Wednesday, January 25, 2012

Resolusi 2012?

Hemmh telat ya kalau baru ngomonin resolusi haree genee?
:)

Resolusinya udah lama ada di kepala, baru sempet nulis hari ini. Setelah keadaan stabil.
*cieeeh gaya...

Eheeeemm.. jadi resolusi saya di tahun ini cuma 1, yaitu

'MENGURANGI JAM TIDUR'



Sehingga,

1. Memilki lebih banyak waktu untuk melaksanakan ibadah yaumian saya
2. Mampu mengerjakan lebih banyak pekerjaan rumah
3. Bisa bermain lebih lama dengan anak-anak tanpa diganggu pekerjaan rumah, serta kewajiban lainnya
4. Punya waktu untuk mengurusi dagangan saya *twink*
4. Memiliki 'Me time' yang lebih banyak untuk menulis.
Target saya dalam menulis tidak muluk-muluk . Ketika yang lain sedang berlari dan mewujudkan impiannya memiliki buku, saya sadar, saya masih jauh dari itu. Begitu banyak yang harus dibenahi. Prioritas waktu pun masih belum kesana. Jadi saat ini target saya dalam menulis hanya satu, 'Saya ingin konsisten menulis setiap harinya'.
Ya.. saya hanya ingin konsisten dalam menulis. Itu cukup, untuk saat ini.

Saya mempunyai berbagai target yang ingin saya capai untuk keluarga, sehingga saya tidak bisa berlama-lama duduk manis di depan komputer.
Sedih? Tentu saja . Seperti ada yang hilang.
Tapi saya tidak menyesal. Anak-anak saya membutuhkan saya lebih dari yang lain. InsyaAllah akan ada saatnya ketika saya mampu memenej waktu dengan lebih baik. Saat ini, saya sedang berusaha menuju jalan itu.

Naah bagaimana dengan target awal di tahun 2012 yang saya tulis di FB?
Yaitu untuk Mengurangi Marah?

Ooo, itu merupakan efek tambahan dari tercapainya resolusi ..

Biasanya saya marah karena kondisi emosi tidak stabil. Ketika pekerjaan rumah menumpuk, anak-anak tidak terurus dengan baik, dan dagangan belum diurusin. Ditambah ibadahnya kacau balau.
Duuuuh.. jadi deh, disulut sedikit saja API AMARAHnya langsung membesar...
Padahal mah yaaah, anak-anak mah memang begitu adanya
Dan ketika emosi saya stabil, emosi anak-anak pun stabil.
Ketika si mungil rewel, saya pun punya berbagai trik untuk menenangkannya.
Tapi ketika emosi saya tidak menentu, anak sedikit rewel saja bagaikan mendapat serangan dari musuh bebuyutan ..
*heuheuheu hiperbola lagi dah!

yah begitu d!

Mohon doanya ya, agar resolusinya tercapai dengan baik ...


PERHATIAANNNN!!!!!
Tulisan ini untuk diingat oleh seseorang bernama Rela ...
Dimohon kepada teman dan sahabat yang baik hati, untuk mengingatkan saya di kala resolusi ini mulai melenceng

Terima kasih ^^

Wednesday, December 14, 2011

WS: Hafalan Wafa

Dari semenjak dalam kandungan, saya sering menyetel murattal untuk Wafa
Ketika bertemu dengannya di dunia, saya pun sering melantukan beberapa surat pendek yang saya hapal. Apalagi ketika belum ada khadimat, dan saya mengerjakan riset S2 di rumah. Maka sambil menyusui Wafa, saya sering menghapal beberapa surat pendek. *dooooh masih surat pendek niyy
Selain itu, setiap akan tidur saya rutin ngelonin Wafa dengan membaca surat-surat yang biasa dibaca di awal Al-Ma'tsurat sughra.
Ketika ada khadimat, kebiasaan menghapal sambil ngelonin pun tidak pernah dilakukan lagi. Karena setiap hari saya harus berangkat ke kampus. Tapi ritual membaca awal Al-Ma'tsurat sughra sebelum tidur, masih sering dilakukan.
Sampai usia 2 tahunan, Wafa belum pernah 'menyuarakan' salah satu surat pendek yang sering saya baca di hadapannya.
Ketika akhirnya khadimat pulang, Wafa pun dititipkan di Nursery. DI sana memang ada ritual membaca Al-Fatihah, An-Naas, Al-Falaq dan Al-Ikhlas sebelum tidur. Belum genap satu tahun di tempat penitipan, alhamdulillah Wafa sudah hafal ke empat surat itu. Pertama taunya dari celotehan Wafa yang terkadang menyuarakan penggalan ayat-ayatnya. Lalu saya pun coba mengetes satu-satu, dan alhamdulillah Wafa hapal, meski ada beberapa bagian yang salah dalam pengucapannya.

Nah, masalah selanjutnya, bagaimana menambah hapalannya?
Saya lalu berkonsultasi dengan seorang ustadzah, teman baik saya. Putri beliau yang usianya 4 tahun kala itu, sudah hapal sampai An-Naba.
Katanya di ulang-ulang bacanya.
Saya masih bingung, karena Wafa anaknya gak bisa diam . Dan sering menginterupsi dengan berbagai pertanyaan ketika saya aberbicara

Jadilah saya maju .. mundur untuk menambah hapalan Wafa.
*hihihi dasar si Ummi gak sabaran

Hingga tiba saatnya, sahabat baik saya Mbak Nurul Asmayani memposting pertanyaan tentang hal ini di FB nya...
*duuuh ngaku ngaku bersahabat dengan penulis kerren , gpp ya Mbak Nurul saya minta di aku jadi sahabatnya

Dari jawaban-jawaban ibu-ibu yang shalihah itulah saya akhirnya mendapatkan kekuatan dan ide
Ditambah juga dengan membaca beberapa tulisan tentang cara mengajarkan hapalan pada anak, serta disesuaikan juga dengan karakter si sulung, Wafa.
Akhirnya saya menemukan metode 'cuek bebek' untuk mengajarkan surat Al-Lahab pada Wafa... :)
Maksudnyaaaaaaaaaaaaa????
1. Saya cuek bebek mentalaqi surat Al-Lahab, kapan pun dimanapun ketika saya ingat. Mau Wafa nya lari-lari, lagi maen, lagi masak bareng, lagi jungkir balik, bahkan mau tidur. Pokonya pas saya inget, saya baca surat itu berkali-kali. Seperti Murattal namun bersuara pas-pasan
2. Terkadang Wafa mempunyai keinginan yang beda sama Umminya, jadi saya juga gak terlalu memaksa Wafa untuk melafalkan setiap ayat bersama dengan saya. Saya cuek bebek terus mengajak Wafa untuk baca surat tersebut barengan, meskipun terkadang Wafa diam membisu, gak mau ikutan. Tapi yaa saya tetap 'cuek bebek' baca di hadapannya
3. Wafa juga sangaaaaaaaaat pemalu, maksunya, dia mah gak bisa disuruh untuk nunjukin kebisaannya di depan umum. Jadilah saya Ummi yang cuek bebek, tidak berharap Wafa mau ikut lomba hapalan suatu saat nanti. Yang penting bisa hapal dan mau baca depan Ummi dan Abahnya saja, saya sudah bersyukur ..
4. Nah yang terakhir ini, saya gak cuek bebek. Saya berjanji menghadiahinya es krim, jika dia sudah hapal surat Al-Lahab . Cara ini saya ikuti dari cerita seorang ibu yang anak-anaknya menjadi Hafidz. Anak-anaknya yang berhasil menambah hapalan diberikan keistimewaan untuk memilih menu makan dan tempat untuk berlibur. Berhubung saya gak jago masak, dan juga susah ngajakin berlibur, maka es krim lah solusinya. Dan ketika ditanya sama Wafa,
"Ceu, nanti kalau sudah hapal surat Al-Lahab, Ummi belikan banana split ya!" bujukku pada si kecil.
"Mau es krim, banana plit, susu...." ia mulai menyebut makanan kesukaannya.
"Iih jangan banyak-banyak ya, satu saja!" protesku, cepat-cepat. "Mau es krim atau banana split."
"Es klim," ucapnya lantang. "Es klim sama Astor!" tambahnya, riang.
"Eleeeeuuuh eta mah atu maksudnya banana split geulisss..." ucapku dalam hati

