatun

siap.. insyaAlloh laksanakan


No comments: