Wednesday, October 20, 2010

mimpi

aku mempunyai mimpi,
kurasa mimpi itu lebih indah jika bersamamu

aku mempunyai mimpi,
aku rasa aku bisa mengkompromikannya untukmu dan buah hati kita

aku mempunyai mimpi
karenamu dan dirinya, kurelakan untuk tak terwujud selama mimpi itu adalah mimpi duniawi

aku mempunyai mimpi,
mimpi yang jauh lebih panjang, menembus keabadian
mimpi untuk bersamamu, bersama buah hati kita dan orang - orang yang kita cintai untuk bersama berada di tempat terindah yang tak pernah terbayangkan
dan aku mau menukar mimpi duniawiku agar mimpi keabadian di tempat terindah itu menjadi kenyataan,
insyaAlloh...
aamiin

Ya Rabb kabulkanlah do'aku
aamiin

Tuesday, October 19, 2010

putaran waktu

aku ingin jiwaku ini terus mengalirkan kata,
menguntaikan makna,
menuliskan rasa,
yang tentu bermanfaat, untuk semua..

aku ingin otaku terus berfikir,
menganalisa dengan penuh seksama,
memberikan sebuah makna yang bijak,
bagi sesama,

aku ingin tangan ini terus bergerak,
meringankan beban yang berat,
menjauhkan aral yang mengganggu,
sehingga sekitarku menjadi lebih maju

aku ingin terus hidup, dan bergerak...
beramal, bersama..
bukankah akhirnya kita akan dilihat dari timbangannya,
seberapa besar kebaikan yang dipunya?

namun, terkadang masih terdiam
seringnya termangu,
bahkan berpangku,
tak beramal seperti yang di mau...


----
astagfirullah 'al adzim.. dan waktu pun terus berlalu

Friday, October 15, 2010

kau tahu?

kau tahu?
meskipun aku gemetaran, mukaku pucat, bibirku kelu ketika berada didalam pesawat terbang,
namun aku ingin melihat dunia, merasakan aroma yang menyebar dari tiap negri dan bangsa..

kau tahu?
meskipun dadaku berdegup kencang, hatiku tidak tenang ketika merasakan ombak lautan yang berkejaran,
namun aku ingin menyentuh pulau-pulau yang berbeda, merasakan kehangatan mataharinya..

kau tahu?
meskipun terkadang aku pemalu , tak mampu berkata di depan orang baru,
namun sejujurnya aku ingin mengenal saudara yang berbeda dari benua yang berbeda dengan warna kulit yang berbeda...

untuk merendahkan hatiku, mengecilkan egoku, membukakan mataku,
betapa dunia ini luas, betapa manusia itu beragam, betapa banyak kebudayaan di tempat lain yang bisa kita ambil hikmahnya...

menyentuh negri 4 musim, merasa gurun nan gersang, melihat negri tropis yang lain, merasakan kesejukan berlebih di negri penuh salju,
hemmh atau yang lebih dekat mengelilingi indahnya nusantara tercinta..

oooh iya.. iya
berkenalan dengan si mancung yang tinggi besar, bersenda gurau dengan si sipit berkulit cantik, belajar dari si hitam bersuara bijak, dan siapapun disekelilingnya...

hemmh menyimak bahasa yang berbeda juga, dari bangsa yang berbeda ataupun suku yang berbeda ..

aah menyenangkaaaan..
meskipun akhirnya, aku ingin menghabiskan masa tuaku, sisa hidupku di tanah yang membesarkanku...
*teuteuuuuppp ...
namun, bersama suami dan anak-anaku.. dimanapun insyaAlloh akan terasa indah bukan?
*menasihati diri sendiri (lageeee...)

kau tahu?


Wednesday, October 13, 2010

dimanapun bumi Alloh. bukan?

Ya memang begitu adanya.
Tapi si ceuceu yang satu ini sudah hampir sukses 'terdoktrinasi' bahwa kumpul bersama keluarga itu adalah kenikmatan yang luar biasa. Dan memang kenyataannya begitu
Jadi meskipun saya sekarang ada di malaysia, berkeinginan traveling around the world, berkunjung ke Jepang, bersekolah di Jerman, jalan-jalan keliling eropa, namun teuteup balik laginya harus ke tatar sunda yang sekitaran kampung halaman saya di Majalengka atau di Bandung.
Alasannya agar tetap merasa berkumpul dengan keluarga besar saya, agar suasana yang akrab dalam kehidupan saya selama lebih kurang 25 tahun masih bisa saya rasakan...
Begitulah... mungkin susah ya untuk dimengerti oleh orang lain

Namun, dibalik itu semua, istri kan harus ikut suami kan ya? Ya gak ya gak? Meskipun mengenai tempat nanti kami akan bermukim ini masih bisa dikompromikan, namun sangatlah egois jika saya keukeuh gak mau bermukim ditempat lain hanya karena alasan diatas. Sementara mungkin di tempat lain, suami-ku.. qowam-ku... belahan jiwa-ku merasa menemukan tempat yang pas untuk berkarya..swiiiit...

So, hari ini, besok dan seterusnya, saya harus mentarbiyah diri ini bahwa saya harus senantiasa bersyukur dimanapun nanti saya bermukim, karena disitulah bumi Alloh yang pas untuk saya. Dan juga mengingatkan hati bahwa tempat pulang terindah adalah SyurgaNya..
Dan semoga kesetiaanku mengikuti suamiku bisa membawaku pulang ke tempat yang abadi nanti di SyurgaNya...
aamiin...

doakan ya pembaca, doakan si Rela ini mau diajak kemana saja heuheuhe...

----
*edisi menasihati diri sendiri...

Monday, October 11, 2010

Berlari, Menari, Bersenandung bersamamu


Nak, Ummi ingin mendidikmu bersama alam...

Mengajakmu berlari bersama angin,
Bersamamu menari dengan hujan,
Bersenandung menyambut mentari pagi,

Bersama kita jejakan kaki ke tanah,
Lalu mengambil gumpalan pasir dan membangunnya menjadi rumah khayalan
Kemudian mencari batang pohon pisang,
Mengkreasikannya menjadi alat tembak tercanggih dalam benak kita,

Ah lihat Nak disana, jeruk Bali sudah matang nampaknya,
Lezat rasanya jika kita memakannya,
Lalu, kulitnya kita buat menjadi mobil-mobilan tercepat dalam imajinasi kita

Seru bukan Nak...
Ketika kau bersahabat dengan alam,
Ketika imajinasimu berkembang bersama,
Ketika otak kecilmu mampu menemukan berbagai karya dalam setiap ciptaaNya..

Tidak Nak..
Saat ini Ummi tidak akan mengajarimu untuk membaca,
Agar dirimu mendapat perdikat anak yang luar biasa
Meskipun mulutmu sering berkomat-kamit ketika memegang sebuah buku,

Pandangilah buku itu Nak dan ciptakan imajinasimu
Kenalilah keMaha Agungan Alloh melalui buku-buku itu, semampumu
Dan cintailah ia, karena ia akan membuatmu mengenal dunia,

Belum Nak,
Ummi belum sanggup menghadirkan puluhan teknologi canggih untuk meningkatkan IQ-mu
Karena Ummi merasa, begitu banyak hal yang Alloh hadirkan disekelilingmu yang bisa merangsang jiwamu,
Bukan hanya untuk menciptakan IQ yang luar biasa,
Tapi melembutkan hatimu agar kau mampu berempati pada sesama, pada alam, pada semua

Raihlah batang pohon dengan tangan lembutmu, Nak
Naikilah gundukan pasir dengan kakimu, Sayang
Berlarilah di padang pasir nan hijau untuk menguatkan langkahmu

Hadapi matahari dengan keberanian,
Syukurilah kesejukan yang diturunkan bersama hujan,
Nikmati sepoi angin yang menyentuhmu, lembut
Bermainlah bersama seluruh alam

Jangan pernah takut kulitmu menghitam,
Ataupun badanmu menjadi kekar,
Karena kecantikan bukan terletak dari apa yang tampak diluar,
Kecantikan itu dari hati,
Dan engkau akan semakin cantik ketika kau merendahkan dirimu dihadapaNya,
Serta menyayangi sekitarmu karenaNya

Karena itu, belajarlah bersama alam
Jadilah hamba Alloh yang mengenal semua ciptaaNya, serta bersahabat dengan mereka
Agar Engkau makin merendah, semakin merendah sehingga mampu terbang tinggi meraih posisi terbaik dihadapaNya..

aamiin


----
*a mother who have a little time to play, to learn together with her beautiful children

Wednesday, October 06, 2010

ocehan sore hari hemmh

menghadiri jemputan dari Prof Maman, menyimak sambutan dari beliau...
tertegun ketika Prof Maman menyampaikan bahwa semua hidangan utama adalah masakan istrinya...

uuuh mmmhhhh.. nanti, suatu saat nanti...
apakah suamiku juga akan (bisa) berkata bahwa masakan untuk jamuan sahabat dan koleganya adalah buatan istri tersayang...

aaah pengeeeeeeeeen pandai memasak, memasak dengan cinta tentunya ..


*ocehan emak-emak yang dikejar deadline thesis

----
neng aie, kalo lagi ngintip.. bilang ke Ibu kami jatuh cinta dengan soto-nya.. bolehkah kami meminta resepnyaaa....^__^

Friday, October 01, 2010

[Xenohobia] In Memoriam seorang Teman


Muka oriental bermata sipit sangat sulit ditemukan di kampungku. Ketika beranjak ke ibukota kabupaten, barulah penduduk kampung bisa bertemu dengan mereka.

Tak adanya komunikasi yang intensif, serta lebih cepatnya isu berhembus, membuat berbagai cerita tak sedap tentang mereka berseliweran di sekitarku.

Aku gadis kampung yang mulai merantau ke ibu kota provinsi ketika SMA, mulai berkenalan dengan teman-teman multietnis. Berbekal didikan kedua orangtuaku untuk tidak berburuk sangka dengan siapapun, maka alhamdulillah akupun bisa berteman dengan teman-teman berbagai suku, termasuk kawan berwajah oriental.

Saat kuliah, lebih banyak lagi teman dari berbagai tempat berdatangan. Teman keturunan oriental pun lebih banyak lagi. Mereka memang dikenal sebagai pribadi yang gigih, sehingga sering menempati prestasi yang luar biasa di kampusku.

Meskipun aku mengenal mereka dengan baik, namun pertemanan kami tidak begitu intensif hingga saya diberi kesempatan bekerja bersama dengan mereka setelah lulus kuliah.

Ya, di Oppinet, sebuah Research Consortium dibawah LPPM ITB kala itu, aku bekerjasama dengan teman - teman yang luar biasa.

di Dufan bersama para Oppinet'ers, Maria tepat disebelahku memakai topi

Salah satunya Maria. Gadis keturunan cina yang luar biasa baiknya. Jarang-jarang kami menemukannya berwajah muram. Kalaulah berwajah muram, pasti karena sesuatu yang membuat hatinya sangat Bete. Tawa renyahnya pun sering terdengar, lucu dan asik. Tangannyapun ringan membantu, membuat si Rela yang paling oon dibidang pemrograman jadi banyak terbantu.

Beberapa tahun kemudian kami harus berpisah. Maria yang cerdas mendapatkan pekerjaan disebuah perusahaan besar di Jakarta. Kamipun lama tidak bertemu dan bertukar kabar. Hingga terdengar berita, Maria sakit kanker darah atau dikenal leukimia.

Sedih? Tentu, sedih yang teramat sangat. Hanya bisa menanyakan kabarnya ke teman kami yang satu pekerjaan dengannya.
Sedih? Sangat, apalagi ketika tidak bisa ikut menjenguk saat dia dirawat di Boromeus, padahal jaraknya dekat dengan tempat kerjaku.

Perjuangannya untuk melawan kanker sangatlah gigih, hingga berobat ke negri Cinapun sudah direncanakan. Namun entah kenapa hal itu tidak jadi dilaksanakan.

Hingga akhirnya berita sedih itu datang, Maria meninggalkan kami untuk selama-lamanya.

Meskipun kedekatan kami tidaklah begitu lama, dan mungkin tidak sedekat yang lainnya. Namun Maria menggoreskan kenangan yang indah dalam benakku. Pribadi yang sangat santun, ceria dan penolong. Membuyarkan isu-isu yang sering berseliweran tentang warga keturunan.

Memantapkan satu lagi panah pelajaran dalam benakku, bahwa kita tidak bisa menilai orang hanya dari isu yang berhembus. Kenalilah dengan baik, maka kau akan menemukan sejuta pesona yang tak pernah kau bayangkan..

in memoriam Maria

-------::----------------
kalo masih sempet, ikutan lagi lombanya Mbak Lessy

[Xenophobia] Johor membiasakan telingaku

Meskipun anak bungsu dari 4 bersaudara, namun aku tidak pernah dipanggil adek, karena adik-adikku banyak. Yup adik sepupuku banyak, sehingga aku lebih dikenal dengan panggilan Teteh. Si Teteh kecil, karena banyak adikku yang lebih dewasa dariku. Oleh karena itulah, aku hanya terbiasa dengan panggilan rela atau Teteh, dan terkadang Neng oleh sebagian teman SDku dan orang tuanya.

--:--
Akhir 2003.

Sesuatu hal membuatku harus berkomunikasi dengan anaknya teman Mamahku. Dia berasal dari daerah yang sama denganku, namun menyelesaikan kuliahnya di Jogja. Budaya Jogja yang santun dan penuh tatakrama membentuknya dan membiasakannya memanggil setiap orang dengan panggilan didepannya. Sehingga begitupun padaku, seseorang yang berusia jauh dibawahnya, dia memanggilku, Dek. Jengah rasanya, hingga dengan cara yang baik kukatakan, aku tidak nyaman dengan panggilan 'baru' itu, serasa masih anak kecil.


Ramadhan 2005.

Pengalaman yang luar biasa, melakukan survey ke sebuah daerah kecil di Provinsi Riau, Zamrud namanya. Kami tinggal ditempat para Insyinyur minyak tinggal kalo lagi di lapangan, apa ya namanya? Kok tiba-tiba lupa.
Selama disana, kebutuhan kamipun terpenuhi dengan baik, dari mulai makan sampai pakaian yang dicucikan. Nah, sebagai jembatan komunikasi maka seorang pemuda usia belum 20an yang kemudian sering datang menemui kami berempat. Entah itu untuk mengambil cucian, mempersilahkan makan, bahkan untuk sekedar mengambilkan hal-hal yang kecil. Dan pemuda itulah yang kemudian memanggil kami, saya dan satu teman perempuan saya dengan panggilan, 'Kaka'.
Pertama kali mendengarnya, kami merasa punya adek tiba-tiba . Maklum, kami belum tahu saat itu kalo panggilan Kaka sangat lazim untuk wanita yang belum menikah di daerah sana. Sama seperti panggilan Mbak kalo di Jawa.
Dan karena dia lebih sering memanggil saya dibandingkan dengan teman saya, jadilah saya suka diledekin ketika dia datang,
"La, tuh adik kamu datang"
Saya cuma nyengir aja saat itu. Yaa namanya juga kami tidak biasa dan tidak tahu.