Alhamdulillah, sekarang sudah hapal surat Al-Lahab, meski beberapa bagian masih belum sempurna pelapalannya. Yang membuat terharu, dia sering melapalkannya tiba-tiba ketika main. Jadi kayak latah gitu, tapi insyaALloh latah dalam hal yang baik ya :)

Dan malam ini sebelum tidur, kami berbincang,
"Ceu baca surat Al-Lahab yuk!" ajakku pada si mungil. Wafa tak menjawab, ia sibuk dengan perahu kertasnya.
"Besok kalau Abah datang, Ceuceu baca surat itu di hadapan Abah. Nanti kalau sudah hapal, Ceuceu ajak Abah beli banana split." Ku coba membujuk si sulung yang lagi rindu berat dengan Abahnya. Maklum sudah mau 4 hari ditinggal ke Sremban.
"Es klim laaah!" ucapnya protes.
"Iya es krim, yuk baca!" ajakku sekali lagi. Wafa masih membisu. Namun ketika saya membacakan surat itu, Wafa ikut bersuara. Namun kadang ketika saya mengulang lagi membacanya, Wafa hanya ikutan komat-kamit, tanpa suara. Dan saya cuek bebek saja, mengulang-ulang surat Al-Lahab sampai beberapa kali.

Alhamdulillah, satu surat berhasil. Baru 5 surat yang dihapalnya, Masih 109 surat lagi.
"Jom Wafa berlomba-lomba sama Ummi!"

"Semangaaaaaaaaaaaaatttt!!!!"

Oia untuk do'a-do'a, kami selalu membacanya ketika akan melakukan suatu pekerjaan. Alhamdulillah Wafa sudah banyak hapal bacaan do'a. Namun kadang mau diucapkan, kadang diam

Kalau sholat, Wafa suka ikut satu sajadah sama Ummi. Tapi kadang mau pake mukena kadang nggak. Jadi bayangkan, Wafa sholat pake celana pendek!
Ah, si Ummi mah nyantei saja. Yang penting Wafa mau ikutan ya Neng!
Oia alhamdulillah, kalau terdengar adzan, Wafa juga suka mengingatkan Ummi untuk sholat. Dan sering mau jagain adeknya selama Ummi shalat...

Semoga putri Ummi menjadi muslimah shalihah ya Nak.
aamiin







Foto diambil ketika Wafa 'khusyu' shalat. Gambar sebelah kanan, dia gak nyadar kalau di foto. Sebelah kiri sudah nyadar, buru-buru deh shalatnya

Sunday, November 20, 2011

Wafa :: Takut

Petang itu, Ummi kedatangan tamu istimewa. Wafa sedang tertidur lelap, adek Husna nemenin Ummi di depan.


Sekitar jam 6.30, Wafa bangun dan menangis. Ummi samperin, gendong, ajak dia ke depan.
Dari sejak bangun sampai habis maghrib, Wafa terus rewel. Nangis dan gak bisa diajak komunikasi.

Baru setelah tamu istimewa pulang, Wafa gak rewel lagi.

Beberapa menit kemudian, Ummi ajak ngobrol Wafa sambil di suapin.

"Ceu, kenapa tadi nangis dan rewel?"
"Tadi Wafa tidur di kamar, sendiri, gelap dan pintu ditutup. Ceuceu kan takut." si mungil menjelaskan

Ummi takjub!!!
Subhanallah, di usianya yang ke-3 tahun, ternyata ceuceu sudah bisa menerangkan keadaan hatinya. Menjelaskan penyebab dia menangis...
ALhamdulillah ..

Ummi akhirnya tersenyum. Senyum karena bahagia .. hehehe. Bukan bahagia karena Wafa nangis ya, tapi karena ceu Wafa semakin pandai.

Lalu Ummi menjawab, "Ooo, begitu. Maafkan Ummi ya Ceu. Tadi Ummi tutup pintunya agar Wafa tidak tergangu tidurnya. Tapi ternyata Wafa takut ya?" tanya Ummi
"Ya sudah, nanti kalo tidur Ummi nyalakan lampunya ya sayang."
Wafa pun mengangguk, senang
:)

ALhamdulillah

Tuesday, October 18, 2011

Wafa :: Toilet Training

Pfuiiih...

Perjuangan toilet training Wafa ini menguras waktu, tenaga dan emosi..
Cieeh.. gayaa ...

Seperti sudah dituliskan dalam beberapa jurnal sebelumnya, Wafa sudah pandai pup di kamar mandi sebelum usia dua tahun. Namun untuk bagian pipisnya ini yang makan waktuuuu lama.
Alhamdulillah, di usianya yang ke-3 tahun, Wafa lulus toilet training-nya. Bahkan pas tidur pun tidak ngompol

Bagaimana ceritanya?

Heemmh.. nampaknya karakter anak mempengaruhi ya?

Kalo melihat jejak perkembangan Wafa, dia memang anak yang agak lamaaa dalam meraih sesuatu. Bukan karena gak bisa, tapi belum 'mau'.

Wafa baru mau guling umur 5 bulan. Tapi usia 6 bulan langsung bisa merangkak dan duduk tanpa bantuan.

Wafa baru mau jalan umur 1 tahun 2 bulan. Tapi gak pake jalan selangkah selangkah. Gak pake cerita jatuh bangun, kejedut dll. Wafa langsung berjalan dengan lancar. Nampaknya Wafa sudah mampu berjalan sejak lama, namun dia takut. Dan keberanian itu baru ada karena terpaksa. Disaat dia ingin meraih sesuatu dan tak ada yang dapat membantunya, maka Wafa pun berjalan.
Ketika masa 'training', Wafa mau ditatih jalan, tapi setiap kali dilepas pasti langsung duduk. Meskipun kami berdiri dekat Wafa untuk membantunya, namun dia memilih duduk kembali dibandingkan melangkah maju

Nah pas toilet training pun begitu. Maju mundur kemampuan Wafa.
Ketika bicaranya masih belum terlalu lancar, Wafa sering diajak ke WC. Namun jadwalnya tidak pernah tetap. Ketika diajak ke WC satu jam sekali, kadang pipis kadang nggak. Sering juga dalam 5 menit setelah diajak ke WC dia pipis

Ketika sudah pandai bicara, dia juga moody. Kadang mau ngomong kalo pengen pipis kadang nggak. Apalagi kalau asyik main, khusyu nonton tipi, atau sedang bertamu. Sering dia nggak mau bilang kalo kebelet pipis.

Si Ummi cari ide, putar otak. Eh otak gak bisa diputar ya?
Hmmh harus ada sesuatu yang memacu Wafa agar selalu bilang kalo pengen pipis.

Naaah, Ting!!! Ada Ide!!

Suatu malam ketika hendak silaturahim ke rumah Uwa-nya, si Ummi bilang gini ke Wafa,
"Ceu kalo mau pipis bilang ya! Kalo ceuceu gak ngompol (bahasa kami untuk pipis sembarangan), nanti besok Ummi belikan ice cream."
Gadis mungil itupun mengangguk tanda setuju.

Alhamdulillah semalaman itu gak ngompol. Ice cream pun berhasil didapatnya.
Untuk tidur malam pun, saya bilang, "Wafa kalo mau pipis, bangun ya!"
Dan setiap dia berhasil bangun, kami berikan pujian berlimpah

Setelah itu, masih ada bocor dua kali. Salah satunya (mungkin) karena makan jambu air .
Dan malam hari juga pernah ngompol sekali. Selain itu, Wafa selalu bangun kalo mau pipis. Kalau sekarang malah baru pipis pas bangun di pagi hari.

Setiap kali bocor itu, kami langsung mengingatkan Wafa, kalo selama ini dia sudah pandai, kalo pengen pipis selalu bilang. Kalau lagi tidur, Wafa juga pandai bangun.

Alhamdulillah setelah itu Wafa tidak pernah ngompol lagi, dan bilang setiap kali mau pipis.

Semoga di sekolah pun nanti mau bilang ya shalihah :)
Aamiin

*perjuangaaaaaaan ^^

Tuesday, October 11, 2011

menemanimu

selalu ingin menemanimu mencapai impianmu,

namun seringkali engkaulah yang menemaniku mencapai inginku,

aku harus terus belajar dan berusaha,
menjadi seperti Khadijah,

semoga suatu saat nanti ...

aamiin


Wafa :: Orang Indonesia

Dari sejak masih dalam kandungan, Wafa sudah saya ajarkan berbicara bahasa Sunda. Alasannya mengenalkan budaya, memberikan rasa, membentuk pribadinya.


Setelah pandai berbicara, Wafa alhamdulillah tidak mengalami kesulitan berbicara. Dia mampu berbicara Sunda dan Indonesia, sesukanya, sebisanya. Saya pun tidak terlalu mempermasalahkan ketika dia menjawab pertanyaan saya dengan bahasa Indonesia, meskipun saya bertanya dalam bahasa sunda.

Gaya bicara campuran ini makin bertambah serunya ketika Wafa mulai masuk TasKa, atau Play Group. Karena Wafa mulai mengenal bahasa Melayu. Jadilah dia berbicara gado-gado di rumah. Kadang Sunda, Indonesia, dan Melayu.

Namun sejak beberapa minggu ini, saya mulai mengajarkan dia untuk menjawab pertanyaan saya dengan bahasa sunda. Tujuannya agar dia berani dan mampu berkata dalam bahasa Sunda, bukan hanya mengerti saja. Selain itu juga agar mampu berbahasa Indonesia yang baik, tidak tercampur -campur.

Cara saya mengajarkan Wafa untuk menjawab bahasa Sunda adalah dengan membetulkan kalimat Wafa ketika dia berbicara dengan saya. Dan juga mengenalkan bahwa kalo sama Ummi bicaranya dengan bahasa Sunda, Ummi orang Sunda

Karena saya menyampaikan tentang orang Sunda ini, Wafa pun bertanya pada Abahnya,
"Abah orang Sunda?"
"Bukan, Abah orang Jawa," jawab Abahnya.


Naah, tadi ketika berbincang-bincang dengan Wafa sebelum tidur, mulut kecilnya berucap,
"Ummi orang Jawa,"ujarnya dengan kalimat berita.
"Bukan, Ummi orang Sunda," ucap Ummi tanpa maksud membedakan.
Kemudian Wafa menjawab dengan polosnya, "Wafa orang Indonesia."
Good!

Karena Wafa 'blasteran' Jawa dan Sunda, maka Wafa orang Indonesia ya Nak .. :)

hehehe alhamdulillah, putri Ummi dan Abah.. pandaaaiii ...:)


Perbedaan suku ini bukan masalah besar..
Tekad Ummi mengajarkan bahasa sunda pun agar Wafa mampu mewarisi nilai yang terkandung di dalamnya. Ada sebuah karakter yang menurut Ummi terbentuk lewat bahasa. Alasan yang lainnya agar bahasa Sunda ini lestari ..

Kelak ketika kita pulang ke tanah jawa, kaupun harus pandai berbahasa Jawa. MAmpu berbicara dengan Mbah dan keluarga di tanah kelahiran Abahmu dengan bahasa Jawa



Semoga senantiasa diberikan kecerdasan ya shalihah...
memberi maslahat untuk ummat...

aamiin.

Wednesday, October 05, 2011

W:: Tanggung Jawab

Ketika Husna lahir, saya sering mendapatkan pertanyaan,

"Bagaimana, Ceu Wafa cemburu gak?"

Dengan keyakinan kuat saya berkata, "Alhamdulillah tidak cemburu, Wafa baik sama adeknya. Cuma kadang karena gerak motorik halusnya belum sempurna, jadi sering menunjukan rasa sayangnya ke Husna dengan cara yang tidak biasa."

Tentu saja, jawaban itu sebenarnya untuk membentuk paradigma positif dari diri saya terhadap si sulung Wafa. Juga sebuah do'a. Bukankah ucapan ibu itu do'a?

Namun bertambah hari ternyata kesabaran saya juga teruji. Wafa juga menampakan kecemburuannya. Terkadang dia iseng sama adeknya. Bahkan sering melakukan sesuatu yang sepertinya ingin menguji kesabaran Umminya

Daaan...
Saya bukanlah orang yang sempurna. Seringkali kesabaran saya berada pada titik terburuk. Meledak Marah!!!

Alhamdulillah, Alloh mendidik kami dengan skenarionya.

Tibalah saat dimana kami ditinggal bertiga, Ummi, Wafa dan Husna. Abahnya Wafa harus pulang ke Indonesia untuk suatu urusan.

Hari-hari pertama banyak dilewati dengan tangisan dan emosi. Apalagi saya waktu itu diuji dengan flu beraaatttzzzz . Jadilah keadaan rumah kacau balau.

Alhamdulillah, ketika akhirnya flunya membaik, emosi pun ikut turun, dan otak pun ikut berpikir dengan jernih.

Selama ini, Wafa senang sekali jika diminta membantu saya menyiapkan pakaian adiknya, menyiapkan disposable diapers adeknya. Bahkan dengan senang hati membawakan baju dari kamar setrikaan. Mengambilkan minum, atau bahkan mencarikan hape saya yang berbunyi.

"Tiing!" sebuah ide muncul.

Sebagai seorang Kakak, Wafa senang diberi kepercayaan. Apalagi seringkali Wafa mampu mengajak adeknya bermain, bahkan sampai adeknya ikutan tertawa terbahak-bahak.

Baiklah, dengan menguatkan kepercayaan, dan menitipkan jiwa kecil itu pada Rabbnya, Wafa saya beri tugas untuk menjaga adiknya.

Alhamdulillah, dengan kalimat, "Wafa jaga adek ya!" Wafa jadi lebih bertanggung jawab pada adeknya. Menjaganya, mengajaknya main sehingga lupa untuk berbuat iseng. Keuntungan lainnya, saya jadi bisa masak, dan membereskan pekerjaan rumah lainnya.

Tapi tentu saja, mereka tidak boleh ditinggal terlalu lama. Walau bagaimanapun Wafa masih kecil. Banyak hal yang berbahaya yang dia lakukan, dan tidak disadarinya. Jadi tetep saya harus bolak-balik ngecek keadaan.

Apakah keisengan Wafa hilang, cemburunya lenyap?
Oo tentu tidak. Wafa masih sering iseng, kerap menguji coba kesabaran Umminya, dan tak lupa cemburunya juga kadang muncul. Tapi tentu saja intensitasnya berkurang. Selain itu, dengan pemberian tanggung jawab ini, Wafa belajar untuk menjaga adeknya.


shalihah.. rukun-rukun selalu ya sayang ..:)

LuV

Saturday, October 01, 2011

WH :: Ketika Ummi terkapar

kemaren sore, si Ummi terkapar di kasur karena diserang flu yang teramat berat


Ceuceu shalihah dengan lembutnya menyelimuti Ummi. Tubuh kecilnya bergerak kesana kemari merapikan selimut yang berukuran lumayan besar itu agar sempurna menutupi tubuh Ummi yang terbaring lemah. Setelah itu dia memijiti badan Ummi. Meskipun pijitannya terasa sangat pelan, namun ketulusan yang terpancar dari hatinya mampu meringankan rasa sakit di badan Ummi.
"Makasih Ceuceu shalihah."
Wafa tak membalas ucapan terimakasih Ummi. Dia seperti tak mendengarnya, malah sibuk loncat loncat di kasur Abah.
Tiba-tiba Wafa terjatuh di kasur karena menginjak guling yang tergeletak di tengah-tengahnya.
" Ha.. ha.. ha, Wafa jatuh Ummi," suara mungil itu tertawa, menertawakan dirinya sendiri yang terjatuh ketika melompat-lompat. Si Ummi yang merasa itu bukan kejadian lucu hanya diam saja. Namun Wafa tetap tergelak-gelak.
Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, terdengar bunyi gelak tawa yang lebih mungil. Ternyata baby Husna (5m) ikutan tertawa melihat dan mendengar tawa Kakak-nya. Jadilah mereka berdua tertawa tergelak-gelak. Sambung menyambung. Wafa yang makin tergelak melihat adiknya tertawa, begitupun sebaliknya Husna.
"Ummi, ade tertawa.. ha ... ha...ha," ujar Wafa sambil menunjuk adiknya. Begitupun Husna makin keras tertawanya.
Ummi yang tadinya menganggap kejadian itu tidak lucu, akhirnya ikut tertawa melihat dua buah hatinya tertawa dengan renyah.

Alhamdulillah, meskipun kepala terasa berat, Alloh swt senaniasa menyelipkan hiburan dalam hidup kita.

