Tuesday, October 17, 2006

mhManusia hanya bisa berteori sampai Allah memberikannya amanah

Menjadi istri mujahid da'wah, mungkin itu yang diinginkan setiap aktivis da'wah
Including me off course
Betapa telah di azzamkan, akan memberikan seluruh jiwa, hati dan raga, agar mujahid da'wah itu semakin bersemangat dalam menyongsong dan menunaikan amanahnya ketika kita berada di sisinya
Melahirkan jundi-jundi yang siap digerakan ketika da'wah memanggil...
Ya azzam itu telah terpatri, meskipun pasangan jiwa tak meminta dan menyatakannya

Tapi, ternyata tidak semudah itu,
Ketika Allah menautkan perasaan, ada rasa kehilangan dan kebutuhan akan sebuah kehadiran,
Betapa "pertarungan" anatara idealisme jiwa untuk melepaskan mujahid berda'wah dan perasaan yang menginginkan keberadaannya yang tak jauh dari mata,
Betapa sulit, tampaknya...

Ketika kudengar sebuah ungkapan perasaan...
"Kenapa ukh?"
"Hiks, suamiku pulang malam, ada syura. Paling banter ketemu malam dan pagi, ahh bete"
Ups aku belum cukup waktu untuk tau, tapi dia berhak untuk mempunyai teman yang mendengarkan...
Akupun "berteori"
"Ukh, bukankah kita telah mengazamkan untuk menikah dengan mujahid da'wah?"
"inilah 'resiko' yang harus kita ambil, berdoa'alah agar Allah menyatukan kembali ukhty dan suami di yaumil akhir, disitu tempat bersatu yang kekal, tak kan pernah bisa terpisah"
"Allahu’alam bi shawab, afwan hanya bisa berteori"

Dan sore ini, kejadian itu berulang...
Ukhty yang berbeda tentunya,
Mengalami kegalauan serta emosi yang tidak stabil (katanya), feel lonely, karena selama ramadhan hanya 2 atau 3 kali suaminya bisa berbuka shaum di rumah...
Mungkin akumulasi dari perasaan kehilangan, ketika waktu-waktu yang ada "terambil" untuk da'wah...
Bukannya dia tak menyadari bahwa itu adalah "resiko" istri mujahid da'wah. Beliaupun menyadari, betapa hal ini telah sering diungkapkan dan difahamkan oleh suaminya,
Tapi hati kadang tak bisa berkompromi, betapa femahamannya harus kembali disegarkan dan dicerahkan,
Meskipun azzam sebelumnya telah terpatri, tarbiyah jiwa telah terkalung bertahun-tahun bahkan sejuta buku telah dilahap agar bisa memahami tugas dan amanah yang diemban mujahid da'wah, tapi kenyataannya tidak semudah itu...

Aah, aku sekali lagi hanya berteori,

Aku hanya bisa berkata,
Ukh, bandingkan umahat Palestine,
Mereka bukan melepas suami dan anaknya dalam sehari ataupun seminggu, sebulan,
Mungkin bertahun-tahun tak bertemu
Atau bahkan mungkin mereka yang mengantarkan mujahid-mujahid tercinta untuk syahid di jalanNya
Bacalah buku Genderang Jihad Wanita Palestine, betapa setiap membacanya mata ini selalu berkaca

Pernahkah kita membayangkan berada di posisi Hanah Abu Diyah, istri Al Syahid Iwadh Salamy. Ketika dalam rangkaian perjuangannya harus siap menerima "kedatangan" suaminya dalam bentuk yang tercerai berai, tak sempat lagi melihat wajahnya. Bahkan sebelum syahid menjemput suami tercinta, berbulan-bulan ditinggal suami yang "menjelajah" untuk melakukan perlawan terhadap zionis terlaknat.
Betapa setiap saat dia mendengarkan keinginan suaminya untuk mati syahid, keinginan termulia yang harus ditebus dengan kehilangan jasad dan keberadannya di dunia.
Jikalah istrinya tak "kuat", tak "tangguh" dan tak "dekat" dengan Rabbnya, akankah dia siap melepas kematian suaminya?
Dan ketika kau mendengar suamimu berdoa sebelum aksi syahid dilaksankannya, " Ya Allah terimalah aku di sisimu sebagai orang syahid..."akankah kau rela melepaskannya melangkah keluar dari pintu rumahmu?

Tak terbayangkan pula seorang bunda, yang merekomendasikan buah hatinya, Muhamad Farhat untuk melakukan amaliyah istisyhadiyah (bom syahid). Bayangkan ukhty, bukan melepasnya untuk berharap pulang dari medan juang, tapi melepaskan untuk kembali bertemu hanya di jannahNya, amiin
Bukan berarti tanpa perasaan kehilangan, dengarkanlah ucapannya
"Saat itu, aku tidak dapat membendung air mataku, aku kalah oleh perasan batin seorang ibu"
Betapa sisi fitrah kemanusiannya 'menjerit' tak mau 'melepaskan' anaknya. Tapi, dia tau bagaimana me-menej hatinya, memahamkan bahwa mereka tak terpisah, hanya sebentar waktu tak bersua sampai Allah mempertemukan lembali di JannahNya, InsyaAllah

Ah, kembali hanya berteori,
Hanya bisa menautkan sejuta do'a padaNya
Agar jika amanah itu tertunai dipundak,
Allah memberi padaku setitik kesabaran Ibunda Khadijah, yang menyertai Rasululullah dengan sebuah kedewasaaan dan ketenangan
Hingga Rasul tercinta merasa aman dan nyaman disisinya
Atau setitik ketegaran Ibunda Khansa yang melepaskan semua buah hatinya menjadi syahid di medan juang
Hingga semua azam dan kefahaman ini bukan hanya sebuah teori,
Agar kuat melangkah dan menjadi sebuah pilar bagi sebuah peradaban yang mungkin Allah amanahkan padaku,
Allahu'alam bi shawab

Menulisa satu, dua , tiga berjuta kata
Mengungkapkan berjuta rasa yang menyesak dalam dada
Agar suatu saat nanti ketika waktu terulang aku dapat membaca untaian - untaian kata ini dan kemudian belajar dan mengevaluasi diri. Melihat perubahan diri sejauh mana aku melangkah. Apakah lebih dekat atau kah justru menjauh dariNya..naudzubillahi mindzalik

1 comment:

~ upi ~ said...

i love you soooooooooooooo much ...