Awal 2006

Dari kampus, beralih ke perumahan. Terbiasa dikampus dipanggil nama oleh orang yang lebih tua, tiba-tiba ketika bergaul disekitar rumah saya dipanggil Teteh oleh seseorang yang usianya jauh diatasku. Gatel rasanya.


Akhir 2006

Tiba - tiba seorang Bapak yang kukenal memanggilku dengan panggilan, "Bu". Oh nooo, hancurlah rasa percaya diriku


Sekitar 2006-2007

Meskipun sudah biasa orang yang tidak dikenal memanggilku Mbak, namun tidak bagi yang sudah kenal, mereka biasa memanggil nama atau Teteh. Hingga satu adek kecil memanggilku Mbak dengan permanen, dan ketika kubetulkan dengan panggilan Teteh, dia menolak dan tetap pada keputusannya


Januari & Juni 2007

Kaka iparku memanggilku, Dek. Dan adik iparku memanggilku, Mbak.
Akupun menikmatinya


September 2007

Sampailah kami di Johor, awal puasa waktu itu, hingga beberapa undangan buka bersama-pun menghampiri. Saatnya istri dari Teguh Prakoso ini berkenalan dengan tetangganya. Sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka di awal aku sudah berkata pada tetangga-tetangga manisku nan baik hati.
"Nama saya Rela, saya gak mau dipanggil ibu, panggil saja Rela"
Hahaha, sebuah ultimatum di awal perjumpaan.

Meskipun di awal cerita, sudah kutuliskan bahwa aku tidak nyaman dengan berbagai panggilan kepadaku selain Rela untuk yang lebih tua, dan Teteh untuk yang lebih muda, namun berada di Johor memberiku pandangan yang beda.

Aku mulai terbiasa dipanggil Mbak bahkan oleh yang lebih tua. Aku mulai memahami perbedaan budaya. Ketika di tempatku terasa lebih akrab dengan memanggil nama atau panggilan Neng kepada yang lebih muda. Maka aku mengambil kesimpulan, bahwa di tempat lain untuk kesopanan maka panggilan Mbak adalah yang paling nyaman. Meskipun usianya jauh dibawah.

Begitupun dengan panggilan Dek, rasanya lebih hangat saat ini, tak jengah lagi. Tidak merasa seperti anak kecil, namun seperti panggilan kaka pada adeknya.

Negri Melayu apalagi, panggilan Kaka, Akak terdengar dimana-mana. Panggilan untuk seseorang yang sudah akrab, ataupun panggilan kepada seseorang yang masih lajang. Hemmh untuk kesopanan juga. Maka terbiasalah telingaku dipanggil, 'Ka'.

Bagaimana dengan panggilan Ibu? Meskipun aku sudah berulangkali menolaknya, namun panggilan kehormatan itu masih sering terdengar menyapaku. Yaa, di Johor ini aku mulai membiasakan panggilan Ibu mendahului nama asliku. Bagaimana lagi, memang diriku sudah ibu-ibu . InsyaAlloh segera memiliki dua buah hati, tentulah pantas dipanggil Ibu. Meskipun penolakan yang dulu ada itu karena merasa belum dewasa, dan tidak cukup arif untuk menyandang panggilan yang teramat mulia itu, Ibu. Maklum si ibu yang satu ini masih sering berlaku seperti anak -anak

Johor, berkumpulnya saudara-sadaraku dari berbagai suku, membukakan dan membiasakan telingaku atas panggilan-panggilan yang tak biasa sebelumnya. Akupun belajar menikmatinya, dan mengikatkan ukhuwah setelahnya. Merasa memiliki keluarga besar di negri yang jauh dari kampung halaman.

Namun, panggil saja aku Rela, itu cukup untuku


----:----
inspired by Mbak Rinda untuk ikutan lombanya Mbak Lessy kalo masih sempet