Ceuceu Wafa, adek Husna... akur selalu ya Nak ...
Jadilah cahaya mata Ummi dan Abah

WH :: Ketika Ummi terkapar

kemaren sore, si Ummi terkapar di kasur karena diserang flu yang teramat berat


Ceuceu shalihah dengan lembutnya menyelimuti Ummi. Tubuh kecilnya bergerak kesana kemari merapikan selimut yang berukuran lumayan besar itu agar sempurna menutupi tubuh Ummi yang terbaring lemah. Setelah itu dia memijiti badan Ummi. Meskipun pijitannya terasa sangat pelan, namun ketulusan yang terpancar dari hatinya mampu meringankan rasa sakit di badan Ummi.
"Makasih Ceuceu shalihah."
Wafa tak membalas ucapan terimakasih Ummi. Dia seperti tak mendengarnya, malah sibuk loncat loncat di kasur Abah.
Tiba-tiba Wafa terjatuh di kasur karena menginjak guling yang tergeletak di tengah-tengahnya.
" Ha.. ha.. ha, Wafa jatuh Ummi," suara mungil itu tertawa, menertawakan dirinya sendiri yang terjatuh ketika melompat-lompat. Si Ummi yang merasa itu bukan kejadian lucu hanya diam saja. Namun Wafa tetap tergelak-gelak.
Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, terdengar bunyi gelak tawa yang lebih mungil. Ternyata baby Husna (5m) ikutan tertawa melihat dan mendengar tawa Kakak-nya. Jadilah mereka berdua tertawa tergelak-gelak. Sambung menyambung. Wafa yang makin tergelak melihat adiknya tertawa, begitupun sebaliknya Husna.
"Ummi, ade tertawa.. ha ... ha...ha," ujar Wafa sambil menunjuk adiknya. Begitupun Husna makin keras tertawanya.
Ummi yang tadinya menganggap kejadian itu tidak lucu, akhirnya ikut tertawa melihat dua buah hatinya tertawa dengan renyah.

Alhamdulillah, meskipun kepala terasa berat, Alloh swt senaniasa menyelipkan hiburan dalam hidup kita.

Ceuceu Wafa, adek Husna... akur selalu ya Nak ...
Jadilah cahaya mata Ummi dan Abah

WH :: Ketika Ummi terkapar

kemaren sore, si Ummi terkapar di kasur karena diserang flu yang teramat berat


Ceuceu shalihah dengan lembutnya menyelimuti Ummi. Tubuh kecilnya bergerak kesana kemari merapikan selimut yang berukuran lumayan besar itu agar sempurna menutupi tubuh Ummi yang terbaring lemah. Setelah itu dia memijiti badan Ummi. Meskipun pijitannya terasa sangat pelan, namun ketulusan yang terpancar dari hatinya mampu meringankan rasa sakit di badan Ummi.
"Makasih Ceuceu shalihah."
Wafa tak membalas ucapan terimakasih Ummi. Dia seperti tak mendengarnya, malah sibuk loncat loncat di kasur Abah.
Tiba-tiba Wafa terjatuh di kasur karena menginjak guling yang tergeletak di tengah-tengahnya.
" Ha.. ha.. ha, Wafa jatuh Ummi," suara mungil itu tertawa, menertawakan dirinya sendiri yang terjatuh ketika melompat-lompat. Si Ummi yang merasa itu bukan kejadian lucu hanya diam saja. Namun Wafa tetap tergelak-gelak.
Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, terdengar bunyi gelak tawa yang lebih mungil. Ternyata baby Husna (5m) ikutan tertawa melihat dan mendengar tawa Kakak-nya. Jadilah mereka berdua tertawa tergelak-gelak. Sambung menyambung. Wafa yang makin tergelak melihat adiknya tertawa, begitupun sebaliknya Husna.
"Ummi, ade tertawa.. ha ... ha...ha," ujar Wafa sambil menunjuk adiknya. Begitupun Husna makin keras tertawanya.
Ummi yang tadinya menganggap kejadian itu tidak lucu, akhirnya ikut tertawa melihat dua buah hatinya tertawa dengan renyah.

Alhamdulillah, meskipun kepala terasa berat, Alloh swt senaniasa menyelipkan hiburan dalam hidup kita.

Ceuceu Wafa, adek Husna... akur selalu ya Nak ...
Jadilah cahaya mata Ummi dan Abah