Wednesday, December 20, 2006

Khadijah, Ummahatul Mu’minin. Setiap mendengar nama itu selalu ingin menangis. Rindu yang teramat pada “Bundaku”, dapatkah Allah mempertemukan kami di Yaumil Akhir nanti….

Begitupun saat ini, saat mempersiapkan materi untuk besok siang. Tulisan yang kuambil dari Kajian Muslimah, ditutup dengan pembahasan tentang Khadijah.

Teringat pula nasihat seorang umahat kepadaku, beberapa hari yang lalu.
“La, nanti bikin MOU aja sama suami sebelum menikah”, ucapnya disela diskusi hangat ibu-ibu tentang poligami, padahal aku belum ada rencana menikah dekat- dekat ini ^_^
“Jadikan aku Khadijahmu”, ujarnya menambahkan
Aku hanya tersenyum, “ Teh, bukannya itu egois ya?”
“ Ya, kalo nanti keadaannya berubah, ya kita bisa meminta. Jadi atas permintaan kita”

Mmh….akupun hanya tersenyum lagi, sambil mainin Asma, bayi mungil yang berada di gendongan si Teteh

Setelah 1 minggu “diam”, ternyata tak “tahan” juga para umahat ini untuk tidak membicarakan poligami. Aku, d one and only ‘single’er’ in that place hanya bisa belajar. Belajar tentang apa yang dirasakan ibu-ibu yang insya’Allah shalihah ini tentang poligami. Merasakan, betapapun poligami dihalalkan, tapi berat dilakukan. Tentang kecemburuan yang begitu besar, sayang yang begitu dalam dan cinta yang tak ingin terbagi. Padahal mereka tidak kenal satu sama lainnya sebelum akad tertunaikan. Tapi begitu mudah Allah mengaruniakan rasa Cinta yang dalam itu.

Inginnya tersenyum mendengar pengakuan mereka, ooo ternyata begitu ya rasanya.

Serasa merasakan apa yang mereka rasakan, bahwa sulit jika ada orang kedua, ketiga dan keempat. Makin menguatkan hatiku, untuk ”sulit” menerima jika harus menjadi yang kedua diantara sebuah pernikahan yang terbina. Terbayang perasaan umahat itu, perasaan ibuku, tetehku, jika ada seorang wanita lagi diantara mereka dan suaminya. Ah entahlah, sulit bagiku membayangkan untuk ”menyakiti” seorang ”saudara perempuan”. Membayangkan perasaan seorang anak ketika ada wanita lain selain ibunya untuk Ayahnya. Bagiku, seorang sahabat menangis atas sebuah kesalahan kecil yang tak sengaja terjadi bisa membuatku tak tenang, apalagi jika harus membayangkan ”sakit” yang (akan) kutimbulkan bagi ”saudari perempuanku” untuk waktu yang sangat lama

Allahu’alam bi shawab, semoga Allah senantiasa menjaga femahamanku seperti ini. Tapi, jika Allah berkehendak lain, entahlah...

Dan...subhanallah saat ini pun terdengar senandung nasyid, melagukan Bundaku Khadijah r.a....makin rindu rasanya....

Rabb, pertemukan aku dengannya...

Meskipun mungkin nanti aku tidak bisa menjadi seperti Khadijah bagi suamiku (kelak...)

No comments: